Chapter 8

268 36 0
                                    

23.06.1997
Kediaman Rumah Wijaya

"Huaaaaa mama~" Pagi pagi sekali Karina sudah menangis di kamarnya ia terus memeluk mamanya. Ia menangis karena Adi. Bukan, Mereka tidak putus, Adi juga tak meninggalkan Karina

Karina menangis karena ia sangat merindukan kekasihnya yang beberapa minggu ini tak ditemui. Bukan berarti mereka tak bertukar kabar, Adi selalu menelpon dan mengabarinya. Tapi tadi malam Adi menelpon Kirana setelah 3 hari tapi gadis itu kepalang masuk ke alam mimpi dan Kirana merutuki dirinya sendiri karena ia sudah sangat merindukan kekasihnya

"Kenapa tidak kamu telpon saja?"

"Aku takut mengganggu. Adi pasti sangat sibuk sekarang"

"Terus mama harus bagaimana sayang? Mau mama telpon Bu Graha bilang kalau anaknya sudah bikin anak mama menangis?"

"Iihh.. mama jangan bercanda~" Rengek Karina dan ibunya hanya terkekeh saja

"Ya kamu juga. Hanya karena tidak angkat telpon Adi saja sampai menangis. Bagaimana kalau ditinggal ke luar negeri. Kamu yakin bisa menikah dengan Adi?"

"...tidak tahu, siapa memang yang mau menikah?"

"Loh ko begitu ngomongnya? Kamu memang tidak serius sama Adi?"

"Bukan begitu.. ya sekarang pacaran saja, gatau menikah atau tidak, itu urusan nanti"

"Jangan begitu Karina.. mama mau Adi jadi menantu mama. Adi juga serius, masa hanya kamu yang main-main sih sayang?"

"Aaahh.. mama jangan bikin Karina makin pusing. Sudah sana keluar"

"Dihh.. ko malah tidur lagi sih?" Ibu Karina hanya geleng-geleng melihat putrinya malah kembali masuk ke dalam selimut "kenapa kamu tidak coba ke kantor? Siapa tau kamu bisa lihat Adi? Sekalian bawa makan siang. Pasti ada waktu makan siang"

Karina langsung terbangun dari tidurnya. Hal itu tentu membuat ibunya terkejut. Terlebih saat Karina langsung berlari menuju kamar mandi. Ibunya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan kelakuan putrinya yang berbanding terbalik dengan sang adik yang jauh lebih terlihat dewasa

🍫🍊

23.06.1997
Kantor Cabang PT. Graha Abadi

Pagi itu Karina sudah tiba di kantor dimana Adi bekerja. Benar kata ibunya, Adi sedang berada disana. Tepatnya sedang mengadakan meeting. Dengan santainya Karina hanya berjalan begitu saja menuju ruang meeting. Mengintip dari jendela dan menemukan kekasihnya nampak sedang serius memperhatikan orang yang sedang melakukan presentasi

Tentu saja tidak ada yang bisa menghalangi Karina. Tapi ia cukup tahu diri untuk tidak menggebrak pintu masuk dan memeluk kekasihnya. Ia masih punya akal sehat

Cukup lama Karina berdiri di depan ruangan itu. Kini Karina bisa melihat sosok Adi dengan jelas. Pria itu berdiri dengan tampan dan gagahnya di depan anggota rapat. Sepertinya ia akan melakukan presentasinya. Tanpa sengaja tatapan mereka bertemu. Adi melihat sosok Kirana di luar ruangan. Wajah kusutnya berubah 180 derajat saat melihat kekasihnya itu

Karina pun ikut tersenyum saat Adi melihatnya dan langsung tersenyum. Karina masih terus menunggu pria itu di depan ruang rapat, hingga rapat selesai Karina terus memasang senyuman di wajahnya

"Karina? Apa yang kau lakukan disini?" Karina sudah sangat hafal suara itu

"Iya pa, hanya ingin bertemu Adi. Papa apa kabar?" Tanya Karina pada pria paruh baya yang sudah ia anggap seperti papanya sendiri. Itu adalah ayah Adi

Orange Chocolate [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang