--- --- ---
"Kenapa?" Yerin menghiraukan dua pria di hadapannya yang saling berpandangan dengan aura membunuh. Ia sudah tidak lagi peduli apa pun.
Taehyung menatap Yerin sinis. "Kenapa lo tanya?"
Yerin sesenggukan, menggeleng pelan.
Taehyung menyugar rambutnya. "Gue cape."
"Tae, lo jangan—"
Sebelah tangan Taehyung terangkat untuk menghentikan ceramahan sahabatnya. "Diem. Ini urusan gue."
"Terserah." Tapi Jungkook tidak tega melihat Yerin.
"Gue cape, Rin. Emangnya hubungan kita bakalan baik-baik aja?" tanya Taehyung pada Yerin.
"Terus ...." Yerin masih sesenggukan. "... kenapa gak pak Tae putusin aja saya setelah meluk saya semaleman waktu itu?"
Taehyung terdiam. "Gue ...."
"Kenapa?"
Taehyung tak bisa menjawabnya.
Yerin menunduk, ia terkekeh serak. "Lo tau kenapa gue mertahanin hubungan ini?" Bahasa Yerin mulai berubah, artinya ia sudah sangat marah. "Karna ini adalah hubungan yang paling gue percayai." Ia kembali menatap pria di hadapannya.
Taehyung masih diam, memperhatikan Yerin dengan diam.
"Gue percaya kalo lo—" Yerin menunjuk sang Asdos. "—gak akan pernah nyakitin gue ...." Ia tak bisa menghentikan tangisannya. "... nyakitin gue kayak tadi." Ia menunjuk ke dalam rumah.
"Nyakitin gue ...," lanjutnya menunjuk dirinya sendiri, "kayak Bunda gue yang nyakitin Ayah gue,"
Masih dalam keterdiaman sang Asdos, Yerin kembali berbicara, berniat untuk mengeluarkan semua isi pikirannya. "Dan lo tau apa yang sekarang gue yakini?" Ia mengusap kasar wajahnya.
Ia mengangguk seakan mengerti sesuatu. "Bener, ya, ternyata ... buah jatuh gak jauh dari pohon—"
"Maksud lo?" Kedua mata Taehyung memicing tajam, memotong ucapan Yerin yang mulai tidak mengenakkan.
Kekehan serak keluar lagi dari Yerin. "Lo gak sebodoh itu, 'kan?"
Taehyung mulai menatap Yerin tidak suka.
"Apa gue harus jelasin?" Yerin kembali mengusap wajahnya yang sialannya tidak pernah mengering.
Perlahan ia mendekati sang Asdos, mendongak menatapnya seakan menantang beliau. "Lo—" Telunjuknya menyentuh dada pria tersebut. "—sama brengseknya dengan bokap lo." Senyuman puas terukir di sana. "Ngerti?"
Jungkook mulai was was melihat kedua tangan Taehyung yang mengepal erat.
"Tarik ucapan lo," pinta Taehyung dengan sarat akan peringatan, menatap balik Yerin dengan sangat dingin.
"Apa yang harus gue tarik?" Sebenarnya, Yerin sedikit takut, tapi ia ingin mengungkapkan semua, mengungkapkan bahwa betapa sakitnya dia saat ini. "Lo gak terima, berarti gue bener, 'kan?"
Rahang Taehyung mengeras. "Tarik ucapan lo, Quinn Yerinnie," pintannya lagi dengan menekan setiap kata.
"Gue gak akan pernah narik ucapan gue," tekan Yerin mengikuti, kemudian ia berbalik hendak meninggalkan tempat laknat tersebut.
"Tae—"
Yerin mendengar samar suara pak Jung yang memanggil sahabatnya, dan tak berapa lama Yerin merasakan sebelah bahunya ditarik paksa sehingga ia berhadapan dengan pelaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asisten Dosen ↬ taerin | END
FanfictionJika sahabat kampretnya tidak sableng, mungkin Yerin tidak akan sedekat ini dengan sang Asdos. Jika wanita itu setia setiap saat kayak rexona, mungkin Taehyung tidak akan berani menatap gemas Yerin jika bertemu. Ini bukan tentang masa lalu pak Asdos...