Bagas Adi Nugroho ⚽
Betapa gilanya aku hari ini? Kenapa aku harus menjelaskan pada Muti? Padahal selama ini kami hanya bercanda, dan sudah terbiasa digoda-goda oleh atlet lain. Bagaimana bisa aku terbawa ucapannya anak-anak di grup? Hah, mana mungkin seorang Mutiara Habiba cemburu atau bahkan marah hanya karena aku tertangkap basah berjalan bersama mantan kekasih, tidak mungkin rasanya. Toh, Muti paham betul kami hany bercanda.
Tuhan, betapa bodohnya hamba-Mu ini, padahal Muti tidak perlu penjelasan, tapi aku menjelaskan. Hah, gila sih ini gila. Dan, apa yang aku lakukan tadi? Peduli dengan pahanya yang terbuka? Astaga, aku sudah tahu style berpakaian Muti terkadang memang semacam itu, tidak parah, tidak lebih dari separuh pahanya dia pamerkan. Sudah biasa sepertinya dia memposting instastory semacam itu. Lalu aku peduli dengan menutupkan jaketku? Seolah-olah dia punyaku yang tidak boleh diketahui siapa pun, padahal ya terserah, Muti sendiri yang mengumbar. Ah, apa yang salah denganku akhir-akhir ini?
Coba saja, aku sudah pernah melakukan panggilan video tanpa sadar, tanpa perjanjian sebelumnya, lalu aku peduli dengan caranya berpakaian, lalu aku, aku menjelaskan sesuatu hal yang sangat tidak penting. Seolah-olah ada sesuatu yang di antara kita yang memaksaku harus menjelaskannya. Wow, sungguh bodoh sekali diriku ini. Pasti Muti menganggap aku telah jatuh cinta padanya, ah, betapa malunya.
"Cie, habis narik-narik cewek ke mana nih," goda Bang Indra Kahfi, itu, Kakaknya kiper Persija Andritany Ardhiyasa.
"Apa sih, Bang?" balasku langsung masuk di kamar dan sudah disambut oleh Putu Gede dan Nurhidayat dengan berkacak pinggang.
Di belakang Bang Indra mengikuti, di depan dua manusia yang pasti ember. Seperti dunia tidak berpihak kepadaku, sedikit tidak adil. Atau bahkan tidak adil karena aku dipermalukan semacam ini.
"Habis lo ajak ke mana cewek tadi?" tanya Bang Indra.
"Itu yang namanya Muti, kan? Iya, kan?" berondongnya.
AKu tidak tahu ternyata semua atlet memang punya bakat jadi lambe-lambean, tidak yang di pelatnas, tidak juga anak bola, tidak juga anak bulutangkis, tidak pula junior dan senior, semua punya kesempatan yang sama dan keahlian yang sama dalam dunia perlambean. Hanya siapa yang lebih pintar memanfaatkannya.
"Ha,a lo ajak ke mana si Muti? Kok jaket lo bisa ilang? Tadi kan bawa jaket." cerocos Putu Gede.
"Lo kaya di drama Korea ya? Suka ngasih jaket sama si cewek kalau ceweknya kedinginan. Uh, sok dilepas dengan gaya cool habis itu ditutupkan di bahu ceweknya. Ah, gitu kan lo tadi? Sihhhh!" Nurhidayat dengan pemikiran dramanya itu malah lebih parah, tetapi sedikit benar, ah, sialnya aku.
"Muti marah ya, Gas?" tanya Putu Gede lagi. "Beneran marah dia?"
Aku diam. Jika aku jelaskan, mereka malah semakin brutal dengan pikiran mereka, grup juga kesannya lebih menyeramkan lagi menghujatku.
"Lo sih, Gas. Pakai acara ngebecandain Muti, tahunya balikan juga sama mantan. Kalau mantan mah ya mantan aja, nggak usah ngedeketin Muti." Putu Gede semakin brutal lagi dan lagi.
"Gue nggak balikan sama mantan pe'ak!"
"Kok disamperin? Gimana sih, gimana ceritanya? Sini, sini, siapa tahu kita bisa bantu, ya, nggak?" Bang Indra memintaku untuk duduk. Ternyata Bang Indra lebih rumpi dari siapa pun, semangat sekali dia ingin mendengarkan ceritaku.
"Iya, bener, Bang. Bantu bully," sambar Putu Gede dan Nurhidayat kompak.
"Ha ha ha." Dan mereka tertawa begitu leluasa. Di dunia ini memang hanya ada dua jenis kondisi, mentertawakan hidup orang lain atau hidupmu ditertawakan oleh orang lain, mungkin begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagas vs Muti (WALS 2)
FanfictionBila cinta tolong katakan tanpa tawa. Bila tidak, tolong jangan ajak hati ini bercanda. Wisma Atlet Love Story 2 mengisahkan bagaimana 2 lambe wisma atlet menuju kata satu. Dan dalam kisah ini, semua generasi atlet ikut andil. Jadi jangan lewatkan s...