Chapter 16

263 44 5
                                    

02.07.1997
Restoran Atmosphere, Bandung

"Ck! anak itu" Ibu Wijaya hampir beranjak dari tempatnya. Tapi Adi segera menahannya

"Biar Adi saja ma. Adi mohon"

Bu Wijaya pun setuju. Kini Adi yang beranjak dan segera berlari menyusul Karina. Senyuman sudah tak terpancar lagi di wajah tampannya. Yang ada hanya raut kegelisahan di wajahnya. Hatinya berdegup cukup keras

"Aku tidak mau"

Kata-kata itu terus berputar di otaknya seperti kaset rusak. Dadanya terasa sesak. Perutnya terasa mual. Dan kepalanya pusing sekarang karena tak kunjung melihat sosok Karina di dalam restoran. Akhirnya ia melihat Karina berjalan menuju tempat parkir. Adi pun mengambil langkah lebar untuk menghentikan Karina

"Karina! Hey!" Adi menahan tangan Karina dan langsung membalikkan tubuhnya

"Maaf Adi, aku tidak bisa menerima lamaranmu" Karina segera memalingkan wajahnya. Sungguh, ia tak bisa menatap kekasihnya sekarang

"Baiklah.. tidak apa, tapi bisa aku tahu alasanmu?"

Karina hanya menggelengkan kepalanya

"Lalu aku harus bagaimana? Apa hubungan kita akan berakhir?"

Lagi-lagi Karina hanya menggelengkan kepalanya

Adi bingung. Sangat bingung. Ia segera menarik Karina ke dalam pelukannya. Memeluknya erat dan mengusap kepalanya

"Aku mencintaimu. Sangat. Kau tahu itu kan? Apa.. apa kau masih mencintaiku?" Tanya Adi dengan suara bergetar. Ia sebenarnya takut mendengar jawaban Karina tapi saat Karina menganggukkan kepalanya Adi merasa sangat lega

"Jangan tinggalkan aku"

"Maafkan aku"

"Tak apa, harusnya aku yang minta maaf. Harusnya aku bicara padamu sebelum melamarmu. Kau mungkin belum siap"

"Bodoh. Kenapa kamu minta maaf? Kamu tidak salah sama sekali"

"Apa kamu menangis?" Tanya Adi saat merasakan tubuh Karina bergetar di pelukannya

"Tidak" Karina berusaha melepaskan pelukannya dan menjauh dari Adi. Apa daya, kekasihnya lebih kuat darinya. Adi justru mendekapnya lebih erat dari sebelumnya

"Kenapa kamu selalu menangis karenaku? Kenapa kamu tidak bisa bahagia bersamaku?" Tanya Adi dengan lirih. Hal itu membuat tangis Karina semakin menjadi. Hancur sudah, ia sudah mengecewakan semua orang karena hatinya yang bodoh dan tak mengikuti pikiran logisnya

"Aku selalu bahagia bersamamu. Maaf karena mengecewakanmu. Aku benar-benar... tidak mengerti dengan diriku sendiri" Ujar Karina terbata-bata karena bicara sambil menangis

"Apa kau akan bahagia jika aku melepaskanmu? Katakanlah, kau tidak pernah bicara soal keinginanmu lagi akhir-akhir ini"

"Tidak.. tidak.. jangan pernah melakukan itu"

"Kalau begitu katakan padaku. Ada apa denganmu Karin? Aku mohon bicara padaku. Aku tidak bisa terus melihatmu seperti ini" Ujar Adi sambil menangkup wajah Karina untuk menatap Wajahnya

Karina membulatkan matanya dengan sempurna kala melihat air mata sudah membasahi wajah kekasihnya. Pertama kalinya Karian melihat Adi menangis. Dan itu karena dirinya. Tanpa sadar mereka sudah saling menyakiti satu sama lain dengan terdiam

"Aku..." Karina tak sanggup berkata-kata. Ia kembali memeluk kekasihnya dengan erat. Menangis sejadinya dalam pelukan kekasihnya. Mereka terdiam selama beberapa menit dalam posisi yang sama hingga tangisan Karina mereda. Tangan Adi terus mengusap lembut surai hitam kekasihnya tanpa bicara lagi. Sepertinya Adi tahu jika Karina butuh waktu untuk dapat bicara

Orange Chocolate [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang