- - ⎯
Sebuah dunia baru bagi seorang pria tampan bernama Aiden Taehyung Anthony ketika dirinya menginjakkan kakinya di pasar tradisional.
Tidak! Pasar ini tidak becek seperti perkataan kakaknya ketika menakut-nakutinya waktu kecil. Hanya saja, bau yang ia cium sedari tadi itu sangat mengganggu indra penciumannya.
Bau amis, busuk, keringat, dan bau lain yang membuatnya mual adalah perpaduan yang sangat pas yang bisa membuatnya pingsan di tempat.
Punggung tangannya pun mencoba untuk membantunya dengan menempel menutupi lubang hidungnya.
Dengan sebelah tangannya lagi yang ia masukan ke saku celana, Taehyung mengikuti gadis di hadapannya yang menengok sana-sini, terlihat antusias memperhatikan setiap pedagang.
Kadang gadis itu menyapa mereka, dan kerennya para pedagang itu balik menyapa ia sembari mengucapkan nama si gadis.
Seterkenal itukah gadis itu di pasar ini? Taehyung berdecak kagum.
"Pagi, mang Ari. Jualannya lancar?"
"Pagi, neng Yerin. Alhamdulillah lancar."
"Pagi, bu Indah. Kangkungnya udah diskon belom?"
"Eh neng Yerin bisa aaaeee."
"Pagi, mang Ade. Ikannya beli satu gratis dua, ya!"
"Kebalik atuh, neng Yerin."
"Jadi, ada bonusnya, dong?"
"Buat Eneng apa, sih, yang iya?"
Yerin cemberut.
"Pagi, mang Ujang--aaaaa!"
Taehyung yang sedari tadi hanya anteng melihat tingkah Yerin langsung berjalan cepat menghampirinya yang menutup wajah dengan kedua telapak tangan.
"Kenapa, Yer?"
"I-itu ...." Yerin menunjuk ke arah samping kanannya dengan tangan gemetar.
Taehyung mengikuti arah tunjuk Yerin. Keningnya mengerut dalam karena tidak ada yang menakutkan di sana.
"Ga ada apa-apa," ungkapnya, menggeser tubuh Yerin sedikit ke samping karena menghalangi jalan.
Mang Ujang yang mengetahui kenapa Yerin berteriak, menahan tawanya sekuat mungkin, mengabaikan pria--di samping si gadis--yang berusaha meredakan ketakutannya.
"Pak, ini kenapa, ya?"
Mang Ujang melanjutkan aktivitasnya, cekikikan sebelum menjawab pertanyaan pria tampan itu.
"Neng Yerin mah emang gitu, A. Takut kalo liat saya potong ayam." Lalu, ia mengayunkan pisau besar itu, membelah ceker si ayam yang sudah tidak berdaya.
Taehyung melongo, kemudian menatap Yerin yang sudah menyengir lebar kepadanya. Setelahnya, tatapannya berubah datar, lalu meninggalkan gadis itu.
Yerin menggaruk pelipisnya sebelum berlari kecil mengejar si Asdos, meninggalkan mang Ujang--si penjual ayam--yang selalu mengusilinya dengan sengaja memotong ayam di hadapannya.
"Gak tega saya tuh kalo liat ayam dipotong gitu," ucapnya setelah berhasil mensejajarkan langkahnya dengan pak Asdos.
"Berasa liat Tata," tambahnya.
Taehyung hanya memutar kedua bola matanya malas. Ayam itu lagi, batinnya kesal seperti seorang pria yang tengah cemburu karena kekasihnya terus membicarakan teman lelakinya.
Tadi sebelum pergi ke pasar, Yerin dengan segala tingkah uniknya memperkenalkan ayam warna-warninya kepada Taehyung.
Jujur saja, Taehyung tidak terlalu memperhatikannya karena fokusnya hanya pada si gadis yang antusias seperti seorang ibu yang senang memperkenalkan anak-anak lucunya kepada para tetangga atau kepada teman arisannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asisten Dosen ↬ taerin | END
FanficJika sahabat kampretnya tidak sableng, mungkin Yerin tidak akan sedekat ini dengan sang Asdos. Jika wanita itu setia setiap saat kayak rexona, mungkin Taehyung tidak akan berani menatap gemas Yerin jika bertemu. Ini bukan tentang masa lalu pak Asdos...