Bagian #11

2.5K 305 18
                                    

Mutiara Habiba 🥋

"Truth aja, cemen kalau lebih pilih dare!" pekik Melati di paling ujung di dekat Bagas.

Ya, kami semua sedang main truth or dare, sederhana memang. Hanya untuk saling mendekatkan dan mengisi waktu luang. Jika difasilitasi TC satu Minggu selama satu bulan hanya digunakan untuk latihan tanpa adanya kehidupan bersosial yang baik, tentu akan sangat mubadzir.

"Nah bener tuh, Mel. Truth aja, Def, truth! Pengen tahu aku tuh, seberapa kuat sih rumah tangga kalian. Ha ha ha," Bagas sembari menepuk-nepuk lutut Melati.

Anak itu, sama siapapun ya biasa saja, tapi kenapa hanya sama aku selalu dibilang tidak biasa?

"Bentar, sahabat apaan lo? Kayanya lo berharap banget rumah tangga gue rusak!" Hanif mulai memprotes.

Bagas memegang kedua bahu Hanif di samping kanannya. Jadi Bagas ini memang diapit oleh Melati dan Hanif, selanjutnya di sebelah kanan Hanif ada Kevin Sanjaya. Si crazy rich yang habis dilabrak anak-anak bola, habis dijilat juga, habis dikata-katain bakal kena azab juga.

"Tapi lo pengen tahu kan siapa mantannya Defia yang belum dia lupakan?" tanya Bagas tetap memegang bahu Hanif.

Hanif tanpa sadar mengangguk.

"Ok truth!" tiba-tiba Defia menyeru dan itu membuat kita semua kaget. Sungguh dia akan mengatakan yang sejujurnya? Wow, berani sekali di depan suaminya. "Temen Pelatnas Taekwondo!"

Mulut-mulut kami yang sudah menganga jadi semakin menganga. Iya, ada satu mantan Defia yang memang satu pelatnas, dia juga ada di tower yang sama, orangnya tinggi. Tapi biarlah itu kan masa lalunya Defia. Tunggu, tetap saja aneh, kenapa harus mantan yang itu yang baginya belum bisa dilupakan? Masih ada rasa? Gila kali. Itu sudah lama. Lebih gila lagi, bukannya malah tambah membuat Hanif cemburu, satu pelatnas, sering ketemu, dan belum bisa melupakan. Sungguh geser otaknya Defia itu.

"Oh, seneng dong tiap hari ketemu, latihan bareng, turnamen bareng, apalah daya suamimu yang bisanya hanya bertingkah bar-bar di lapangan sepak bola!" seru Hanif bernada cemburu.

Dia juga yang ingin tahu, dia juga yang cemburu. Kenapa cinta dan rumah tangga harus serumit itu? Apakah tidak ada cara mudah untuk saling mengerti dan memahami?

"Dudududu," sindir Melati dan Bagas kompak.

"Ih, Melati, kok kita kompak gini sih? Jodoh nih!" goda Bagas.

"Wessss, asal nyambar aja lo!" Kevin memukul punggung Bagas cukup keras. "Punya Ucok tuh!"

Ya si Praveen Jordan alias Ucok, pasangan ganda campurannya Melati. Yang belum lama ini beberapa aku fanbase mereka mulai mencomblangkan mereka. Melati yang bercerita padaku, sering ditandai oleh akun-akun yang penuh kebaperan.

"Dikit, ntar gue minta maaf sama Ucok. Pasangannya mau gue tikung," canda Bagas lagi.

Apa kubilang, memang Bagas itu orangnya suka bercanda. Sama sepertiku, masih satu tipe lah. Tapi orang tetap menganggapnya ada perasaan lain yang lebih dari candaan.

"Lo tuh ya, berani godain gue di depan Muti! Tuh, dipelototin gue!" Melati membalas sembari menunjukku yang sebenarnya sedang tersenyum.

"Iya nih, emang dasar! Semua cowok sama aja!" candaku sok marah.

"Cieeee..." Berseru kompak dan keras.

"Heh, sudah malam! Tidur!" bentak penjaga Wisma Atlet, tepat ketika anak-anak Timnas U-19 yang diminta Kevin membeli camilan tadi kembali. Mereka sampai kaget karena tiba-tiba dibentak dengan sangat keras, sampai menggema.

Bagas vs Muti (WALS 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang