Maaf, yaa., buat sementara nay ga bisa balesin komen, ehe
-- - ---
Tiga hari berlalu, tidak ada yang berubah bahkan lebih membaik. Semuanya sama, bahkan kehadiran Niko yang makan siang di rumah itu pun malah membuat suasana semakin mencekam.
Beda dengan si bungsu. Karena tidak tahu apa-apa, ia masih bisa memasang senyum ceria seperti biasa, tidak seperti yang lain karena dipaksakan. Jaemin bahkan tidak menyadari tatapan tajam dari kakak tertuanya kepada kakak termuda di ruang makan itu.
Kondisi Jaemin sedang sangat baik. Saat di hari ulang tahunnya, seperti biasa ia menempeli sang bunda dan mengungkapkan kata-kata manis penuh perasaan seperti biasa. Belum lagi sang ayah dan kak Rinnie yang memberikannya hadiah tak kalah sangat istimewa—seperti kejutan pesta perayaan.
Meskipun kak Niko tidak ikut merayakan, tapi itu sudah sangat cukup karena kakaknya itu ternyata masih ingat hari ulang tahunnya dan memberikan hadiah kecil yang membuat Jaemin terharu.
Belum lagi Luna yang ternyata hadir dan memperlakukan Jaemin dengan sangat penuh peduli. Karena, Luna pun tahu apa yang akan membuat sosok ceria itu berubah murung.
Sungguh sangat menyedihkannya lelaki itu, bukan? Tidak tahu bahwa di balik semuanya, ada kabar yang akan menghantam tepat pada ulu hatinya.
Keputusan bercerai dari kedua orang tua itu akhirnya didapatkan oleh Yerin dan Niko di hari ulang tahun Jaemin—sebelum acara kecil itu dimulai. Senyuman yang Jaemin terima saat itu, ternyata sebuah senyuman terakhir dari satu keluarga utuh.
Bukannya Dean egois karena tidak bisa lagi mempertahankan keluarga demi anak-anaknya. Ia sudah meyakini bahwa hubungannya dengan Eva memang tidak bisa lagi dipertahankan karena malah akan lebih menyakiti anggota keluarga.
Tapi, dari keputusannya itu, yang Dean khawatirkan adalah ... Apa Jaemin akan menerimanya dengan mudah?
Dentingan terakhir pada piring itu mengakhiri acara makan Niko. Ia berdiri, menatap serius adik perempuannya yang sedari tadi tidak berani menatapnya.
"Rin, kalo udah makan, temuin Kakak!" perintahnya tegas lalu berjalan pergi ke halaman belakang rumah, memberi tatapan bingung dari semuanya khususnya dari Jaemin.
Yerin menelan ludahnya gugup. Ia menghabiskan makannya, namun belum berani beranjak dari sana. Ia pun memutuskan untuk mengecek ponsel, melihat beberapa notifikasi masuk, dan mulai membukanya satu per satu.
Zane
| Rin, lo baik-baik aja?
| Ini hari senin dan lo ga masuk
| Lo sakit?
| Mau gue bawain sesuatu?Yerin hanya menatapnya lama, dan tidak membalasnya. Ia pun beralih mengecek pesan lain, termasuk pesan grup angkatan, sampai ia membuka pesan dari sahabat sablengnya.
Joy
| Rin, lo kapan balik dah?
| Gue cape ngurusin tata
| Dia ga bisa diem, njirr
| Kek anak umur satu tahunYerin terkikik geli.
| Belom si kuki bawel banget jadi ayam
| Kek ibu kosan yg lagi nagih tunggakan listrikk
| Padahal gue punya salah apa ke dia?!!Yerin terkikik lagi, merasa puas selalu merepotkan Joy dalam mengurus ayam pelanginya ketika ia tak ada di kosan.
| Si cimi kebo banget astataaaaang
| Dia ayam apa kebo, sih?!Yang Yerin baca sekarang adalah pesan Joy di pagi hari. Dan notifikasi di siang ini, baru muncul mungkin karena Joy tahu bahwa ia sedang online.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asisten Dosen ↬ taerin | END
FanfictionJika sahabat kampretnya tidak sableng, mungkin Yerin tidak akan sedekat ini dengan sang Asdos. Jika wanita itu setia setiap saat kayak rexona, mungkin Taehyung tidak akan berani menatap gemas Yerin jika bertemu. Ini bukan tentang masa lalu pak Asdos...