Bagian #8

3K 321 10
                                    

Mutiara Habiba 🥋

Aku heran sekali kenapa sekarang banyak orang semakin sok peduli dengan kehidupan orang lain. Apa karena hidup mereka sudah tidak menarik lagi? Kehidupan orang lain lebih menarik begitu? Wow, gokil. Tapi yang lebih heran dari itu, ya mulut anak-anak cowok di Wisma Atlet ini. Biasanya kan aku yang suka ghibah, kenapa kali ini jadi mereka ghibahin aku? Lebih jago lagi ghibahnya. Ah, sudahlah, malah menjadi hiburan untukku.

Kami semua sedang menikmati sarapan kami, sebelum akhirnya sibuk dengan kegiatan masing-masing cabang olahraga.

"Nurrrrr, latihan sampai jam berapa, Nur?" tanya Kevin pada Bagas.

"Jam 12 mungkin, belum tahu sih," jawab Bagas mengembalikan piringnya.

"Oke lah, gue juga kayanya. Mau double date nggak ntar malem?" tawar Kevin melihatku bergantian dengan Bagas.

Bagas mengusap-usap jidat Kevin hingga mengkilap. "Sadar, Nak, sadar. Lo jomblo!"

Aku menahan tawa.

"Loh, gue sama Koh Sinyo!"

Menggeleng, meninggalkan Bagas dan Kevin. Aku harus segera bersiap untuk latihan. Daripada latihan nanti malam, mending latihan pagi ini, nanti malam istirahat.

"Mut," panggil Kak Grey.

"Habis latihan kumpul di kamar lo ya? Lagi pada pengen ghibah. Itu ada informasi yang sangat mengejutkan," ujar Kak Grey.

Aku mengacungkan jempol sambil terus mengikuti langkah teman-teman Taekwondoku yang lain.

Pada akhirnya Wisma Atlet sepi. Atlet taekwondo, sepakbola, bulutangkis, jet ski, semua latihan pagi. Maksudku yang senior untuk cabor bulutangkis dan sepakbola, yang junior nanti malam. Setahuku menurut perbincangan samar-samar adik-adik tadi.

Di tempat latihan hanya hal serius yang terjadi, meskipun sebenarnya kami juga banyak bersendagurau. Tetapi kan tahu sendiri, ini persiapan untuk ajang-ajang internasional, tajuknya saja pelatnas, tidak mungkin mau bermain-main seperti saat di Wisma Atlet kan? Sebab ketika kita semua kembali ke Wisma Atlet itu artinya semua waktu penuh untuk kebersamaan, kekeluargaan dan berisitirahat, ketika kita keluar ya untuk berlatih. Wisma Atlet kan cuma numpang tidur.

"Eh, Bagas balikan sama mantannya?" bisik Defia padaku.

Aku hanya menoleh ke arahnya. Kenapa dia harus tanya padaku? Dia sendiri paham bahwa suaminya itu sahabatnya Bagas. Pasti tahu semua hal tentang Bagas kan?

"Dia nggak bilang sama lo?"

Menggeleng. "Ya kita deket sih deket, Def. Tapi kan nggak semua harus kita ketahui gitu. Justru persahabatan yang akan berlangsung lama itu persahabatan yang semakin mengerti, kalau dia tidak datang sendiri untuk bercerita, kita juga nggak maksa biar dia mau cerita. Ya temen deket, sahabat, tapi nggak harus tahu tentang semuanya. Lagian mungkin suami lo malah lebih ngerti daripada gue, kenapa harus nanya gue?"

"Ya, kan siapa tahu Bagas cerita sama lo, Mut. A Hanif nggak tahu soalnya, dia malah nyuruh gue nanya ke elo. Maksud gue, ya emang sih sahabat yang baik itu nggak pernah maksa sahabatnya buat cerita hanya karena dia kepo. Tapi selama ini kita semua tahu, saking deketnya kalian, Bagas tuh mau cerita banyak hal sama elo, Mut. Masa' soal ini nggak cerita?"

Menggeleng. "Nggak sama sekali, Def."

Tapi sedikit kesal juga ya, dia putus saja cerita sama aku, curhat sama aku. Giliran balikan saja tidak cerita. Ya terkadang begitulah sahabat, datang saat susahnya saja, senangnya lupa. Meskipun begitu tidak pernah membuat kita marah, titik tertinggi persahabatan.

Bagas vs Muti (WALS 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang