57 ☽ Tak Nampak

2K 417 126
                                    

Nay sempet baca ada yg komen 'kangen mba lemper', wkwk.

Nih nay kasih di sini nihh. Tenang.. gakan gigit kok, kan udah dijinakinn :>

- --- - --

Sudah seminggu berlalu. Setelah kejadian itu, sang Asdos tidak lagi mengajar di semua kelas angkatan Yerin.

Entah Yerin harus berterimakasih atau bersedih hati, yang pasti hari-hari yang dilaluinya sekarang ia lewati dengan sangat tak bersemangat. Sedikit pun, tidak.

Tapi, untungnya ia mempunyai sahabat seperti Joy. Meskipun sedikit berlebihan, namun sobat sehidup sematinya itu selalu memberikan hal-hal yang membuat moodnya semakin membaik.

Ketika ada tanda-tanda Yerin bersedih, Joy selalu dengan sigap mengeluarkan sebatang cokelat berbungkus ungu favorit sahabatnya dari dalam tasnya.

Atau, ia dengan semangat 45 pergi ke kantin dan membelikan Yerin es krim—bahkan pernah sampai lima es krim. Keren, 'kan, Joy ini?

Seperti, Joy selalu mempersiapkan semuanya demi terbentuknya satu ukiran senyum Yerin, meskipun hanya bertahan selama beberapa detik di setiap harinya. Joy memang tipe sahabat idaman.

Jam ketiga berakhir, perut Yerin meminta untuk diisi. Ia pun pergi ke kantin sendirian karena Joy tengah ada urusan. Ia bilang akan menyusulnya. Tapi, sudah hampir setengah jam Yerin di sana dan sahabatnya itu tidak pernah muncul.

"Halo, adek ipar." Suara menyapa seorang gadis bersamaan ia yang tanpa permisi langsung duduk di depan adik iparnya.

Yerin mendengus kesal, menghiraukan Nola dengan kembali sibuk mengaduk-aduk asal nasi goreng yang baru ia makan sedikit.

Nola menyeruput es jeruknya dalam gelas tinggi, memperhatikan Yerin yang terlihat sangat lesu. Mereka berdua terus terdiam seperti itu selama beberapa menit.

"Gimana kalo gue aja yang makan tu nasi?" tawar Nola, memecah keterdiaman mereka.

Yerin melirik Nola tanpa minat. "Gue laper," jawabnya tapi tetap tak mengacuhkan si nasi.

Kedua tangan Nola bersidekap di dada. "Laper lo gak akan ilang," timpalnya.

Yerin melirik sinis. "Kok lo jadi peduli? Minta restu?"

"Iya," jawab Nola yang entah serius atau tidak.

Kedua bola mata Yerin memutar. Ia memperhatikan sekitar, lalu kembali menatap nola. "Tumben lo sendiri, mana antek-antek lo?" Pertanyaannya ternyata membuat perempuan di hadapannya terlihat sedih.

"Gue diperketat," jawab Nola pelan. "Ama Kakak lo," tambahnya berdecak kesal.

"Kak Niko?"

"Iya, si brengsek Chandra. Siapa lagi."

Kedua alis Yerin terangkat. "Lo panggil kak Niko pake nama tengahnya?" heran Yerin.

Kening Nola mengerut. "Dari dulu gue panggil dia 'Chandra'. Kenapa?"

Kepala Yerin menggeleng pelan. "Dia gak pernah mau dipanggil 'Chandra', katanya panggilan itu cuman—" Perkataannya terhenti, seakan tersadar akan sesuatu. "—hoooo ... jadi elo, ya?" Yerin menatap Nola dengan pandangan menyebalkan.

Nola risih ditatap seperti itu. "Apa?"

Sebelah alis Yerin terangkat, dengan senyum miring menghiasi wajahnya. "Oke, gue restuin," ucapnya dan mulai memakan nasi goreng yang sempat terbengkalai.

Bagus sekali, hanya dengan ia yang membuat si lemper kesal, nafsu makannya menjadi bertambah drastis. Bagus.

Nola menggerutu sendiri, meminum habis minumannya dengan sekali tegukan karena rasa penasaran yang tertahan. Dasar Chandra brengsek!, makinya malah menyalahkan pria itu.

Asisten Dosen ↬ taerin | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang