"Joy, lo gila atau gila? Ini cari mati namanya."
"Ssstt ... jangan berisik, Yer. Kita gak cari mati, kok."
"Emang kalo gak cari mati, cari apa? Cari ayam?"
"Ya kali, ayam gue gak ilang. Ayam lo ilang?"
"Nggak, sih. Ayam warna-warni gue masih anteng di rumahnya."
Joy mengangguk mantap.
Kalian jangan aneh dengan sikap mereka. Obrolan mereka memang selalu melenceng sampai ke seluruh penjuru dunia.
Terbukti, 'kan? Ayam warna-warni yang mereka beli di salah satu pasar tradisional saja sudah mereka perbincangkan di waktu yang tidak tepat.
Malam ini, mereka mempunyai misi yang tidak penting--amat sangat tidak penting.
Yaitu, menghitung motor yang berjejeran di sana, di tengah jalanan sepi. Tak lain itu adalah arena balap motor, balapan liar lebih tepatnya.
"Lo yakin ini gak berbahaya?" tanya Yerin was-was melihat banyak orang yang sudah memasuki area tersebut.
Mereka semua di dominasi oleh laki-laki.
Dan perempuan? Wow ... Yerin melihat mereka dengan miris. Kebanyakan dari mereka memakai pakaian yang belum selesai dijahit.
Ia jadi gemas sendiri ingin mengambil paksa baju yang mereka kenakan lalu menjahitnya sampai menyerupai karung goni.
"Keknya gak berbahaya, sih," jawab Joy double santai.
Mendengar jawaban itu, Yerin menjitak kepala Joy yang membuat sang korban meringis sakit. "Keknya?! Makan obat nyamuk, sono!!!" ucapnya kesal, disusul tatapan sedih dari Joy.
Yerin ingin dia mati, pikirnya buntu.
Oke Joy, itu lebay.
Sekarang mereka tengah berjongkok di balik semak-semak yang tingginya sebatas perut mereka. Mereka mengintip melewati celah-celah dedaunan sana.
Jarak keberadaan mereka dan arena balapan hanya berjarak sekitar beberapa meter saja. Sehingga, jika mereka berteriak, otomatis semak-semak yang menutupi mereka itu akan menjadi pusat perhatian warga arena balapan.
Di samping mereka ada lampu jalan yang lumayan mengurangi mereka dari ketakutan yang berlebihan. Takut-takut jika nanti ada tante kunti yang ikut nimbrung menghitung motor di sana.
Kan ... mustahil banget, ya?
"Motornya banyak banget, gila!" heboh Joy pelan.
"Gede-gede lagi," sahut Yerin. "Misi kita ganti aja, yuk, Joy."
Joy menoleh, mengerutkan dahinya. "Jadi apa?"
"Nyuri motor," jawab Yerin antusias disusul sentilan keras di dahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asisten Dosen ↬ taerin | END
FanfictionJika sahabat kampretnya tidak sableng, mungkin Yerin tidak akan sedekat ini dengan sang Asdos. Jika wanita itu setia setiap saat kayak rexona, mungkin Taehyung tidak akan berani menatap gemas Yerin jika bertemu. Ini bukan tentang masa lalu pak Asdos...