Chapter 46

278 69 30
                                    

🚫Stoooppp!!! Sebelum baca, jangan lupa klik gambar bintangnya dulu ya.. Jangan pelit vote demi kesejahteraan Kerajaan Arendelle kk~🚫


Udah vote?
Oke sip...
langsung aja ya guys happy reding~ 😘

🍊🍫

"Bu?"

"Hm?" Nisa membalikkan tubuhnya menatap putranya

Sementara Wicak malah hanya menatap balik ibunya dengan lekat. Tanpa berbicara apa pun, membuat Nisa mengernyitkan dahinya bingung

"Ada apa nak?"

"Ngga, cuma aku senang ibu bersamaku"

Nisa membulatkan matanya, tak percaya dengan perkataan yang baru saja keluar dari mulut Wicak. Ia hanya tak menyangka jika Wicak akan memaafkannya secepat ini. Ia kira putranya tak akan menganggapnya sebagai ibu lagi. Tapi sepertinya itu tidak mungkin ya?

"Benarkah?" Tanya Nisa sambil tersenyum lebar

"Jangan pernah ninggalin aku ya bu" Ujar Wicak lagi kemudian Nisa bergerak untuk memeluk putranya sambil menangis haru

"Tentu saja, ibu tidak punya tempat untuk pergi selain putraku" Ujar Nisa dan Wicak balik memeluk tubuh ibunya dengan erat. Sangat erat. Ia hampir merasakan tak pernah bisa lagi memeluk tubuh ini. Untunglah itu hanya bunga tidur

"Aku menyayangi ibu apa pun yang terjadi" Bisik Wicak dan Nisa hanya mengangguk karena ia tak sanggup berucap lagi. Suaranya tercekat di tenggorokkannya

"Apa yang harus ibu lakukan.. kamu terlalu baik untuk menjadi nyata sebagai putraku" Bisik Nisa. Sekarang pikirannya menerjang jauh kembali ke beberapa saat dimana ia mengetahui kebenarannya

"Kenapa ibu bicara begitu? Aku begini karena ibu" Wicak melepas pelukannya dan menghapus air mata yang mengalir di wajah ibunya. Ia menangkup pundak ibunya dan menatapnya sekali lagi "Tanpa ibu, aku tidak akan berada disini. Jadi jangan bicara seperti itu. Aku memaafkan ibu. Aku sadar semua demi kebaikanku. Dan aku sadar ibu satu-satunya orang yang mempercayaiku dan menyayangiku dengan tulus"

"Sebaiknya kita menemui tamu kita. Mereka cukup lama menunggumu" Ujar Nisa sambil mengusap wajah putranya dan tertunduk lemas. Ia melangkahkan kakinya dengan berat menuju ruang tamu

Seharusnya ini menjadi berita gembira. Kenapa ia seperti ini? Kenapa putranya tertalu cepat memaafkannya?

"Bu? Ada apa?" Tanya Wicak lagi yang merasa aneh dengan sikap ibunya yang terlihat sedih

"Temui tamu mu di ruang tamu, ibu akan mengambil minuman untuk kalian" Ujar Nisa lalu tersenyum dan mengambil arah berlawanan menuju dapur

Wicak merasa prilaku ibunya tak biasa. Apa lagi yang dikatakan keluarga itu pada ibunya? Ia merasa gelisah sekarang. Namun Wicak tetap melangkahkan kakinya menuju ruang tamu

Tiba di ruang tamu, ia terbelalak karena ada 4 orang disana. Bukan hanya Om Adi dan Tante Karina, namun Om Karan dan satu orang yang asing baginya ada disana

Sama terkejutnya dangan Wicak, keempat orang yang hanya menunggu itu kemudian reflek berdiri dan menyambut pemuda itu. Hanya perasaan Wicak atau bukan, ia merasa pernah bertemu orang satunya. Dan suasana ini, sangat familiar baginya

"Duduklah. Om ingin bicara padamu"

"Tidak bisakah kalian memberiku waktu? Dari sekian banyaknya waktu. Haruskah hari ini?"

"Om tidak bisa lagi menyembunyikannya. Aku pikir tak baik jika hal seperti hari ini kembali terjadi"

"Ck. Kemana pikiran om selama 24 tahun ini?"

Orange Chocolate [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang