Chapter 29 : Kedua Kalinya

2.4K 279 32
                                    

Hai semua.....

I'm back with new chapter.

Chapter ini nyaman dibaca pada malam hari, jika anda sibuk lebih baik jangan membaca dahulu. Simpan untuk nanti, karena chapter ini membutuhkan penghayatan yang mendalam.

Hope you enjoy it.

.

.

.

Malam itu, mereka tidur di kasur yang sama. Mean meminta sesuatu yang sangat ingin Plan hindari. Ketika sedang berdua di kamar, Mean meminta ijin untuk menjelajah isi tubuh Plan, yahh, taulah? Melakukan 'itu' dan Plan mengiyakan. Yang pertama kali itu karena ketidaksengajaan dan keadaan, sekarang mungkin Mean ingin melakukan secara sadar, Plan tidak tahu jika malam ini adalah Bulan Purnama penuh. Dia bahkan tak keluar balkon untuk melihat pemandangan malam yang biasanya dia pantau.

Mereka melakukannya dengan perlahan, awalnya hanya ciuman dan kecupan ringan, lalu beralih pada lumatan-lumatan penuh tuntutan yang didominasi oleh Mean, entah bagaimana Plan tak membela diri sama sekali ketika Mean mulai membuka kancing kemejanya satu-persatu. Tangan Mean memainkan nipple Plan, mencubit dan memutarinya dengan jemari tangannya. Plan menahan desahannya karena tak ingin mengganggu kegiatan yang lebih dominan, katanya demi kenyamanan.

Mean mulai menandai bagian leher Plan yang tersaji di depannya, mulai dari belakang telinga sampai pada bagian dada di atas nipple. Plan menggelinjang kala Mean menyedot bagian dadanya untuk memberi kissmark disana, dia menahan desahan dan lenguhan yang ingin keluar dari mulutnya.

"Hah....Phi.....Ahh," Dia terengah-engah karena sudah tak kuat untuk menahannya.

Tubuhnya bereaksi tanpa bisa dia kendalikan, Mean tak menghentikan aksinya meski yang lebih muda sudah tertatih hanya untuk sekedar memanggilnya.

"Tenanglah," dia berucap lirih, "Rilekskan badan dan jangan tegang!" Dia memperingatkan yang lebih muda.

Plan mulai tenang dan hanya menikmati tanpa tahu harus bagaimana ketika Mean mulai menjelajahi jengkal demi jengkal tubuhnya yang mulai tak terbalut pakaian. Kini dia hanya mengenakan celana pendek di atas paha yang memperlihatkan kaki kecilnya yang indah, lebih indah dari pada kaki wanita.

Mean menghentikan kegiatannya memberi kissmark pada tubuh Plan, menatap lekat-lekat Lunanya tercinta yang saat ini terkungkung dalam tindihannya. 'Indah sekali,' Mean memuji dalam hati. Baru kali ini dia melakukan secara sadar, jadi ketika dia melihat Lunanya yang sudah tak terbalut kemejanya, dia merasa pemandangannya terlalu indah untuk dilewatkan, terlebih, tubuh Plan putih bersih dan sangat lembut.

"Jangan melihatku seperti itu, Phi!" Plan yang menyadari keterdiaman sang Alpha yang melamun akhirnya memutuskan untuk memperingatkan. "Aku malu," dia mencicit lirih, nyaris tak terdengar jika saja Mean masih belum sadar dari lamunannya.

Plan menutupi bagian dadanya dengan dua tangannya membentuk X menutupi bagian atas tubuhnya. Mean menyunggingkan senyum maklum, ada getir bahagia ketika Lunanya merasa malu meski baru setengah telanjang di depannya.

Mean berdiri dari posisinya yang masih menindih Plan, dia membuka nakas dan mengambil sesuatu dari sana. Itu seperti tempat obat atau pil yang biasanya di jual di apotik, di dalamnya berisi serbuk berwarna merah yang Plan tak ketahui untuk apa.

"Aku hampir lupa ini," katanya, "Malam ini purnama, jadi jika aku tiba-tiba mencekikmu, kau bisa gunakan itu untuk menyerangku!" Dia menjelaskan dengan singkat, "Buka tutupnya dan lemparkan ke wajahku, itu bisa membuatku pingsan, setelah itu keluarlah dan minta Warriorku untuk mengurusku." Mean mengajari Plan caranya menggunakan serbuk merah itu.

ALPHA (2WISH)  DICETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang