Enjoy guys!
Jangan lupa vote dan comment😘.
.
***
Akhirnya Taehyung sampai di mansion tempat Seolhyun tinggal. Mansion itu dulunya adalah milik Ayahnya, jadi Taehyung sudah tidak asing lagi.
Setelah menempuh perjalanan beberapa jam yang singkat karena mengendarai mobil dengan ugal-ugalan, Taehyung sampai dengan selamat. Ia memarkirkan mobil Jimin dengan sembarangan lalu menyerbu ke dalam mansion yang dijaga oleh beberapa pria berbaju serba hitam.
Pria-pria itu tentu saja tidak dengan mudah mengizinkan Taehyung masuk. Mereka berbaris menghalangi pintu masuk agar Taehyung berhenti disana. Tidak ada satupun yang menyadari betapa murkanya Taehyung saat ini. Matanya yang merah berair serta urat-urat nadinya yang tercetak jelas tidak cukup bagi pria berbaju hitam mengetahuinya. Taehyung bisa saja menumbangkan mereka saat ini juga.
"Anda dilarang masuk, Tuan Kim! Nyonya Kim sedang membutuhkan privasi bersama adiknya," ucap salah satunya.
Taehyung mendelik tajam padanya. "Minggir! Atau aku akan menghabisi kalian semua!" desis Taehyung tajam. Meskipun wajahnya masih babak belur, ia tidak peduli jika harus berkelahi lagi.
"Nyonya Kim memberitahukan kami untuk menghalangimu masuk sebelum Nyonya Kim sendiri yang memanggilmu."
Taehyung menggeram. Tangannya bergerak cepat untuk menarik kerah jaket pria itu.
"Aku tidak ingin membunuhmu disini! Minggir!"
***
Seolhyun terdiam mendengar pertanyaan Jennie. Mata mereka terikat dalam satu pandangan yang sulit diartikan.
Jennie tidak ingin kejahatan Seolhyun semakin menjadi-jadi, tetapi ia juga tidak tahu bagaimana cara merubah kakaknya itu. Seolhyun memang telah di butakan oleh harta. Setelah ia tidak bisa memiliki Taehyung, ambisinya menjadi musuh bebuyutan Taehyung sekaligus menguasai hartanya semakin menggila.
Jennie semakin mempersempit jarak diantara mereka, mengintimidasi kakaknya dengan tatapannya.
"Apa Eonnie menyayangiku seperti dulu? Apa Eonnie adalah kakak yang dulu selalu melindungiku? Jawab, Eonnie!"
"Apa yang kau bicarakan Jennie? Tentu saja aku menyayangimu!" seru Seolhyun.
Jennie tersenyum miris. Kepalanya menggeleng lambat-lambat. "Tapi aku tidak merasakannya lagi, Eonnie. Aku rasa kau telah banyak berubah. Tidak ada lagi Kim Seolhyun yang menyayangi adiknya seperti dulu. Memeluk serta menenangkannya ketika dunia terasa tidak aman. Semua yang aku rasakan kini hanyalah kepalsuan," ungkap Jennie.
Kata-kata singkat Jennie mampu membuat Seolhyun kalah telak. Ia menatap Jennie dengan nanar, sementara air mata Jennie telah mengalir di pipi lembutnya.
"Apa kau tahu, Eonnie? Bagiku kau adalah wanita terhebat. Kau menggantikan posisi Ayah dan Ibu dengan menghidupiku dengan uang hasil kerja kerasmu, serta membuatku merasa aman. Tetapi semua itu terasa berubah saat kau diam-diam mencintai Taehyung. Awalnya aku tidak percaya pada Taehyung yang mengatakan betapa ambisiusnya kakakku sekarang, tetapi sekarang aku telah melihat buktinya. Kakakku yang menyayangiku tidak mungkin akan menculikku seperti ini. Dan aku tahu tujuanmu yang sebenarnya, Eonnie."