Chapter 38 : Gertakan~

2.4K 254 17
                                    


Pagi itu, sang Luna berkeliling di sekitar pack untuk menyapa banyak orang, oh maksudku banyak Werewolf. Ditemani oleh Prem dan Bon, juga beberapa SheWolf yang melayaninya. Pakaiannya sangat tertutup, hoodie kebesaran berwarna biru muda dengan kemeja putih di dalamnya. Terlihat sangat manis dikenakan oleh Luna.

Berjalan dengan riang, mengembangkan senyum yang sangat manis. Semua yang dilewati sang Luna menghentikan kegiatannya dan menyunggingkan senyuman bahagia. Perut Luna terus membuncit, pipinya juga semakin tembam. Gemas sekali ingin mencubit pipi chubby milik Luna mereka.

"Apa aku terlihat aneh, panglima?" Sang Luna bertanya pada salah satu jenderal terdekat dengan suaminya.

"Tidak, Luna." Jawabnya yakin, "Anda cantik dan sangat imut." Puji sang Jenderal.

Pipinya memerah, oh astaga ada apa dengan dirinya?

Jangan salah paham, sang Jenderal sudah paruh baya dan memiliki putri yang seumuran dengan Beta mereka. Plan dekat dengannya karena menganggap seperti sosok Ayahnya.

"Kenapa kesini?" P'Perth datang dengan membawa pedang dan senapan yang belum pernah Plan lihat sebelumnya.

"Oi, phi mau memperpendek umurku?" Plan nyaris saja berjingkat karena terkejut, "Phi tiba-tiba nongol seperti hantu, jangan membuat jantungku melompat!" Katanya dengan sebal.

Perth menggelengkan kepalanya, ke kanan ke kiri berulang kali. Senyumnya mengembang, lalu mengarahkan atensinya pada perut manusia mungil itu yang sudah mulai membuncit.

"Apa dia merepotkan?" Perth bertanya dengan menunjuk perut Plan dengan jari di tangan kanannya.

Plan mengelus perutnya dengan kedua tangannya, menangkupkan tangannya seolah memeganginya agar tak jatuh. "Tidak ada kata repot merawat anak ku dan P'Mean." Plan menjawab dengan percaya diri.

"Kenapa bangun pagi sekali?" Perth bertanya apa yang sejak tadi memenuhi otaknya.

"Dia terus menendang perutku, jadi aku memutuskan untuk membersihkan diri dan berjalan-jalan." Jawabnya, "Mungkin dia ingin Ibu-nya jalan-jalan, jadi terus menerus menendang perutku supaya aku bangun, hehe..." Plan mengakhirinya dengan tawa garing.

Perth terkikik lirih, wajahnya terus menyunggingkan senyum. Sementara tangannya sibuk mengelap sarung pedangnya dan pedangnya ditancapkan di tanah.

"Sudah sarapan, nong?" Perth bertanya lagi, membiarkan obrolan mereka mengalir karena sepertinya Plan merasa kurang nyaman berada di lapangan luas yang menjadi tempat berlatih pasukan.

"Sudah phi, sayur dan daging, dengan nasi juga." Plan bercerita menu sarapan paginya, matanya terus menyusuri pemandangan yang sangat luas dan membuatnya penasaran.

Indra penciuman Perth digunakan dengan baik, dia mencium bau yang tak asing muncul di sekitarnya. Dengan sigap, Perth langsung melindungi Plan. Meski anak itu ada di dekatnya, bukan berarti bahaya takkan muncul. Justru inilah yang di takutkan banyak orang, tempat ini seperti markas yang biasa di ketahui musuh karena menjadi tempat persembunyian orang yang penting. Orang penting disini bukanlah Perth, tapi Plan. Perth ditakuti oleh bangsanya sendiri dan Vampire, jiwanya sangat pemberani jadi takkan ada yang berniat mengusiknya.

Perth menelisik ke segala penjuru yang menjadi bagian dari lapangan itu, memang penjagaan sangat ketat, tapi jika musuh memiliki kemampuan teleportasi bukan tidak mungkin menculik sang Luna tanpa diketahui siapapun.

Perth menyembunyikan Plan dibelakang punggung tegapnya, tingginya memang tak terlalu berbeda jauh tapi setidaknya Plan akan aman. Perth berbisik, "Jangan mencoba lari kemanapun, kau sedang diincar." Plan memilih diam menuruti kata Betanya yang sudah ia anggap sebagai seorang kakak. Sang Luna memegang jubah perang milik sang beta yang digunakan untuk latihan.

ALPHA (2WISH)  DICETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang