Chapter 14 : Cerita Sang Beta, Perth Tanapon

2.6K 292 22
                                    

Update lagi,,, maklum authornya lagi baik jadi gini.

Chapter-chapter selanjutnya bakalan lebih rame pastinya dan juga bakalan banyak chapter yang gak boleh dilewatin. Okke?

.

.

.

Setelah obrolan panjangnya dengan Plan, di aula tengah, tempat berkumpulnya para Werewolf, Mean datang lebih cepat dari biasanya. Sepuluh menit sebelum rapat, Mean sudah ada disana, duduk seorang diri dan tersenyum seperti orang kerasukan.

Perth datang lima menit setelahnya, memanggil sang Alpha yang tak kunjung menjawab atau sekedar merespon panggilannya. Biasanya Mean akan menjawab, meskipun hanya deheman yang diterimanya. Sejak sore tadi, Ae berusaha memindlink Tin tapi tak ada jawaban jadilah sang beta harus datang lebih awal agar bisa tahu bagaimana kondisi Mean saat ini. Meskipun Mean sangat kuat, Perth pantas khawatir kan? Dialah orang terdekat Alpha pack Blue Moon itu.

"Perth, apa yang dilamunkan Alpha?" tanya Ae pada Perth.

"Tidak tahu, bukankah tadi tidak apa-apa?" Perth menjawab tapi juga bertanya.

"Ku rasa ini karena matenya," Ae mencoba menebak, "Yang terakhir kali bicara dengan Alpha si manusia imut itu kan?" Ae tak mau menyebut nama manusia satu-satunya yang harus dilindunginya.

"Hei....sopan sedikit padanya, Ae!" Perth memarahi serigalanya lewat mindlink.

"Untuk apa? Dia itu manusia, jika aku mau, aku bisa membunuhnya." Ucap Ae dengan percaya diri.

"Kau mau mati?"

Tiba-tiba suara lain mengintrupsi perbincangan Perth dan Ae, menoleh ke sampingnya, sudah ada Alphanya yang berdiri dengan tegap memandang kedepan tanpa berkedip. Auranya menghitam, aura yang paling dibenci dari seorang Alpha yang bisa marah hanya karena mendengar perbincangan lancang Perth dengan Ae mengenai satu-satunya manusia yang masih hidup berada di tempat mereka.

"Ae hanya bercanda Phi, ayolah jangan marah." Perth memohon.

"Tidak apa," kata Mean singkat, "Bilang pada serigalamu itu, jangan berani membunuh mateku. Dia satu-satunya harapanku," Mean berucap tapi seperti memohon.

Meskipun suara biasa saja, siapapun yang mendengar pasti akan tahu jika Mean sedang mempertahankan apapun yang menjadi jalan takdirnya.

Mendengar jawaban Plan tadi, membuat perasaannya membaik. Setidaknya dia tak ditolak oleh mate manusianya itu, tidak tahu apa yang akan terjadi jika Plan menolaknya saat itu juga. Akan lebih baik Mean tak kenal matenya dari pada di reject secara langsung oleh matenya.

Tapi jika tak bertemu matenya yang ada Mean akan semakin menderita seumur hidupnya, bagaimana jika dirinya harus menanggung penderitaan selama hidupnya? Apa Mean sanggup? Tidak bisa membayangkan, semua itu mengganggu pikirannya.

Mean, tak pernah mencintai siapapun sebelumnya selain keluarganya dan mungkin juga Perth (dalam artian mencintai sebagai saudara). Mereka adalah orang-orang yang mampu membuatnya khawatir, dan perlahan pria mungil bernama Plan yang usianya berjarak 10 tahun lebih muda dari Mean telah mengisi sedikit kekosongan hati Mean –masih di ujung hatinya. Setidaknya Tin senang saat mengetahui jika Plan ternyata adalah mate Mean.

Tin selalu kegirangan kala Mean bisa bicara berdua dengan Plan, entah bagaimana, serigala itu seolah menari-nari didalam sana. Padahal Mean sudah memintanya untuk diam! Baru kali ini serigalanya tidak menuruti perkataannya, Tin yang biasanya tenang dan muncul ketika dipanggil malah datang sendiri meskipun Mean tak memanggilnya. Bahkan ketika mendengar suara matenya, Tin menyuruh Mean untuk segera menemuinya. Lucu sekali, posisi mereka terbalik, Tin memiliki kebebasan untuk memerintah sang Alpha saat ini. Bagaimana ceritanya Mean yang dulu lebih suka memerintah Tin justru sekarang seperti menjadi pendengar yang baik untuk Tin?

ALPHA (2WISH)  DICETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang