Chapter 12

228K 5.1K 66
                                    

Happy reading😘
____________________________________
Pagi harinya, suasana disebuah kamar yang gelap, terdapat dua insan yang saling berpelukan. terlelap dibawah selimut tebal yang menutupi seluruh tubuh telanjang mereka.

Ken mengerjabkan matanya perlahan, hal yang pertama kali dilihatnya yaitu wajah polos Vani yang sangat menggemaskan saat tertidur. Ken menghidupkan lampu kamar lalu menyelipkan rambut Vani yang menutupi wajahnya kebelakang telinga, ia memandangi wajah Vani dengan senyuman. Mata nya turun keleher Vani, ia melihat banyak sekali bercak kemerahan akibat perbuatannya semalam .

Ken tidak tau apa yang akan terjadi setelah Vani bangun dari tidurnya, ia hanya ingin menikmati apa yang ada dihadapan matanya saat ini.

Mata Vani mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya, hal yang pertama kali ia lihat adalah wajah tampan Om dosen yang sedang tersenyum menatapnya.

Eh tunggu dulu, batin Vani panik. Ia melihat sekeliling ruangan lalu menatap tubuhnya dibawah selimut. Mata Vani memanas, apa yang telah terjadi dengannya semalam.
Ia menoleh menatap Ken dengan wajah dingin. Ken yang melihat pun hanya diam, ia tidak mengira reaksi Vani akan seperti ini

"Apa yang kau lakukan Ken?" tanya Vani dengan wajah memerah menahan tangis, ia mengencangkan selimut yang menutupi dadanya.

"Maafkan aku baby, a-aku... " Jawab Ken terbata-bata, ia bangun dari tidurnya dan menggenggam tangan Vani.

"Apa maksud semua ini?" tanya Vani marah, ia menghempaskan tangan Ken yang menggenggamnya.

Ken diam, ia tidak mampu berkata setelah melihat air mata mengalir dipipi mulus Vani.

"Kenapa kau lakukan ini padaku? Apa salahku hah, Apa!" teriak Vani didepan wajah Ken, air matanya mengalir deras seiring perasaannya yang hancur. Mahkota yang selama ini ia jaga, kini sudah direnggut oleh orang yang baru beberapa hari dikenalinya.

Vani bangkit sembari melilitkan selimut pada tubuhnya, selangkangannya terasa sakit tapi ia tidak memperdulikan hal itu. ia memungut pakaiannya yang berserakan dilantai, kemudian masuk ke kamar mandi .

Ken hanya termangu menatap pintu kamar mandi yang tertutup, apa begitu dalamnya ia menyakiti Vani. ia tau Vani juga menikmati perbuatannya semalam walaupun dalam pengaruh obat perangsang . Ken mengacak rambutnya frustasi lalu memungut pakaian yang tergeletak dilantai dan memakainya.

¤♥¤

Vani yang berada dikamar mandi menangis menatap pantulan dirinya didepan kaca wastafel, melihat tubuhnya yang penuh bercak merah-merah keunguan. ia menggosok-gosok tubuhnya dibawah aliran shower sambil menangis keras.

Ken menatap pintu kamar mandi, ada sedikit rasa menyesal dihatinya karena telah merebut kehormatan milik Vani. Jujur saja ia sangat bergairah hanya dengan melihat Vani dan rasanya ia tidak ingin ada laki-laki lain yang mendapatkan Vani selain dirinya. Ia mengetuk pintu kamar mandi terburu-buru, ia takut Vani nekat berbuat sesuatu hal yang melukai dirinya sendiri.

"Vani, hey buka pintunya. Vani, maafkan aku," kata ken khawatir karena vani tak menjawab seruannya.

Vani yang mendengar suara ken merasa muak, tangisnya mengeras. ia benci dengan laki-laki itu, laki-laki yang telah merenggut keperawananya, bagaimana jika orangtuanya tau pasti mereka sangat kecewa.

Brakk...

Pintu terbuka memperlihatkan wajah ken yang terlihat cemas, ia melihat vani yang terduduk dibawah shower tanpa mengenakan pakaian.

"Pergi kamu, Pergi!" teriak Vani.

Ken tak memperdulikan teriakan Vani, ia tetap membopong Vani dengan melilitkan handuk ditubuhnya.

"Pergi, Aku bisa sendiri. Turunkan aku, aku membencimu ken... " teriak Vani sesegukan dengan rambut basah berantakan.

Ken menurunkan vani diatas ranjang lalu mengambil pakaian yang dibawakan oleh asistennya, baru saja ia akan memberikannya, akan tetapi sudah dilempar oleh vani.

"Aku tidak butuh bantuanmu!" seru Vani dingin seraya menghapus air matanya. Ia kembali masuk kekamar mandi dan memakai pakaiannya.

Ken menghela nafas, ini salahnya. Mengapa rasanya begitu tersiksa ketika melihat Vani menangis. dan satu kalimat yang diucapkan oleh vani terngiang-ngiang dikepalanya, Aku membencimu.

Vani keluar dari kamar mandi lalu menoleh kekanan dan kekiri mencari tasnya, ia mengambil tasnya, lalu bergegas keluar dari kamar tanpa memperdulikan sesosok manusia yang menatapnya.

Ken mengepalkan tangannya, mengapa ia merasa menyesal telah menyakiti gadisnya ah bukan lagi, tapi wanitanya. Ken tidak mengejar Vani yang berlarian keluar dari apartement, ia memberikan waktu agar Vani bisa menerima semua ini, walaupun itu mustahil.

Vani menangis didalam mobil, tangannya menggenggam stir kuat-kuat. ia begitu bodoh sampai terjebak oleh dosennya sendiri, bagaimana jika keluarganya tau, tidak-tidak, mereka tidak akan tau kalau aku merahasiakannya, batin Vani.

Sesampainya dimansion,Vani langsung naik menuju kamar dan berpapasan dengan Vano.

"Dari mana lo semalem gak pulang?" tanya Vano dingin.

"Bukan urusan lo!" jawab Vani cuek.

Vano menahan tangan vani dan menatap wajahnya.

"Mata lo kenapa bengkak?" tanya Vano penuh selidik.

"Gue semalem begadang nonton drakor dirumah Sherin, puas lo!" jawabnya jutek.

"Santai dong gak usah ngegas, gue cuma nanya doang," ucap Vano datar.

_________________________________
Makasi yang udah mau baca sampe part ini, aku seneng banget kalo kalian responsif sama cerita aku

Udah yah besok lagi udaaaaa malemm waktunya tidhurrr authornya udah ngantukk abizzz 😂

Dosen Is My Husband (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang