Chapter 6 : Kekhawatiran Mean dan Tin

3.3K 357 36
                                    

'Dia sangat ringan, Mean!' Tin berteriak lewat mindlink nya.

Mean hanya berdehem, menengok kearah Plan yang masih tertidur dalam gendongannya. Mean tersenyum, senyum simpul. Beberapa detik kemudian, Mean baru menyadari jika dirinya telah berhasil mengendalikan amukan Tin. Juga mendominasi Tin yang telah mengambil alih tubuhnya.

'Apa dia akan menerima kita?' Tin bertanya, mendesak Mean untuk bicara.

Langkah kaki Mean yang sedang berlari berhenti tiba-tiba, lidahnya kelu tatkala mendengar pertanyaan yang diajukan Tin melalui mindlink. Mean bingung harus menjawab apa, Tin seolah bertanya tentang berbagai kemungkinan yang akan terjadi nanti ketika Plan terbangun.

"Semoga saja, Tin." Jawabnya mencoba tenang.

Mean menghembuskan nafas perlahan, mengatur supaya Tin tak merasakan kekhawatirannya.

'Aku tahu kamu khawatir, Mean!"

Rencana Mean gagal, Tin tahu dia sedang khawatir. Tin menjadi lebih cerewet setelah merasakan jika pria yang sedang digendong Mean adalah Matenya. Biasanya Tin bahkan memilih diam saat Mean tak mengajaknya bicara. Tapi kali ini dialah yang antusias.

"Aku harus tahu namanya, bagaimana jika kita bawa dia ke mansionku?" Mean bertanya dengan hati-hati.

'Kau gila?' Tin mengumpat didalam sana, 'Dia akan mencurigaimu nanti'.

Ah benar juga, jika Mean membawa pria mungil itu ke mansionnya ditengah hutan bisa habis dia ditanyai banyak hal oleh anggota pack nya. Terlebih pria di gendongannya adalah manusia, habis-habisan dia akan diinterogasi oleh semua anggota. Tapi jika membawa ke kediaman para tetua, Mean khawatir pria didalam gendongannya akan bertanya banyak hal.

Tapi tak mungkin membiarkan pria mungil itu berada di hutan belantara seperti ini, tadi saja saat Mean menungguinya semua Vampire sudah siap untuk mengambil darahnya. Apalagi ketika Mean pergi meninggalkannya sendirian? Bisa-bisa ditemukan tidak bernyawa pagi besok.

Mean akhirnya memutuskan untuk membawa tubuh kecil itu kedalam mansionnya, melewati banyaknya anggota pack yang menatapnya penuh tanya. Didepan pintu kamarnya, Perth sudah berdiri sembari menggerakkan jarinya kearah Mean dan tersenyum meledek kearah Alphanya sendiri.

Meskipun begitu, Perth memberi jalan pada Mean. Mean menidurkan pria mungil itu diatas kasur nyamannya dan membiarkan Perth masuk. Perth memberondongi dengan banyak pertanyaan termasuk kekhawatirannya akan kehadiran pria mungil itu.

"Dia siapa Mean?"

"Manusia yang memergokiku sedang mengamuk di tengah hutan." Mean menjawab dengan dingin, ada kekhawatiran pada nada suaranya.

Perth diam, seolah bingung harus menjawab apa. Memergoki dan membuat Mean berhenti mengamuk dalam wujud Tin-nya. Yang benar saja?

"Bocah ini? Memergokimu?" Perth berdecak heran, jemarinya menunjuk pria mungil yang sedang pingsan. "Dan membuatmu berhenti mengamuk? Bahkan bisa berubah jadi manusia dalam waktu secepat ini?" Perth menjadi cerewet setelah mendengar jawaban yang keluar dari mulut Alphanya.

"Diam, Perth!"

Mean malas menanggapi ocehan Perth yang mendadak jadi cerewet.

'Cih..begitu saja sudah memarahiku'. Perth mengumpati Alphanya.

"Aku bisa mendengarnya, asal tau saja Perth." Mean berkata dengan dingin.

Perth terkikik geli, dia lupa sedang bersama siapa saat ini. Alphanya bisa membaca pikiran jadi percuma saja dia mengumpat.

HENING....

Perth tak berani bertanya lagi, Alpha sedang berpikir keras. Seperti memikirkan sesuatu yang sangat serius. Perth tak mau mengganggu, jadi memutuskan undur diri tanpa ijin dari si pemilik kamar.

ALPHA (2WISH)  DICETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang