Teruntuk yang selalu comment di setiap chapter, gue mau ngucapin terimakasih banyak sama kalian. Tadinya mau gue tag, tapi setelah dipikir lagi sebaiknya nggak usah, karena pasti kalian juga tau siapa aja yang udah meramekan cerita ini dengan nulis comment banyak sekali. Gue seneng dengan readers yang seperti ini, gengs. I Love You😘
Teruntuk readers yang baru nongol, gue ucapin selamat datang di story ini. Ayok lanjutkan dengan terus vote dan comment-nya yea😉
Dan teruntuk silent readers, ayok sini muncul kenalan sama gue, baik kok orangnya hehe😁
Enjoy guys!
Jangan lupa vote dan comment😘.
.
***
Setelah mendapat telepon dari Taehyung, Jimin dan Rose segera naik ke mobil mereka dan memutuskan untuk ke Namdo siang itu juga.
Taehyung memang terluka namun ternyata tidak terlalu parah. Ia menghubungi Jimin dan Rose untuk menemani Jennie disana. Ia tidak ingin Jennie merasa sendirian. Sedangkan dalam keadaan wajah babak belur sperti Taehyung dilarang masuk ke ruang persalinan yang sangat higenis.
"Taehyung berkelahi dengan pencuri mobilnya? Bukankah mobilnya sudah lama menghilang? Aish, bocah itu menyusahkan Jennie saja!" omel Rose selagi Jimin fokus pada jalan yang ditempuh mobilnya.
"Mungkin Taehyung bertemu dengan pencuri itu. Sudahlah Baby, yang penting sekarang baik-baik saja dan Jennie sebentar lagi melahirkan. Kita harus tiba disana secepat mungkin," tandas Jimin.
Rose menghela nafas. "Kau benar. Aku juga sudah tidak sabar untuk menemani Jennie."
Jimin tersenyum kecil lalu menggenggam tangan kekasihnya.
***
Doyeon serta kedua orangtuanya menatap heran pada sosok yang sejak tadi berjalan mondar-mandir di hadapan mereka.
Taehyung. Pria itu juga sesekali bergumam sendiri, entah apa yang di ucapkannya. Sementara luka-lukanya sudah di obati dan kepalanya sudah di perban. Taehyung menahan rasa sakitnya dan lebih memilih menunggu kabar dari dokter yang sedang menangani Jennie di dalam sana.
"Taehyung, bisakah kau duduk di kursi ini? Memangnya kepalamu tidak pusing?" tukas Doyeon tiba-tiba.
Taehyung menghentikan langkah lalu berdiri menghadap keluarga Doyeon.
"Tidak bisa, Doyeon. Aku tidak bisa berhenti memikirkan Jennie. Dia sendirian di dalam sana!"
Doyeon terkekeh sedangkan ibunya berdiri lalu menghampiri Taehyung. Dengan penuh kasih sayang ibu Doyeon mengelus bahu pria itu.
"Aku mengerti kalau kau sedang gugup, Taehyung. Tapi kau juga sedang terluka. Lebih baik kau mengistirahatkan tubuhmu."
Taehyung menghela nafas.
"Iya. Lagipula di dalam sana Jennie Eonnie tidak sendirian. Ada dokter kandungan dan suster-susternya. Jadi kau tidak usah khawatir," tambah Doyeon.
"Benar, Taehyung. Jennie tidak mungkin langsung melahirkan. Persalinan itu ada tahapnya," Tuan Kim ikut menenangkan.
Taehyung mengangguk paham. Ia bersyukur ada keluarga Doyeon disini. Pada akhirnya Taehyung duduk di samping Doyeon lalu mengaitkan jari-jari tangannya. Taehyung memejamkan mata lalu berdoa dalam hati.