Mutiara Habiba 🥋
Aku masih tersenyum lugu ketika Bagas tiba-tiba melakukan panggilan video. Sudah begitu langsung dia tutup katanya, apa mungkin dia sudah rindu denganku? Boleh juga nih kalau aku goda sedikit. Kutelepon Bagas berulang kali, tidak ada jawaban, malah sempat diangkat oleh Putu Gede. Katanya Bagas masih di kamar mandi, lama sekali, dan tidak keluar-keluar.
"Nggak tahu itu anak ngapain, ngabisin sabun kayanya," canda Putu Gede, atlet yang dulu juga pelatnas Asian Games. "Lo kenapa telepon terus?"
"Bagas yang mulai, kenapa coba tiba-tiba video call?"
Putu Gede tertawa. "Lah, lo kagak tahu? Bagas tuh suka tahu sama lo. Eh, kapan itu habis curhat sama gue."
"Idih, bohong aja lo! Orang Bagas aja beberapa hari yang lalu pelatnas sama gue."
"Eh, kagak percaya. Telepon gue kan bisa dia, Mut."
Oh, iya juga. Betapa bodohnya aku. Habis bagaimana, pikirku curhat langsung. Kan Putu Gede tidak ikut dipanggil sementara Bagas dipanggil untuk Timnas U-23. Aku lupa teknologi sudah sangat maju, curhat di mana pun, lewat mana pun, bebas. Kalau ada yang curhat di media sosial, kalian baca, terus kalian maki-maki kalian bully, kalian katain yang enggak-enggak. Kalian yang ogeb, kalau memang nggak suka, ngapain dilihat, dibaca, difollow lagi. Selama curhatannya tidak melanggar UU ITE, memangnya kenapa?
"Eh, tapi kenapa nggak curhat sama Hanif? Kan Bagas sama Hanif mah deket banget. Ngibul lu ya?" tuduhku.
Terdengar helaan napas. "Lo oon apa gimana sih? Kalau Bagas cerita sama Hanif, sementara istrinya Hanif aja sahabat lo, ya bocor dengan mudahnya lah, cepet sampai ke telinga elo! Ah, nggak kepikiran lo!"
Muti tertawa. "Oh iya, iya, Bagas ogeb juga dia. Curhat sama elo juga sama aja padahal, lo juga bocorin ke gue."
"Oh iya, tapi gue nggak bohong. Gue mah mau bantuin temen. Nih gue tanya Bagas ya?"
"Terserah," kataku menahan tawa. Sepolah tingkahnya Putu Gefe saja lah, toh lucu juga candaannya.
"Gas, iya kan, Gas?" pekik Putu Gede.
"Hah, apah?" suara dari kejauhan.
"Iya, gitu lho!"
"Oh iya."
"Tuh kan?"
"Ha ha ha. Pe'ak emang. Terserah lah, sampaikan saja salam rinduku buat Bagas. Kalau ada waktu nanti aku video call, minta dia angkat panggilanku kalau dia nggak mau angkat ya?"
"Wessss, siap, Bos!"
Aku menutup teleponnya, tak sadar kakakku masih di kamarku, melotot sambil melipat kedua tangannya di atas perut buncit. Sudah pasti dia akan menginterogasiku dengan banyak hal. Lupa kalau sejak tadi dia ada di sini. Mana aku ngomongnya banyak lagi soal Bagas tadi.
"Bagas," katanya terhenti. "Itu siapa?"
Menghela napas. Menyiapkan semua penjelasan, daripada dilaporkan Papa, tambah panjang urusannya.
"Nih," aku mengutak-atik ponselku, menunjukkan foto Bagas, yang ada di ponselku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagas vs Muti (WALS 2)
FanfictionBila cinta tolong katakan tanpa tawa. Bila tidak, tolong jangan ajak hati ini bercanda. Wisma Atlet Love Story 2 mengisahkan bagaimana 2 lambe wisma atlet menuju kata satu. Dan dalam kisah ini, semua generasi atlet ikut andil. Jadi jangan lewatkan s...