Chapter 9 : Pengamatan Tanapon

2.9K 312 25
                                    


Sudah dua minggu berlalu, sejak saat itu Plan dan Earth bertingkah biasa saja. Seolah memang hanya pertemuan biasa dengan Title dan Mean. Liburan keduanya sangat menyenangkan, ditemani dua orang yang sangat mengetahui tentang hutan dan batas-batas yang tak boleh dilanggar. Plan tak banyak bicara, seperti umumnya pada banyak orang. Earth cerewet seperti sebelumnya, tapi tak banyak bertanya setelah Plan menyetujui liburan ke hutan itu.

Perth sedang menatap bocah mungil kebanggaan kampus itu dari mobilnya, tadi Perth baru saja selesei bertanya beberapa hal pada rektor. Membawa nama besar Phiravich untuk masuk tentu saja sangat mudah, hanya butuh lima menit menunggu dan dia diberi keleluasaan untuk berbicara sebagai wakil Presdir.

Rektor tentu saja bangga, kampusnya kedatangan orang penting di Thailand. Meskipun Perth mengatakan dia hanyalah utusan dan jabatannya hanya sebagai wakil Presdir, kampus itu memperlakukannya dengan istimewa.

Plan sedang mengisi perutnya dengan beberapa makanan pinggir jalan yang berjejer rapi di samping fakultasnya. Dia tak menyadari seseorang sedang mengamatinya, Plan merasakannya, tapi tak menghiraukannya. Plan sudah biasa di untit oleh stalker-stalker gila suruhan para seniornya sehingga tak heran jika setiap hari hidupnya tak tenang. Akan lebih baik jika mereka menyapa Plan, itu sungguh tak mengganggunya! Hanya saja sepertinya mereka terlalu takut, Plan adalah incaran para senior bahkan anak dari donatur kampusnya jadi tak ada yang berani berkomentar, bahkan di hadapan Plan sekalipun.

Semua mahasiswa tahu, Plan yatim piatu, anak beasiswa yang diberi kecerdasan diatas rata-rata. Dan semua orang tentu tahu, Plan sangat imut, paling muda diantara semua maba dan juga menjadi mahasiswa paling berani. Jika Plan merasa tak adil maka dia akan protes. Jika Plan merasa dia tidak salah, dia tak mau disalahkan.

"Membosankan!" Perth berujar, sopir menengoknya dan menampilkan wajah yang seolah mengatakan 'anda kenapa, wakil Presdir?' tapi hanya dalam hati.

"Aku tidak apa! Jangan pikir aku tak bisa membaca isi otakmu itu, Pak Yon."

Ah dia lupa jika atasannya ini ahli dalam hal yang tak bisa dilakukan manusia pada umumnya. Yah...pak Yon manusia, dia bekerja sebagai sopir kantor milik Phiravich.

Untung saja pak Yon tak mengatakan hal yang aneh-aneh jadi tak perlu takut untuk berbicara dalam hatinya.

"Maaf....tuan muda." Katanya takut-takut.

Perth membuang mukanya dari sang sopir, mengalihkan pandangannya ke tempat Plan berdiri tadi. Hanya beberapa menit dan yang terjadi justru membuat Perth ingin mengumpat saat ini juga.

Plan sedang didekati oleh beberapa pria dominan yang menaruh minat padanya, hanya saja ekspresi Plan datar, seolah sudah biasa ditatap seperti itu. Plan hanya tersenyum sekilas lalu memberi hormat pada orang-orang itu dan pamit untuk kembali ke kelasnya. Perth membeo, sudah jelas Plan menolak mereka, dan mereka justru tertawa dengan bahagia. Apa-apaan ini?

"Mereka para moon di kampus ini, tuan Perth," sang sopir memberi tahu. Perth hanya menatap supirnya sesaat dan pandangannya beralih pada beberapa pria tadi, "Sejak Plan masuk ke kampus ini, mereka memperebutkannya. Semua mahasiswa tahu itu, tapi melihat sifat Plan yang terkesan menolak mereka, fans dari para moon itu pernah hampir melakukan sesuatu yang sangat tidak manusiawi." Pak Yon mengikuti arah pandang Perth dan berakhir dengan wajah sedih.

"Tidak manusiawi seperti apa maksudmu? Mereka perempuan kan?" Perth bertanya memastikan.

Pikir Perth fans dari para pria itu pastilah gadis-gadis cantik yang bahkan rela untuk ditiduri. Pemikiran Perth tidaklah salah, nyatanya memang seperti itu. Tapi semenjak ada Plan, bagi para pria itu, perempuan tidaklah lagi menarik bagi mereka. Mereka hanya berpikir untuk mendapatkan Plan dan bagaimana caranya menarik perhatian Plan.

ALPHA (2WISH)  DICETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang