Triple yey💃
Enjoy guys!
Jangan lupa vote dan comment😘.
.
***
"Kim Ji Hoo."
Mata Jennie berkaca-kaca saat membaca nama yang tertera di box bayinya. Nama yang sangat cocok untuk sang buah hati. Tentu saja pemberian dari Taehyung.
Jennie mendesah. Seandainya saat ini Tuan Kim masih hidup, pasti beliau sangat bahagia karena cucunya telah hadir di dunia ini, dengan menyandang namanya.
Taehyung meremas lembut bahu Jennie. Ia tetap berdiri di belakang kursi roda wanita itu, bersama-sama memandangi bayi mereka dari luar ruangan bayi. Jennie mendongakkan kepalanya, meminta perhatian Taehyung.
"Terima kasih untuk nama yang sangat indah," ucap Jennie. Taehyung mengulum senyuman tulus.
"Aku senang kau menyukai nama itu," balas Taehyung. Jennie mengangguk singkat kemudian kembali memandang ke ruangan bayi.
"Nah, disini kalian rupanya!"
Taehyung dan Jennie serentak menoleh. Ternyata dua sejoli yang nampaknya tengah berbahagia, terlihat dari cengiran lebar Park Jimin. Mereka menghampiri Taehyung serta Jennie, dan perhatian Jennie langsung terpusat pada benda mengkilat di jari manis Rose.
"Apa kalian keberatan jika kami ikut menginap?" tanya Jimin pada Taehyung dan Jennie.
Taehyung tidak menjawab. Matanya juga tertuju pada cincin yang baru tersemat di jari manis sahabatnya. Kemudian tatapannya beralih pada wajah wanita itu.
"Wah, Daebak! Akhirnya kau sudah menjadi calon suami nenek sihir ini, Jim. Selamat!" seru Taehyung, mengabaikan pertanyaan Jimin sebelumnya.
Jennie menahan tawa.
"APA? Apa katamu, Kim Taehyung?! Yak! Sebaiknya kau cepat-cepat melamar Jen—hmpt?"
Sebelum Rose melanjutkan omelannya, Jimin dengan cepat menutup mulut wanita itu. Taehyung menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal, sedangkan Jennie salah tingkah.
Jimin tertawa canggung. Tidak seharunya Rose memancing Taehyung langsung di hadapan Jennie.
"Eung... ayo kembali ke kamar. Jennie membutuhkan istirahat." tukas Jimin. Rose masih berdengung di telapak tangannya.
"Ah, aku lupa. Kami ingin mengisi perut terlebih dahulu di kantin. Apa kalian ingin memesan sesuatu?" tawar Jimin.
Jennie menggelengkan kepala. "Tidak usah, Jimin. Lebih baik kalian makan malam dulu. Kami akan menunggu di kamar."
Jimin melepaskan tangannya dari mulut Rose kemudian menarik kekasihnya itu menjauh, sebelum ia mengomel lagi pada Taehyung. Mereka berjalan menuju kantin, sementara Taehyung dan Jennie masih berdiri di tempat itu.
Jennie menunduk memandangi lantai. Perkataan Rose terus terngiang-ngiang di telinganya. Jika Taehyung melamarnya seperti Jimin melamar Rose, mungkin Jennie akan menerimanya. Terlepas dari segala keraguan akan perubahan baik Taehyung, namun di dalam hati kecil Jennie mencintai pria itu.