Chapter 40

197 33 6
                                    

02.10.1998
Desa Neglawangi

Sejak kepulangan Ayu, wanita itu tidak pernah beranjak keluar dari rumah. Jangankan keluar rumah, keluar kamar pun hanya sesekali. Kedua orang tua Ayu juga sangat khawatir dengan keadaan putri mereka. Entah apa yang bisa mereka lakukan demi Ayu, agar putrinya punya semangat hidup lagi. Mereka juga masih khawatir jika sewaktu-waktu Ayu akan nekat mencoba bunuh diri. Karena itu terkadang Pa Keman dan Bu Nisa bergantian menjaga Ayu. Pulang kerja cepat, atau bahkan tak bekerja

Sikap mereka pula yang membuat orang-orang curiga. Apa yang disembunyikan, semua warga kini bertanya-tanya tapi dua orang tua itu hanya memilih diam dan mengabaikan pertanyaan-pertanyaan orang lain

Bagai anjing yang mencuri tulang dan menguburnya dalam tanah. Awalnya semua berjalan lancar, orang tua Ayu sangat pintar menyembunyikan kehamilan putrinya. Bukan tak ingin jujur, tapi mereka sangat tahu watak warga desa dan mereka tak ingin ada mulut-mulut tak bertanggung jawab yang mungkin bisa melukai putrinya. Tapi Pa Keman dan Bu Nisa tak bisa menyembunyikannya lagi saat kedua orang tua Tito menanyakan apa yang terjadi

Ya, kedua orang tua Tito adalah sahabat baik mereka. Maka dari itu juga Tito dan Ayu sepakat dinikahkan nantinya. Jika begini, tentu pernikahan itu tak akan terlaksana. Karena itu, kini orang tua Ayu bertamu di kediaman Tito dan menceritakan apa yang terjadi

Tito tentu saja merasa kesal dan marah. Ia tak terima dengan keadaan ini. Memang Tito sangat mencintai wanita yang akan dijodohkan dengannya itu. Tak apa jika Ayu memutuskan hubungan jika dia menemukan pria lain. Tapi hamil? Yang benar saja, pria mana yang tega merusak kebahagiaan wanita yang dicintainya itu? Sedari kecil Tito sudah memperlakukan Ayu sebagai tuan putrinya, bagaimana bisa pria lain memperlakukan tuan putrinya sebagai boneka? Tentu saja Tito tak terima

Tito juga merasa marah pada kedua orang tua Ayu. Kenapa mereka membuat keputusan seperti ini? Padahal Pa Keman tahu betul keadaan kota dan sifat Ayu itu sangat bertolak belakang. Dan sekarang mereka memilih memisahkan keduanya? Tidak, Tito tak akan mengalah lagi. Toh Ayu tak ada yang memiliki, tak seharusnya menarik dirinya jauh-jauh dari Ayu hanya karena ada nyawa lain dalam perutnya

🍊🍫

Bagi Pa Keman, hidup putrinya lebih penting dari pada pekerjaan, tapi bukan berarti ia harus meninggalkan pekerjaan bukan? Tapi itu yang terjadi. Ia tak bisa melakukan pekerjaannya seperti seharusnya. Kepalanya terisi penuh dengan Ayu hingga banyak pekerjaan yang tak diselesaikan dengan baik, bahkan terbilang tak selesai. Pa Keman sangat menyesali itu karena hal itu yang menuntunnya dalam bencana

Kini semua perangkat desa sudah berkumpul untuk rapat. Tentu saja karena sikap Pa Keman belakangan ini. Belum lagi anggaran desa yang terbuang percuma karena project yang tak berjalan sesuai rencana. Semua kacau sekarang di desa

"Maafkan saya saudara-saudara. Saya sudah lalai dalam pekerjaan. Saya berjanji kejadian ini tak akan terulang"

"Maaf itu gampang Pa, tapi uang tak bisa kembali"

"Sudah bapa lengeser saja kalau tak bisa bekerja lagi"

"Baiklah, tak apa, saya akan turun dari jabatan saya sekarang. Sekali lagi saya minta maaf sebesar-besarnya"

"Tunggu, turun jabatan itu gampang. Bagaimana dengan uangnya? Bapa jangan lepas tangan"

"...Untuk itu, saya akan mencoba mengganti rugi. Saya akan bekerja di kantor tanpa digaji saya rela"

"Bagaimana bisa? Lalu siapa yang menjaga putri bapa yang hamil?"

Entah suara dari barisan mana, dari kursi mana, suara itu hanya mengintrupsi satu kata namun membuat semoa orang ribut dan mulai saling berbisik. Membuat ruang rapat itu menjadi tak kondusif

Orange Chocolate [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang