Bagian #4

3.1K 398 26
                                    

Mutiara Habiba 🥋

Malam ini sungguh malam paling gila, Pak Imam kehilangan kewibawaannya di depan para penghuni baru Wisma Atlet, Kevin semakin menggila dengan goyangannya bersama Bagas dan Andy, Cik Butet pun semakin kehilangan potret baiknya setelah dipanggil Tante oleh atlet-atlet junior cabang olahraga sepak bola. Kalau junior bulutangkis sih tahu, caranya memanggil sudah tentu Cik Butet, bukan Tante Butet.

Party malam ini berakhir dengan kembalinya semua atlet ke kamar masing-masing, besok kembali lagi berlatih di pagi hari. Jam malam untuk tidur sudah memanggil, tak boleh terlambat sebab dapat mempengaruhi performa seorang atlet. Tapi mungkin aku terlambat 5 menit, he he he. Karena ada keperluan yang harus segera aku selesaikan.

Di dalam lift bersama Hanif, Defia, Bagas, Andy, Kevin, Jojo, dan Marcus. Pengen tahu bagaimana posisi kami saat ini? Iya, benar. Defia dan Hanif berdiri di paling depan, bergandengan tangan, bersenda gurau dan lainnya? Iya benar, benar sekali. Kita semua hanya bisa menatap pahit gandengan tangan itu.

"Istri gue di rumah," keluh Marcus Gideon.

"Gue jomblo," keluh Bagas dan Kevin kompak.

"Gue LDR beda negara," Andy tak mau kalah.

"Eh tunggu, lo kan masih mending ada Muti di sini, Gas. Lo tuh jomblo rasa pacaran!" protes Kevin menoleh pada Bagas di sebelahku.

"Wah iya, gue gandeng mau nggak, Mut?"

"Boleh," jawabku bercanda.

"Ih murahan banget lo! Nggak jadi!" tegas Bagas begitu menohok.

"Yang murah cepet laku woy! Diskon 99% nih, mau kagak? kalau mau bungkus!" balasku sekali lagi bercanda.

Ya memang jangan terlalu diambil serius semua kalimat di Wisma Atlet ini. Mungkin yang serius hanyalah dalam forum.

"Ih ogah ah, bibit, bebet, bobotnya juga didiskon soalnya. Ha ha ha."

Semua yang ada di dalam lift tertawa, kecuali Hanif dan Defia yang cukup sebal.

"Kalian bisa nggak sih nggak ganggu orang lagi pacaran syariah?" protes Hanif.

Langsung hening dan menatap aneh ke arah dua sejoli itu.

"Kalian yang mengganggu kebersamaan kita! Mayoritas nggak ada pasangan nih, minoritas pergi sana!" bentak Kevin begitu keras. "Kesel banget gue, jomblo nggak keluar-kelar, tiap hari yang nampak pemandangan orang sudah nikah!"

"Nikah makanya," ejek Defia.

"Iya besok gue buka lowongan dulu. Lo mau kan jadi HRD nya? Tes interview."

"Buset, kaya perusahaan plastik yang butuh banget karyawan lo. Ha ha ha."

Ting...

"Yahhh habis waktunya. Good night, A," ucap Defia mencium punggung telapak tangan Hanif.

Sungguh pemandangan yang amat sangat aku benci, kenapa ya? Ya mungkin aku iri.

"Langsung tidur ya?" Pesan Hanif tepat saat Defia keluar dari lift, di lantai 3.

Sementara aku tetap diam di belakang bersama Bagas.

"Lo nggak keluar, Mut?" tanya Defia, hampir saja pintu lift tertutup namun di tahan oleh tangan Hanif.

"Mau ke lantai 5 dulu," jawabku santai.

"Ngapain?" Semua orang kecuali Bagas.

Aku hanya memandang Bagas, dia mungkin mau menjelaskan.

Bagas vs Muti (WALS 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang