Bagas Adi Nugroho ⚽
Sore ini semua atlet dikumpulkan, tanpa pemain bulutangkis tentunya yang sudah berangkat World Tour tadi pagi. Bicara tentang atlet bulutangkis, bicara juga tentang kekesalalanku tadi pagi. Kevin dan Muti, hah, dua orang itu sangat menyebalkan hari ini. Tunggu, tapi apa masalahnya untukku? Hah, tidak ada artinya jadi tidak perlu seemosional itu seharusnya. Memalukan sekali. Lebih baik aku menghindar dari Muti. Dia pasti berpikir, "Bagas apaan sih? Lebay banget. Kaya gitu doang teriak-teriak. Padahal dia kan bukan siapa-siapa gue."
Tunggu, tapi jika aku mengindari, bukankah semakin membuatnya curiga. Kenapa harus menghindar jika tidak ada apa-apa? Tetap saja, aku tidak sanggup menahan rasa maluku di depannya.
"Hai, Gas," sapanya tepat di belakang punggungku. Sampai hafal aku bagaimana suara cemprengnya.
Aku tidak menjawab dan tanpa perintah, kakiku melangkah menjauh, jauh, jauh dan jauh darinya. Memilih berada di barisan paling belakang, pojok, bersama Timnas U-16 cabor sepak bola.
"Ngapain ke sini, Bang? Kan barisan tua di sana," celetuk Marcelino Ferdinan.
"Heh! Tua-tua!" Menempeleng kepalanya.
"Nggak punya temen ya, Bang, di sana?" tanya Valeron.
"Enak aja! Banyak!"
"Tapi kata Bang Bagus sama Bang Brylian, Bang Bagas Timnas U-23 mainnya sama anak bulutangkis terus, malah nggak main sama anak bola. Katanya dimusuhin anak bola," cerita Ruy.
Gosip macam apa lagi ini? Bagaimana bisa aku yang atlet sepak bola ini musuhan dengan timku sendiri? Lalu, bagaimana caranya kami bermain sepak bola? Apakah aku harus beralih profesi sebagai atlet bulutangkis? Hah, konyol sekali.
Aku tertawa kecil untuk bayangan dalam pikiranku. Tunggu, anak-anak kecil ini ternyata suka membicarakan orang tua? Wah, gila bener ini.
"Nah, sekarang kan katanya atlet bulutangkis sudah berangkat turnamen dunia, Bang. Jadi Abang di sana nggak ada temen kan?" Valeron kembali bersuara.
"Abang sih, pilih-pilih temen. Kenapa coba cuma mau temenan sama crazy rich," Marcel JP, Kapten Timnas U-16, ternyata lebih menohok lagi.
"Apalagi, apalagi yang kalian dengar, apalagi?" jeritku semacam kerasukan setan.
Semua atlet menoleh padaku, termasuk Mutiara Habiba yang wajahnya tertangkap sedetik oleh mataku. Aku sudah kehilangan kontrol emosiku, menyebalkan memang jadi bahan pembicaraan. Sepertinya aku terkena karma karena dulu sering membicarakan Hanif dan Defia. Karma seorang sahabat yang membicarakan sahabatnya, dia dibicarakan manusia se-Wisma Atlet. Sungguh, ribet sekali hanya judulnya saja. Tuhan, ampuni aku.
"Abang katanya rebutan atlet taekwondo sama Kak Kevin Sanjaya tadi pagi," Ruy menyambar.
"Hah? Siapa yang bilang?"
"Abang-abang U-19."
Tuhan, kenapa atlet U-16 dan U-19 sukanya ghibah? Untung mereka berprestasi, permainan lebih baik daripada kami-kami ini. Kalau tidak, sudah kutempeleng kepala mereka.
"Bang, kan atlet bulutangkis ada yang cantik, kenapa harus rebutan atlet taekwondo. Tinggal barter aja, Abang lepas aja atlet taekwondo-nya, terus Kak Kevin Sanjaya suruh nyomblangin Abang sama atlet bulutangkis, yang itu, yang cantik," usul Valeron.
"Semua perempuan cantik," sambar Alex.
"Ah, yang itu yang ganda campuran. Siapa? Bang Bagus kemarin itu lho. Mbak Mel Mel!" Ruy dengan sedikit menahan suaranya.
Ini anak-anak dari mana sih asalnya? Kupikir bukan dari rahim ibu. Pasti keluar dari tv LED era sekarang, makanya sinetronisasi banget. Apalagi panggilannya? Mbak Mel Mel? Aku yakin yang dimaksud itu Melati Daeva Oktavianti, ganda campuran yang berpandangan dengan Praveen Jordan. Ini tidak sekalian pakai kalimat, "Kamseupay iyuh, iyuh"? Sungguh dunia telah didramatisasi oleh dunia pertelevisian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagas vs Muti (WALS 2)
FanfictionBila cinta tolong katakan tanpa tawa. Bila tidak, tolong jangan ajak hati ini bercanda. Wisma Atlet Love Story 2 mengisahkan bagaimana 2 lambe wisma atlet menuju kata satu. Dan dalam kisah ini, semua generasi atlet ikut andil. Jadi jangan lewatkan s...