spam banget yaa kalian wkwk, hebat👍
Enjoy guys!
Jangan lupa vote dan comment😘.
.
***
Rose tertawa terbahak-bahak seraya memberikan ponsel kepada Jimin. Jimin hanya menatapnya heran lalu menempelkan speaker ponsel di telinga kanannya. Terdengar Taehyung yang bersungut-sungut di seberang sana. Jimin tahu, pasti Rose sedang menertawakan sahabatnya.
"Aish, bisakah kau menutup mulut nenek sihir itu? Dia terbahak saat aku mengatakan kalau Jennie menolakku dan mengabaikanku saat mobilku hilang!"
Mata Jimin membulat sempurna. "Mobilmu hilang? Yak, kenapa ceroboh sekali!"
"Yah! Seharusnya kau prihatin, bukannya mengataiku bodoh! Kalian berdua sama saja!" omel Taehyung.
Jimin berdecak sebal lalu melirik Rose yang masih tertawa di sampingnya. "Lalu, bagaimana keadaan Jennie? Apa dia sehat-sehat saja?"
Jimin tidak bisa melihat Taehyung, tapi ia yakin Taehyung sedang tersenyum saat ini.
"Jennie sehat-sehat saja, Jim. Kandungannya juga seperti itu. Kau tahu tidak, ia membantah kalau aku adalah Ayah dari anaknya."
Jimin terkekeh. "Kau bodoh jika mempercayainya. Tentu saja itu adalah anakmu! Pokoknya kau harus tetap berusaha mendapatkan hatinya, Taehyung. Ia membutuhkanmu tetapi aku tidak tahu apakah ia mempunyai perasaan padamu atau tidak. Kau harus mencaritahunya sendiri. Itu jika kau benar-benar serius padanya."
"Tentu saja, sobat. Aku akan melakukan apa saja untuknya."
Rose sudah berhenti tertawa dan kini tersenyum memandangi kekasihnya.
"Lalu, kau tidur dimana? Taehyung, berhati-hatilah. Sekarang musim hujan."
"Tenang saja, Jim. Aku sudah menjual jam tanganku dan menggunakannya sebagai sewa rumah. Sebenarnya bukan rumah, tetapi seperti pondok satpam yang memiliki satu tempat tidur saja. Letaknya tepat di samping rumah Jennie. Aku rasa aku masih mempunyai uang untuk makan."
Jimin menghela nafas. Ia tidak menyangka Taehyung akan mengalami masa-masa sulit ini. Mereka mengakhiri pembicaraan dan Jimin termenung di tempatnya. Ia berharap semoga saja hati Jennie segera luluh.
"Tenanglah, Sayang. Taehyung pasti bisa melaluinya. Penderitaannya ini tidak seberapa dibandingkan dengan yang diberinya kepada wanita-wanita yang disakitinya dulu."
Rose memeluk Jimin dari samping. Jimin mengangguk paham kemudian mengecup lembut lengan Rose yang berada tepat dibawah dagunya.
"Iya, aku tahu. Aku hanya tidak menyangka Taehyung bisa berubah sederastis ini," ungkap Jimin.
Rose meremas-remas rambut tebal kekasihnya. "Bersyukurlah ia bisa berubah menjadi lebih baik," bisik Rose kemudian mengecup pipi Jimin. Pria berkulit putih itu menoleh ke arahnya dan hidung mereka pun bersentuhan. Jimin berdecak kagum. Ia tidak pernah berhenti mengagumi kecantikan Rose. Satu-satunya wanita yang selalu di sampingnya.
"Baby."
"Hm?"
"I love you."