Chapter 21 : Penyatuan~

3.1K 319 35
                                    

Tolong siapkan jiwa, raga dan hati kalian karena chapter ini bisa menyebabkan panas dingin bagi yang tidak biasa membacanya. Pokoknya siapkan diri kalian guys....

.

.

.

Malam itu, semua Warrior bersiap jika Alpha mereka mengamuk, mereka tetap bersiaga penuh di pelataran mansion juga di semua sisi bagian pack mereka. Penjagaan semakin ketat terutama di sekitar tempat tinggal utama milik Mean Phiravich. Banyak Warrior berjaga disana, mereka juga khawatir jika manusia satu-satunya yang harus mereka jaga terluka. Perintah Beta mereka juga sama kuatnya dengan perintah Alpha, karena Perth adalah Werewolf terkuat kedua dan yang memiliki kekuasaan dibawah sang Alpha.

Perth dan para tetua, malam itu tak tidur dan ikut berjaga di aula utama. Theo sebenarnya ingin membantu, tapi Perth tak mengijinkan. Mengingat situasinya sudah mulai tenang, musuh juga sudah dikalahkan dan mereka sedang pembersihan di sekitar pack. Jadi semuanya cukup aman terkendali.

Perth menjadi orang terakhir yang keluar dari kamar Alpha setelah menemani Plan makan malam, juga mengatakan supaya jika Mean menyerang, dirinya bisa berteriak dari dalam kamar. Plan ingat sesuatu di halaman lain buku yang dia baca, kemungkinan besar Plan akan ketakutan mengingat kondisi Mean yang sedang tak baik-baik saja. Dia dengan tegas melarang semua orang datang ke kamar Alpha jika dirinya berteriak, menyampaikannya dengan yakin karena Perth menatapnya dengan khawatir.

"P'Perth tidak usah pedulikan teriakanku," dia berkata dengan tenang, "Jika ada barang yang jatuh atau kaca yang pecah dan juga hal lainnya yang membuat kalian khawatir, sebaiknya jangan masuk. Aku tak ingin semua terluka karena P'Mean tak terkendali." Plan meyakinkan Perth, keputusannya mutlak adanya.

Perth menghargainya, meskipun khawatir esok pagi Plan mungkin tak baik-baik saja tapi dia mencoba memahami. Biar bagaimanapun, Mean pasti akan mengenali mate-nya sekalipun dirinya terluka parah, Perth meyakinkan dirinya sendiri akan hal itu.

Beberapa pelayan datang membawa nampan ke dalam kamar untuk membersihkan semua barang berbahaya yang terbuat dari kaca dan yang lainnya, termasuk benda tajam. Bukan apa-apa, para tetua khawatir jika Mean membunuh Plan secara tidak sengaja. Setidaknya, mereka berusaha meminimalisirnya. Plan sudah memilih yang terbaik, mereka tak ingin menghalangi niat baiknya untuk menolong.

***

Malam sudah semakin larut, sebentar lagi bulan purnama akan penuh. Hanya tinggal beberapa saat lagi dan semuanya semakin siaga di tempat masing-masing.

Plan tak tidur, dia menguatkan diri untuk menerima apapun yang akan dilakukan Mean nanti. Dia duduk di bibir ranjang sebelah kanan, tepat disebelah Mean yang kini tak sadarkan diri. Dia berdoa dan berharap agar P'Meannya cepat sadar dan tak melukai siapapun! Plan rindu seulas senyum tampan Mean, dia rindu Mean mengusak rambutnya dengan lembut, Plan rindu dengan keterdiaman sang Alpha dan kebingungannya ketika harus menghadapi dirinya yang begitu keras kepala.

Meskipun mereka belum lama mengenal, Plan merasa Mean tak asing untuknya. Banyak memori indah selama perkenalan singkat mereka, juga petualangan yang memacu adrenalinnya menjadi salah satu alasan kuat Plan lebih mengenal Mean dari banyak sisi. Dia tersenyum saat membayangkannya, ada yang berdesir di hatinya.

Mean terus menerus berkeringat, menahan sakit yang kian menggerogoti tubuhnya. Lukanya cukup dalam dan kulitnya tak bisa langsung menutup karena tusukan pisau perak itu, Tin juga terluka. Dengan kata lain, dua tubuhnya terluka baik wujud Wolf maupun manusianya. Mean tak sadar dia dimana dan dengan siapa, lukanya hanya diperban dengan kain tebal, melilit disepanjang pinggangnya. Tubuhnya terus bergerak-gerak dengan gelisah, semakin dekat dengan purnama, tubuhnya semakin sering bergerak.

ALPHA (2WISH)  DICETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang