Chapter 11 : Menghindari Bahaya

2.6K 315 23
                                    


Mean menggandeng Plan dalam gamitan tangan yang sangat erat. Sebenarnya Plan merasa risih, digandeng oleh orang asing. Tapi otaknya terus mengingat seberapa berusahanya Mean meyakinkannya bahwa dirinya tidak akan terluka oleh sosok serigala Mean.

Memandang ke arah tangannya sendiri, bagaimana bisa dia merasa bahagia?

Bagaimana bisa bersama orang yang belum di kenalnya, Plan merasa seolah sudah sangat lama mengenal Mean?

Seperti tangan Mean bukan tangan orang asing yang baru sekali ditemuinya.

Seolah di masa lalu dia sudah sering menggenggam tangan orang didepannya.

Intinya Mean bukan orang asing di hati Plan, entah bagaimana Plan mendefinisikannya.

Setiap detik yang Plan lalui kini terlihat seperti kilatan masa lalu yang menjadi reinkarnasi dari masa lalu mereka.

Posisi mereka berdiri dan berjalan sangat dekat, dengan Mean yang terus menarik Plan dibelakang bahu kanannya dengan tangan kanan yang menggenggam erat seolah takut Plan lepas dari tangannya, Mean menengok ke kanan kiri beberapa kali. Mewaspadai setiap jalan setapak itu saat bertemu dengan persimpangan jalan.

Seseorang berlari kearah mereka dengan cukup cepat, Mean tak aneh dengan suara langkah kaki itu. Jelas sekali dia sangat hafal, bahkan diluar kepala.

"Ingin mati? Bodoh!" kata orang itu ketika langkah kakinya kian mendekat.

Itu Perth! Dengan langkah kaki cepat, orang kedua yang memiliki kecepatan lari diatas rata-rata tapi masih dibawah Mean tentu saja. Orang terkuat setelah sang Alpha. Meskipun diam, Mean dapat membaca isi otak Perth yang dengan kurang ajarnya justru mengumpatinya.

Langkah kaki Mean terhenti, menunggu Perth sampai didepannya dengan sejuta keberanian sebagai panglima perang yang akan melindunginya dan juga Plan.

"Aku datang, Alpha!" ucapnya memberi hormat setelah merapikan setelan yang di kenakannya.

Di mulutnya ada bekas darah mengalir dengan lidah yang masih mengecapnya, seolah sedang memakan roti selai coklat dimana selainya tertinggal di bibirnya dan lidahnya bersusah payah menariknya. Mean berdecak, bagaimana bisa betanya datang dengan keadaan berantakan seperti ini? Sedang makan dan menikmati darah sisa buruannya, apa-apaan ini?

"Sedang makan?" Mean bertanya dengan penuh penekanan.

Perth tampak mengangguk tapi Mean justru memalingkan wajahnya kesamping kanan dibelakang punggungnya tepat dimana Plan sedang bersandar pada punggungnya. Anak itu tak bergerak jadi Mean sedikit khawatir.

"Iya, nikmat!" katanya dengan bangga, "Berburu vampire disekitar sini sementara aku juga bisa mengawasi sang Alpha yang membawa pergi matenya dari rumah." Sindirnya kemudian, Mean berdecak, ada sedikit kekesalan setelah betanya berani menyindirnya.

Mean tak berniat menculik Plan, dia hanya menyelamatkan bocah itu dari Vampire yang mengincarnya. Lagi pula jika bukan dia yang menyelamatkan Plan, siapa lagi yang bisa?

"Berapa yang kau basmi?" Mean bertanya dengan yakin, senyum terpatri dibibirnya.

"Lima? Enam?" Perth memasang wajah yakin tidak yakin dengan nadanya yang penuh tanya, "Beberapa ku remukkan, sementara dua vampire termuda ku makan sedikit bagian tubuhnya." Katanya dengan bangga. "Mereka cukup kuat, yang termuda lumayan enak dagingnya." Perth tertawa setelahnya. Sedikit mengerikan mendengar tawa Perth yang seperti itu.

Tawa kebanggaan karena berhasil mengalahkan beberapa musuh, tawa kepuasaan yang penuh dengan kenikmatan. Menandakan Perth bersenang-senang dengan pertarungan dan perburuan yang dilakukannya.

ALPHA (2WISH)  DICETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang