Chapter 5

224K 6.3K 163
                                    

Pagi harinya Stevani masih asik bergelung dalam tidurnya dibawah selimut, karena hari ini weekend otomatis ia libur kuliah plus libur semuanya. apalagi Vani dirumah hanya berdua bersama Vano dan beberapa asisten rumah tangga, Mama dan Papanya sedang pergi keluar negri karena ada urusan bisnis.

Buk...buk...

Bunyi pintu yang digedor keras dari luar, kerjaan siapa lagi kalau bukan kembaran Vani.

"Apa sihh berisiik!" teriak Vani menutup telinga dengan bantal.

"Buka napa woy?" ucap Vano menggedor pintu lebih keras.

Vani berjalan gontai membuka pintu.
"Apa?" tanya Vani dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya.

Sedangkan Vano melongo melihat penampilan kakaknya. celana pendek, baju kaos tipis dan rambut yang acak acakan sama persis seperti singa.

"Anak gadis jam segini baru bangun, mentang-mentang weekend ngebo mulu lo," Vano berlalu memasuki kamar kembarannya.

"Mau apa sih Vanoo?" tanya Vani gemas melihat tingkah adiknya yang tak henti-henti mengganggu dirinya.

"Gue mau hangout sama temen, lo mau ikut gak?" ajak Vano.

"Males ah gue sama temen-temen lo," ucap Vani kembali naik kekasur

"Ehh onta, temen gue temen lo juga kali," seru Vano menyentil kening Vani.

"Ashh, sakit tau," dengus Vani mengusap keningnya yang disentil Vano. bisa-bisa benjol nanti, batinnya.

"Mau ikut gak?" tanya Vano lagi.

"Ogah ah, sana pergi, gue masih ngantuk," usir Vani mengibaskan tangannya.

Vano mencibir, "Gimana mau punya pacar kalo kerjaan lo tidur mulu."

"Bodo ah, sana keluar!" Vani mendorong adiknya keluar dari kamar, lalu menutup pintu dengan keras.

¤♥¤

Kenzie yang sedang duduk diruang kerjanya, termenung sembari memegang ponsel, ia gelisah mau menghubungi Vani atau tidak, gadis itu benar-benar mengganggu pikirannya.

Gue chat aja deh, pikir Ken.

Ken pun mengetikan sesuatu lalu ia kirimkan kenomor vani yang sudah tersimpan diponselnya.

Beberapa menit menunggu tapi tidak ada balasan dari gadis itu, kemana? pikir ken. ia memutuskan untuk menelponnya saja.

Dikediaman jackson, Vani sedang tertidur lelap, ia benar-benar mengantuk karna semalaman begadang nonton drama korea dan baru tidur dini hari. lagi-lagi tidur nya terganggu dengan suara ponsel yang berbunyi nyaring, ia lupa tidak mensenyapkan ponselnya.

"Halo?" kata vani dengan suara serak nya.

"Kamu bisa kesini sekarang?" sahut suara disebrang sana.

Vani mengerutkan keningnya lalu melihat kelayar ponsel, nomor baru, batin Vani.

"Lo siapa?" tanya vani.

"Saya kenzie."

Vani terdiam beberapa detik kemudian ia melotot kaget, cuma ada satu orang yang bernama  kenzie. siapa lagi kalo bukan Om Om yang menabrak Vani kemarin dan juga dosen pengganti pak billy, Vani berdehem untuk menormalkan keterkejutannya.

"Halo."

"O-oh ya halo," balas Vani gugup.

"kamu bisa kesini sekarang!" ulang suara itu.

"kemana?" tanya Vani mengernyitkan dahinya.

"Nanti saya kirim alamatnya."

"Ehh sebentar,  mau ngapain Om saya kesana?" tanya Vani panik.

"Kamu lupa, kamu kan asisten pribadi saya sekarang."

"Tapi kan ini diluar kampus Om," protes Vani tidak terima.

"Terserah saya, saya tunggu dan gak pake lama,"  tegas suara disebrang lalu panggilan terputus.

Vani mendengus sebal kemudian bangkit untuk bersiap-siap menemui Om Om itu.

Sedangkan ken tersenyum senang, sebentar lagi ia bisa melihat wajah Stevani yang cantik serta badan nya yang berisi pada sisi yang pas. memikirkan itu saja sudah membuat adiknya bangun.

Vani sudah berada didalam mobil menuju alamat yang sudah dikirim oleh Om Om itu.
"Bener gak nih alamatnya?" tanyanya pada diri sendiri, ia sudah turun dari mobil dan melihat gedung menjulang dihadapannya.

Vani berjalan perlahan, ia melihat alamat yang tertulis, Apartement 201. Saat ini ia sudah berada didepan pintu apartement 201. Dengan ragu-ragu ia memencet bel.

Kenzie yang mendengar suara bel berbunyi tersenyum manis , sudah datang rupanya. Batin Ken. Ia bergegas kearah pintu dan membukanya.

Vani terkejut tiba-tiba pintu terbuka, matanya langsung bertatapan dengan mata Ken, jantungnya berdegub keras. kenapa nih gue, pikir vani. ah nggak pasti gue cuma gugup aja diliatin gitu, batinnya dalam hati.

Ken menelusuri penampilan Vani dari atas sampai bawah, Vani mengenakan hotpants, tanktop yang ditutupi bleazer, tas selempang dengan rambut terikat yang memperlihatkan leher jenjangnya. ken meneguk ludah kasar, ia tidak bisa berbohong body vani sungguh membuatnya terangsang.

"Ayo masuk!" Ajak Ken.

Vani mengikuti ken dari belakang, sesekali ia melirik punggung pria dihadapannya.

"Silahkan duduk disana," ujar Ken

Tanpa banyak tanya vani pun duduk disofa yang ditunjuk Ken, matanya berkeliling melihat interior bangunan apartement yang menurutnya bagus.

________________________________
Silahkan vote&kome jika kalian menyukai cerita ini😊

Dosen Is My Husband (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang