Ayok.. baca do'a dulu, gaess :>
-- -- --
Suara langkah kaki tegas dan terburu-buru terdengar menggema di sepanjang koridor apartemen lantai tiga. Sang pemilik suara sudah menahan kepulan asap di kepalanya sembari berjalan menuju salah satu kamar yang berada di sana.
Jari telunjuknya dengan lihai memijit setiap angka sebagai cara untuk membuka pintu kamar tersebut. Pintu pun ia buka setelah terdengar bunyi klik pertanda password yang dimasukkan benar.
Blam
Ia menutupnya dengan begitu kencang.
"Taehyung!" teriaknya, mencari si penghuni kamar. Ia langsung berjalan cepat ke ruangan yang sedikit terbuka, dan masuk ke sana.
Melihat orang yang dicari ternyata tengah santai membelakanginya dengan aktivitasnya, ia benar-benar dibuat mendidih. Ia pun menghampiri pria itu, dan langsung menarik sebelah bahunya.
Taehyung bertanya dengan begitu tenang, kembali melanjutkan pekerjaan. "Apa, Kook?" Ia hendak berjalan ke lemari.
Namun, Jungkook kembali menarik bahunya. "Apa, lo bilang?"
Taehyung mengangguk. "Iya, apa?" Ia kembali mengabaikan Jungkook, membuat sahabatnya itu tak tahan dengan sikap tersebut.
Dan untuk yang ketiga kalinya, ia menarik bahu Taehyung, membuat pria itu menghadapnya sehingga membuat tumpukan pakaian yang baru dikeluarkan dari lemari, jatuh sebagian.
"Kenapa lo gak bilang kalo lo mau pergi, hah?" tanya Jungkook dengan amarah tertahan. "Kenapa lo gak bilang mau ikut Mamah lo ke Jerman?!"
Taehyung diam masih dengan ketenangannya. Ia berjalan melewati Jungkook, melanjutkan aktivitasnya memasukkan pakaian ke dalam koper besar yang diletakkan di atas kasur.
"Ini alasan lo putusin Yerin? Ini alasan lo gak pernah mau temuin dia? Ini alasan lo buat dia perlahan lupain keberadaan lo? Biar dia biasa tanpa lo, gitu?"
Pertanyaan Jungkook membuat kegiatan Taehyung terhenti sebentar.
Jungkook yang menangkap hal itu pun mendesah berat. "Tae ... bukan gini caranya." Ia memijit pelipisnya. "Dia bakal kehilangan lo."
Ucapan Jungkook membuat Taehyung terkekeh sinis. "Mana ada orang yang ngerasa kehilangan seseorang yang udah nyakitin dia." Ia menghadap si sahabat. "Bukannya ini lebih baik?" Dan kembali membereskan barang-barang.
"Seenggaknya lo pamit ma dia."
"Buat apa?"
"Lo belom minta maaf."
Taehyung terdiam.
"Lo harus bicara ma dia, Taehyung. Terus, pertimbangin kepergian lo ini."
Taehyung menghela napas dalam. "Itu percuma."
"Percuma karna gak lo coba."
"Dan itu terlambat." Taehyung memeriksa jam tangannya. "Nanti sore gue berangkat."
"Lo ...." Jungkook tak bisa berkata apa-apa lagi, mengetahui bahwa sekarang jarum pendek menunjukkan pukul dua siang.
Benar-benar terlambat untuk menyadarkan lagi sahabatnya. Ia baru saja mengetahui kabar ini saat ia berkunjung ke rumah pria itu untuk menjenguk tante Ella yang baru beberapa hari ini keluar dari rumah sakit.
Dan di sana ia melihat wanita tersebut tengah membereskan barang-barang dibantu oleh para pelayan. Jungkook pun bertanya, dan mengetahui bahwa tante Ella akan pergi ke tempat asal ia dilahirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asisten Dosen ↬ taerin | END
FanficJika sahabat kampretnya tidak sableng, mungkin Yerin tidak akan sedekat ini dengan sang Asdos. Jika wanita itu setia setiap saat kayak rexona, mungkin Taehyung tidak akan berani menatap gemas Yerin jika bertemu. Ini bukan tentang masa lalu pak Asdos...