12 ☽ "Beauty."

3.3K 514 46
                                    

- - ⎯

Taehyung tersenyum kecil melihat gadis di depannya yang tengah menguap. Setelah menerima pesan dari ayahnya, ia langsung bersiap-siap dan bergegas untuk pulang, karena hujan pun mulai reda.

Mungkin, kebanyakan orang akan dengan senang hati menerima perintah sang ayah jika ia akan dikuliahkan S2 di luar negri. Bahkan, biaya sudah ditanggung sepenuhnya oleh sang ayah. Siapa yang tidak tergiur?

Ya. Katakanlah bahwa Taehyung bodoh karna ia yang sama sekali tidak tertarik dengan tawaran itu.

Ia hanya berpikir, meninggalkan seorang wanita yang telah melahirkannya adalah hal terfatal yang ia pilih. Apalagi, akhir-akhir ini ia selalu memergoki ibunya yang tengah melamun seperti tengah memikirkan sesuatu.

Kemana senyuman ceria sang ibu? Kemana gurauan menggemaskannya sang ibu? Kemana juga alunan halus dari mulut sang ibu?

Semua itu hilang. Entah sejak kapan, dan entah karena apa.

Akhirnya, Taehyung memutuskna untuk terus berada di sekitar ibunya jika ia tidak ingin melihat hal yang lebih menyakitkan dari ini.

Kembali kepada gadis di hadapannya yang berusaha menahan kantuk, memegang handle pintu, juga menyandarkan kepalanya pada badan pintu seolah mengendalikan dirinya supaya tidak ambruk.

"Baju gue--"

"Gapapa, Pak. Saya cuciin nyampe bersih tanpa noda membandel, kok," potong Yerin sedikit kesal karna sedari tadi Asdosnya itu bawel soal bajunya yang basah.

"Bukan gitu. Gue cuman gak enak aja, Yer. Banyak ngerepotin lo," ungkap Taehyung tidak enak.

Tadinya ia tidak ingin membangunkan Yerin yang tengah tertidur lelap. Tapi, jika ia tinggalkan begitu saja, ia khawatir ada orang jahat yang masuk ke indekos Yerin karena pintu yang tidak terkunci.

"Santai aja, Pak. Ke sini aja kalo masih butuh sandaran. Anggap aja saya Sandar Dewi."

Ucapan Yerin membuat Taehyung gemas. Apalagi, mengetahui gadis itu yang mengucapkannya dalam keadaan setengah sadar.

Dan dalam keadaan setengah sadar itulah Taehyung mengambil kesempatan.

Ia berjalan masuk kembali menghampiri Yerin, lalu mengecup--

--bukan. Bukan apa yang pencinta novel roman harapkan. Ia hanya mengecup sebelah pipi gadis itu, dan mengucapkan kata terima kasih dengan napas hangat yang membelai pipi si gadis.

Refleks Yerin berdiri tegak. Kesadarannya sudah sepenuhnya kembali. Namun, ia masih harus mencerna betul apa yang terjadi di malam sabtu ini.

Ia menatap kepergian Asdosnya, disusul suara lembut deru motor yang menjauh.

Tangan kanannya mulai naik, meraba pelan bekas kecupan si Asdos. Ia tengah berpikir, apa ia harus pingsan? Atau pergi meminjam palu Thor, lalu mengejar Asdos jahanam itu?

☕ ☕ ☕

"Yerin cantik, tapi gak cantik!"

Seruan menyebalkan sahabatnya itu membuat Yerin hendak mundur untuk berbalik arah.

Ia sedang pusing tingkat Kabupaten, dan tidak ingin kepusingannya itu meningkat ke tingkat Provinsi karena kehadiran sosok terkutuk itu.

"Et et et ... mau ke mana hayooo?" tanya Joy usil menghalangi langkah Yerin menuju arah yang berlawanan dengan kelasnya siang ini.

"Diem, deh, Joy Martin. Gue lagi dapet tamu dari planet Mars kalo lo mau tau."

Joy mengangguk pelan antara paham dan tidak paham. Seperti baru saja mengingat sesuatu, ia buru-buru mencari keberadaan ponsel di dalam tas selempangnya.

Asisten Dosen ↬ taerin | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang