Bagian #29

2.3K 285 7
                                    

Bagas Adi Nugroho ⚽

Aku baru saja sampai di depan pintu utama Wisma Atlet, dan telah mendapati Mutiara Habiba bersama para pemain Timnas U-19. Dia terlihat marah pada Nando karena mengirim pesan tentang Muti yang melihatku bersama mantan waktu itu ke grup Wisma Atlet. Lalu para pemain Timnas U-19 tidak mau diam, malah memberikan banyak penjelasan yang menurutku pun masuk akal. Berarti wajar dong kalau aku mengira dia salah paham? Tiba-tiba saja dia memberikan selamat, padahal dulu, setiap kali aku curhat tentang mantan, dia hanya memberikan kata cie-cie, tidak lebih. Mengapa sekarang berbeda?

Tapi memang ada yang berbeda juga dengan hati serta otakku. Entah, tetapi satu bulan ini terasa begitu berat. Jantung ini berdebar kencang, setiap kali nama Mutiara Habiba muncul di layar ponselku. Otakku serasa lelah setiap kali mengingatnya. Jari-jariku serasa lincah ingin menghubunginya, tetapi terkadang sedikit menolak karena rasa maluku. Entahlah, aku masih diam dan belum bercerita tentang apa pun pada Hanif, rencananya hari ini aku ingin bercerita dengannya.

"Eh, Bang Bagas, dari tadi di situ, Bang?" tanya salah satu anak Timnas U-19.

Ya, aku yang memperhatikan Mutiara Habiba dengan segala macam pikiranku tentangnya. Dan Muti? Dia berlari begitu saja. Kenapa? Apa yang salah?

"Gas, ayo masuk, kayanya kamarnya milih bebas nih," kata Koh Hendra Setiawan yang baru saja datang dan menyapaku demikian.

Sudah lebih baik, Koh Hendra, Koh Jeng, Koh S, atau apa lah itu anak badminton suka memanggil beliau. Beliau memang orang yang dari tampangnya kaku, ucapannya sedikit, tapi pengalaman beberapa kali bertemu di TC, nampak perhatian juga pada juniornya. Dan tentu, beliau pemain kelas dunia yang tidak bisa dianggap sebelah mata oleh rivalnya. Terlebih dengan segala pengalamannya hingga dijuluki The Dedies bersama Babah Ahsan.

"Eh, iya, Koh." Aku mengikuti langkahnya.

"Teman-temanmu belum pada datang?" tanya Koh Hendra saat aku hendak mengimbangi langkahnya menuju resepsionis untuk meminta kunci kamar.

"Belum, Koh. Banyak yang baru datang nanti sore kayanya, soalnya ya, tahu sendiri kan liga sepak bola Indonesia? Padat."

Koh Hendra tertawa. "Dikira bulutangkis nggak padat? Keliling dunia setiap bulannya selama satu tahun. Latihan, naik pesawat, jetleg, latihan, main, naik pesawat, jetleg, latihan, naik pesawat lagi..."

Baru ini Koh Hendra begitu cerewet. Entah apa yang merasuki Koh Hendra hari ini.

"Bang!" pekik Bagus Kahfi berlari mendekatiku dan Koh Hendra.

"Kenapa?" tanyaku menunggu lift sampai di lantai 1 lagi.

"Tadi aku ditelepon sama Kak Kevin, katanya suruh booking kamar, satu lantai sama Bang Bagas, Abang di lantai berapa?" tanyanya dengan rambut kribo yang minta dijambak.

"Lantai empat, dua kamarnya sudah kepakai. Gue sama Hanif, Koh Hendra sama Babah Ahsan."

"Loh, Bang Hanif kan nggak masuk TC kali ini, Bang, lupa?" sambar Brylian di samping kiri Bagus.

Mampus lah, aku lupa kalau Hanif tidak masuk skuat kali ini. Mengingat Timnas U-23 persiapan untuk Sea Games, senior untuk kualifikasi Piala Dunia, Timnas U-19 pun baru selesai kualifikasi Piala Asia, U-16 masih sibuk melakukan ujicoba setelah memastikan diri masuk Piala Asia. Dan Hanif tidak masuk dalam rencana tim. Lalu kepada siapa hamba dapat bercerita, Ya Allah?

Bagas vs Muti (WALS 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang