Bagas Adi Nugroho ⚽
Bayangan Muti sesekali terlewat, entah sudah gila atau apa aku ini sebenarnya. Ah, mungkin juga karena aku salah melakukan panggilan video tadi dengannya. Jadi aku kepikiran karena rasa maluku. Sudahlah, wajar juga kalau seorang teman, memikirkan temannya bukan? Ha ha, tidak mungkin lah ini suatu perasaan karena suka. Lucu, kami berteman baik.
"Gas, di Sleman kita makan-makan di rumah lo, kan?" tanya Putu Gede di belakangku. Bagus sekali dia langsung pada pokok permasalahan yang dia mau. Basa-basi dulu harusnya, kita mau main ke rumahmu, atau kita mau silaturahim ke rumahmu, bagaimana mungkin langsung pada makan-makan?
"Ya," jawabku malas.
Benar, kami sedang dalam perjalanan menuju Sleman, mungkin satu sampai dua menit lagi memasuki gerbang Kabupaten Sleman. Tempat tinggalku yang selalu punya cerita indah.
Karena satu dan lain hal, perkara tempat latihan yang bermasalah, perkara hotel pun yang sedikit mengalami kendala. Kami akhirnya diminta untuk menginap di hotel UNY saja oleh panitia pelaksana dari PS Sleman begitu sampai di Sleman dan disambut oleh tuan rumah. Mereka juga mengatakan demi keamanan, jika di sebuah kampus, mungkin perlindungannya lebih aman. Aku tidak mengerti tapi aku senang-senang saja diminta untuk menginap di UNY. Toh, aku bisa mengenang waktu aku sempat kuliah di sini, beberapa semester saja, lalu, tidak kuliah lagi.
Kling...
Ponselku berdering, kupikir Muti tapi ternyata dari mantanku. Aku adalah tipe orang yang tidak bisa memutuskan tali silaturahim begitu saja. Dengan semua mantanku, aku berhubungan baik. Toh kenapa sih harus melupakan kan membenci, aku tidak pandai akan keduanya, aku hanya pandai untuk berdamai. Setidaknya, kami pernah bersama, saling mencintai dan saling membahagiakan. Bukan berarti juga aku belum mampu berpindah hati, berdamai dengan belum berpindah hati bagiku adalah sesuatu yang berbeda. Meski pun, jujur, setiap mengingat kenangannya, bayangan untuk kembali itu ada. Sedikit, tak banyak.
"Ke Sleman, kan? Aku juga pulang," katanya dengan suara yang ceria.
Aku tersenyum. "Iya, nginep di UNY," jawabku.
"Hari ini latihan jam berapa? Aku samperin, tandingnya masih lusa, kan?"
"Ya, silakan. Kabarin aja. Kayanya hari ini latihannya sore."
"Oke oke. Cuma gitu doang sih. Bye."
Bus mulai memasuki halaman hotel UNY, ketika azan Zuhur berkumandang, kami semua langsung bergegas ke masjid UNY, tentu yang muslim yang tidak ya langsung masuk ke dalam hotel. Koper-koper kami masih di luar ketika kami salat Zuhur di masjid. Toh koper-koper itu terkunci sempurna, tidak bisa diapa-apakan dan tidak ada apa-apanya.
"UNY ramai banget," keluh Putu Gede yang berjalan denganku hingga gerbang hotel, dia bukan mau ikut salat denganku, dia Hindu. Dia hanya ingin pergi ke Alfamart di seberang kampus untuk membeli camilan.
"Mas Bagas, Mas Bagas, foto dong," beberapa gerombolan orang yang kiranya masih remaja mengerumuniku.
"Bli Putu," sepertinya Putu Gede melakukan hal yang sama.
"Sebentar saya salat dulu ya? Keburu habis jamaahnya," pamitku menyibak kerumunan, saat menyibak kerumunan itu lah, aku seperti melihat Muti menyebrang jalan ke masjid. Berusaha aku buntuti tetapi kalah dengan desak para fans yang tetap memaksa selfie.
Berhasil masuk masjid, melihat lagi, tapi sepertinya bukan Muti, hanya dari belakang. Ingin memastikan benar-benar memastikan, tapi perempuan salat di lantai dua dan laki-laki di lantai satu. Tidak bisa mengawasi.
Begitu selesai salat berjamaah, aku langsung balik karena harus segera membawa koper masuk ke dalam kamar, sebelum mendapatkan ceramah lebih banyak lagi. Masalahnya, bukan sok artis juga, masih ada saja segerombolan orang yang menunggu dan meminta foto. Semakin lama lagi waktu yang terbuang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagas vs Muti (WALS 2)
FanfictionBila cinta tolong katakan tanpa tawa. Bila tidak, tolong jangan ajak hati ini bercanda. Wisma Atlet Love Story 2 mengisahkan bagaimana 2 lambe wisma atlet menuju kata satu. Dan dalam kisah ini, semua generasi atlet ikut andil. Jadi jangan lewatkan s...