47 ☽ Dia Kepentok Apa, sih?

2.3K 423 134
                                    

--------

Karena tugas yang menumpuk belum dikerjakan, akhirnya Yerin membatalkan kepulangannya ke rumahnya Sabtu ini. Ini disebabkan oleh sikap cengeng Yerin kemarin, yang membuatnya menggalau semalaman sehingga menunda pekerjaan.

Ia hanya bisa meminta kepada Jaemin untuk mengawasi ayahnya, termasuk bundanya jika sudah pulang ke rumah. Hhh ... mengingatnya saja membuat Yerin ingin menenggelamkan dirinya di bak mandi milik Tata.

Untuk sekarang Yerin hanya bisa mengira-ngira, belum ada kepastian tepat soal kerumitan yang sangat rumit dan semakin sangat rumit ini. Ah, mungkin saja jika sang Asdos bisa diajak kerjasama, masalah ini akan cepat menemukan jalan keluarnya.

Argh! Yerin menggeram kesal, mengacak rambutnya yang sudah ia acak sebelumnya. Ia sangat gemas dengan pria tampan itu. Kenapa sikap menyebalkannya tersebut tetap membuatnya tampan?

Ya jelekin dikit gitu biar gue bisa rela nampol tu muka kalo ketemu, batinnya bersungut.

Yerin sebenarnya sudah mempersiapkan diri semaksimal mungkin jika ada kemungkinan lain yang akan menamparnya, baik itu dari keluarganya atau pun dari kekasihnya.

Jika diingat lagi, ia baru menjalin hubungan dengan sang Asdos sekitar ... satu minggu.

Ha? Segitu? Dibilang baru sebiji jagung juga kagak!

"Sebiji atom yang ada," gumamnya memprotes, memainkan pulpen lucu digenggamannya.

Ia sudah tidak mood lagi mengerjakan tugas, entah kenapa ia ingin terus marah-marah kepada apa pun yang berada di sekitarnya, tapi tidak termasuk kepada tiga ayam pelanginya.

Ingin marah pada Chimmy, tidak tega karena wajah mengantuknya.

Marah pada Cooky, yang ada malah dimarahin balik.

Pada Tata? Paling dicuekin kayak cueknya doi kemaren siang.

Sebenarnya, Yerin mudah terbawa emosi begini karena pertanda bahwa ia akan datang bulan, bintang, meteor, garden—entah apalah itu. Memang menyebalkan jika masalah datang di saat seperti ini. Ia akan kesusahan untuk mengontrol emosi.

Ia akan mudah menangis, mudah kesal, marah, cape, pusing, pegal linu, itu karena hari-hari ini adalah masa-masanya kesensitifan hatinya melonjak naik drastis.

Sumpah, ya, baru disenggol nyamuk aja rasanya pengen ngebazoka aja tu binatang—padahal belom kena gigit. Nyamuk yang malang.

Yerin menaruh kepalanya di atas meja. Semakin malam, rasanya semakin tak enak saja hatinya. Apa karena ini malam minggu, dan ia sedang galau?

Yerin menegakkan tubuhnya dan mengacak lagi rambutnya. "Gue keseeel!" Akhirnya ia berani mengeluarkan suaranya dengan lumayan keras.

"Gue pengen tidur tapi belom ngantuk! Pengen makan tapi udah kenyang! Pengen mandi tapi dingin kek tatapan beliau!"

Yerin cemberut 45, bersamaan pintu indekosnya yang terdengar berbunyi meminta untuk dibuka.

"Siapa, sih, anjir? Gue shotgun juga tu makhluk." Yerin sangat tidak suka ketika acara marah-marah tak jelasnya diganggu.

Ia membuka pintu dengan sangat kesal. Namun, raut kesalnya tergantikan dengan keterkejutan luar binasa.

Di depannya ini, ada si pelaku pengganggunya yang tak lain tak bukan adalah pak Tae. Lha? Ini ada angin badai macam apa ni?

Penampilan beliau berbeda. Pak Tae memakai jaket kulitnya dengan kaus maroon di dalamnya. Celananya sedikit robek di bagian lutut, rambutnya pun berantakan. Yerin mengira satu hal.

Asisten Dosen ↬ taerin | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang