Chapter 29

186 45 6
                                    

31.05.1998
Rumah Adi & Karina

Adi sudah mengganti pakaiannya. Ia kini duduk di samping Karan, karena Karina sudah mengambil tempat duduk paling ujung. Lagi pula ia tak berani duduk di samping istrinya saat ini

Selama beberapa menit tak ada yang membuka suara. Adi juga masih takut dengan kabar apa yang akan mereka ceritakan padanya. Firasatnya sangat buruk, terlebih melihat Karan dan Ayu masih belum menatapnya

"Sebenarnya apa yang ingin kalian katakan? Katakanlah" Ujar Adi akhirnya memberanikan diri membuka suara

"Ayu ingin mengatakan sesuatu padamu" Ujar Karina membuat wanita bernama Ayu itu mendongak menatapnya tajam. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya pada Karina. Memohon padanya

"Kalau begitu biar aku yang bicara. Sepertinya Ayu terlalu takut padamu mas" Ujar Karina tak mempedulikan tatapan memohon Ayu. Kini Karina balik menatap suaminya lekat. Tatapannya tajam dan sinis seolah sedang menatap pendosa besar. Tatapan seolah Adi adalah orang paling menjijikkan di muka bumi. Dan tatapan itu yang lagi-lagi membuat hati sang suami sakit bukan main

"Bisakah kau bicara dulu? Berhenti menatapku seperti itu Karina. Apa aku menghamili Ayu? Hingga ia menangis dan meminta tanggung jawab dariku? Tanya Adi enteng, karena ia yakin jawaban 'tidak' akan keluar atas jawaban pertanyaannya. Namun yang ia dapat hanya tatapan itu lagi. Bukan hanya dari Karina, tapi juga dari Karan. Pria yang sedari tadi hanya menundukkan wajahnya kini menatapnya tajam seolah akan membunuhnya saat ini juga

"Wah.. Ayu, apa benar jika pria ini melakukannya tanpa sadar? Sepertinya ia bisa mengingatnya dengan baik?" Ucapan Karina berhasil kembuat jantung Adi berdentum tak karuan. Apa maksudnya?

"Apa maksudmu Karina? Katakan dengan jelas. Apa yang aku lakukan tanpa sadar?" Tak ada jawaban lagi dari mulut Karina. Istrinya bahkan memilih mengalihkan pandangannya. Wanita itu menggigit bibir bawahnya sebelum akhirnya air matanya lagi-lagi menghiasi pipinya

"Katakan padaku Karina!" Paksa Adi. Tapi wanita itu justru berdiri dan melangkah ke kamarnya dan membanting pintu. Netra Adi bergerak cepat kesana kemari. Panik. Dugaannya sudah menjalar kemana-mana. Ia butuh jawaban

"Karan! Ceritakan padaku. Ayu! Hey, ayolah, katakan padaku. Aku mohon. Apa yang sudah aku lakukan padamu?" Kini Adi bahkan sudah menekukkan dua lututnya di hadapan dua orang yang tersisa di ruang tengahnya

"Bang, kau harus bertanggung jawab" Ujar Karan sambil menepuk pundak Adi

"Bang Adi sudah menghamili Mba Ayu. Malam itu saat Bang Adi mabuk di Paris" Lanjut Karan yang selanjutnya diiringi isak tangis seorang wanita di hadapannya

Deg

Seolah di hantam batu keras. Jantungnya seolah berhenti berfungsi. Air mata sudah berhamburan jatuh di pipinya. Apa yang sudah ia lakukan tadi? Bohong bukan? Mereka berbohong

"Apa itu benar?" Kali ini Adi mengarahkan pandangannya pada Ayu. Hanya gadis itu yang bisa ia percaya. Hantinya langsung mencelos saat melihat Ayu hanya menangis keras dan mengalihkan pandangan darinya. Gadis itu bahkan tak bisa menjawab

Adi hanya bisa tertunduk saat mengetahui kesalahan apa yang ia perbuat. Pantas saja istrinya bersikap begitu. Kini ia memahami maksud semua ini. Kini ia bahkan tak bisa marah pada istrinya. Ia tak bisa lagi merasa sakit hati atas perkataan istrinya. Ia tak bisa lagi kecewa pada sikap istrinya. Ia pantas untuk di maki, di pukul dan di buang

Adi berjalan tertatih. Pikirannya kacau. Hatinya kacau. Ia berjalan keluar dan berteriak keras diiringi suara rintik hujan dan dentuman guntur

"Aaaaaakh!" Teriaknya di teras rumah. Berharap hujan akan menutupi jeritan penyesalannya

Orange Chocolate [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang