Chapter 2

500 48 13
                                    

17.04.1996
Desa Neglawangi

Setibanya di desa Neglawangi, Adi langsung pergi ke rumah yang sengaja mereka sewa selama seminggu berkegiatan. Saat itu hanya ada panitia inti saja yang datang. Sisanya akan datang besok. Adi dan teman-temannya kemudian pergi ke kantor desa untuk melapor. Untungnya mereka disambut dengan sangat baik dan antusias oleh warga desa

Adi kemudian memilih menghabiskan waktunya untuk berjalan-jalan sekitar desa. Ia tak pernah menghirup udara sebersih ini selama di kota. Udaranya sangat dingin hingga ia perlu mengenakan jaket tebal. Tapi berbeda dengan penduduk lokal. Mereka tampak biasa saja walau hanya mengenakan kaos tipis

Dengan membawa kamera DSLR-nya, Adi masih berjalan sekeliling desa, memotret pemandangan yang masih sangat indah. Menjauhkan semua penat di kepalanya. Kini ia sudah berada di perkebunan teh. Ia dengan bodohnya mengenakan sandal jepit mendaki gunung, sudah jelas kan bagaimana keadaan kakinya sekarang?

Tapi Adi tak peduli. Mumpung para pekerja teh sudah pergi ke pabrik. Dan Adi berniat menunggu matahari tenggelam disini

Saat tengah asik berkeliling perkebunan teh, tiba-tiba iya melihat seorang gadis sedang mematung sendirian. Awalnya ia ketakutan setengah mati. Ia tahu di desa seperti ini tidak mungkin masih ada orang berkeliaran saat hari hampir gelap. Adi mulai berprasangka tak baik, bulu kuduknya mulai berdiri. Perlahan ia mulai berjalan menjauh, tapi sial, ia menginjak sebuah ranting membuat perhatian gadis itu teralihkan

Gadis itu menolehkan wajahnya dan menatap Adi dengan dahi berkerut. Keduanya saling melempar pandangan dan hanya terdiam tanpa berkata apa pun. Satu kata yang hanya Adi katakan saat itu

"Cantik"

Ya, karena gadis di hadapannya ini terlalu cantik, Adi tak peduli apa dia manusia atau makhluk halus. Kecantikannya seolah membuat tubuhnya membeku di tempat. Ia tak bisa melangkahkan kakinya kemana pun dan matanya terus tertuju pada paras ayu gadis itu

"Ayu!"

Suara nyaring wanita paruh baya dengan tubuh gempal itu membuat perhatian Adi dan sang gadis teralihkan. Adi kembali mengalihkan pandangannya pada gadis itu. Berbeda dari sebelumnya, kini gadis itu tersenyum cerah

"Sudah magrib Ayu! Cepat masuk rumah"

"Iya iya bu.. ibu jangan naik kesini. Ayu turun sekarang" Gadis itu pun segera menghampiri wanita gempal yang Adi yakini adalah ibunya. Dalam hatinya ia bersyukur karena gadis itu ternyata hanya manusia biasa

Matanya terus mengikuti gerakan gadis itu. Hingga gadis itu kembali menoleh padanya dan menunjukkan senyumnya. Membuat bibirnya juga ikut tersenyum lebar tanpa diminta

 Membuat bibirnya juga ikut tersenyum lebar tanpa diminta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ibu.. aku masih di dunia kan? Bukan di surga?" Gumam Adi. Ia sadar ia masih memegang kameranya. Dengan gerakan cepat, Adi langsung memotret gadis itu beberapa kali. Dan hasilnya tetap cantik

Orange Chocolate [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang