Chapter 37 : Perhatian Lebih, Seharusnya~~

2.1K 235 9
                                    


Dua puluh menit berlalu sejak Mean meninggalkan Plan di dalam kamarnya. Plan mengerjapkan matanya perlahan, membiarkan bias cahaya memenuhi retinanya. Mata cantiknya menelusuri semua yang ada disekitarnya. Yang di temukannya hanya seseorang yang dikenalnya, Reish. Shewolf yang memiliki tugas menjaganya.

"Dimana P'Mean?" Plan bertanya dengan buru-buru dan khawatir.

"Sedang di aula pertemuan Luna, bertemu dengan para Jenderal." Reish dengan tenang menjawab.

"Apa P'Mean pergi karena aku menyebalkan? Apa aku merajuk padanya? Apa yang harus aku lakukan ketika dia kembali?" Plan bertanya dengan gusar, suaranya terdengar ketakutan.

"Tidak Luna, tolong tenang." Reish berkata, berusaha menenangkan Luna-nya yang akhir-akhir ini sangat sensitif.

"Dia pasti marah karena aku menyebalkan kan Re?" Plan mengguncang bahu Reish supaya menaruh seluruh atensinya pada dirinya.

Plan dilanda rasa ketakutan yang luar biasa, dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya di ujung kamar P'Mean. Plan seperti sangat takut kehilangan Mean, dia begitu takut ditinggal barang sedetikpun.

"Tinggalkan aku Re, P'Mean pergi pasti karena aku menyebalkan!" Perintahnya dengan suara yang tercekat, tangisnya nyaris jatuh.

"Pergi Re, pergi!" Usirnya pada Reish.

Plan membenamkan seluruh wajahnya dengan isak tangis yang memilukan, sangat lirih memang tapi Reish masih sanggup mendengarnya. Wolfnya segera memintanya untuk keluar dan menemui Warrior atau seseorang yang dipercaya sang Alpha untuk melaporkan tentang semuanya.

Reish keluar kamar Lunanya dan berlari ke aula pertemuan, Warrior yang berjaga di pintu tak membiarkannya masuk. Reish harus mengatakan jika ini berkaitan dengan Luna, barulah sang Warrior mendengarkan apa yang hendak dilaporkan oleh SheWolf itu.

Warrior itu masuk ruangan dengan begitu tenang, seolah tidak ingin mengganggu rapat yang sedang berlangsung. Dia mendekati sang Alpha dengan perlahan, Mean mengerti dan sedikit menjauh untuk menghampiri Warriornya.

"Maaf mengganggu Alpha," Warrior itu meminta maaf, "Seorang Shewolf berada diluar ruangan, melaporkan jika ada sesuatu yang terjadi dengan Luna. Anda diminta untuk segera kembali ke kediaman anda." Lapornya dengan cepat.

Mean menyerahkan semuanya pada Title, dia harus segera kembali. Sebelum itu, dia pamit dan mengatakan ada urusan penting jadi semuanya tidak ada yang menganggapnya tidak becus menjadi seorang pemimpin. Oh, wajah kakeknya tampak khawatir. Sepertinya beliau tahu semuanya. Beliau disana sebagai penasehat.

Setelah keluar dari aula pertemuan, Mean melepaskan semua pakaian kebesarannya, termasuk jubah Alphanya. Wajahnya mengeras, seolah menahan rasa khawatir yang coba ditutupi. Warrior yang bertugas di kediamannya pun merasa ekspresi Alphanya begitu menyeramkan dan menakutkan. Lebih menakutkan dari yang dulu.

Mean memasuki kamar besarnya, para SheWolf menunduk dalam. Takut kena marah sang Alpha karena tak becus menjaga Lunanya. Mean melewatinya begitu saja, dia lebih memikirkan keadaan istrinya dari pada hal lain.

Setelah memasuki kamar, mata tajamnya menjelajahi seluruh kamarnya. Ranjangnya begitu berantakan, dengan selimut yang ditinggalkan begitu saja dan bantal yang berserakan. Mencari istrinya kemanapun sampai akhirnya menemukan Plan di sudut ruangan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Menghembuskan nafasnya, berusaha menenangkan hatinya supaya sang istri mau mendengarkannya. Benar kan? Baru ditinggal sebentar, istrinya sudah ketakutan setengah mati.

"Sayang....." Mean memanggil dengan begitu hangat, "Luna-ku, aku disini...." Mean menghampiri Plan dan berlutut di depannya.

Plan memeluknya begitu erat, Mean terjatuh terduduk dengan tangan yang menaut di pinggang istrinya. "Phi jangan tinggalkan aku, takut...." Rengeknya putus asa. Plan tak berani menatap wajah suaminya.

ALPHA (2WISH)  DICETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang