Efflorescence 2

1K 149 42
                                    

Efflorescence

Story by: Fi (@Polaris183)
Length : Chaptered

Warn! BxB area! Homophobic? Saya tidak sarankan baca!

VKook (V/Kim Taehyung x Jeon Jungkook)

V/Taehyung sentris!

______________________

Langkah kaki yang beriringan konstan memperdengarkan bunyi dua pasang sol sepatu dengan tapak yang sama. Saya dan Jungkook berjalan bersandingan, saling canggung kala menyusuri pedestrian.

Saya menggaruk tengkuk, padahal tidak gatal juga, buat pengalihan degub jantung saja yang tak ada enak-enaknya. Sementara Jungkook di samping saya cuma jalan menunduk, mungkin nanti bisa saja dia menemukan satu atau dua keping koin. Lumayan untuk beli permen.

Sepeda yang tak kami sangka datangnya membuat Jungkook terkejut dan hampir terserempet dari belakang. Dia spontan memilih peluk badan saya erat-erat daripada sakit menghantam cor beton di bawah kaki. Sepertinya rem blong, sebab si pengendara sendiri jatuh tersungkur beberapa meter dari kami setelah menabrak tong sampah.

Matanya terpejam kuat. Dan saya yang tadinya masih terperanjat kaget, terkejut saat mendengar isakan kecil lolos dari dia.

Dia menangis? Kenapa?

Saya merenggangkan rengkuhnya, beralih memegangi, dan sedikit meremat juga, kedua bahunya. Dia tetap menunduk, tak ingin saling tatap jelaga.

"Jungkook, tatap mata saya," pinta saya padanya. Bukan, saya tidak bermaksud meniru pesulap kondang yang kerap muncul di tv itu, kok. Saya tidak bisa hipnotis, saya hanya mau menenangkan presensi kesayangan saya ini saja.

Aduh, kesayangan...

Kapan Jungkook panggil saya begitu, ya?

Jungkook menggeleng, wajahnya memerah. Malu barangkali.

Maka jemari tangan kanan saya lantas tertuntun untuk mendongakkan dagunya, sembari mata saya langsung menyorot netranya dengan teduh. "Kenapa menangis? Kamu tidak terluka 'kan?"

Bukannya menjawab, dia justru mengeluarkan tangisan lebih keras dan terisak-isak seperti anak kecil yang jatuh di pekarangan rumah.

Saya mengedarkan pandang, beberapa orang menatap saya dengan pandangan menuduh, mungkin dikira saya yang buat Jungkook menangis begini. Saya merasa tersudut, padahal saya tak bersalah.

Lagipula, kalau saya lihat dia begini saja ingin menangis juga, mana mungkin saya tega menyakiti dia? Yaaah ... namanya juga manusia, berprasangka itu biasa.

"A-aku ...hng... aku takut sama ke-kejadian ...hik... barusan, Mas." Dia terbata ketika berkata sebab tersela ceguk, untung saya masih mampu memahaminya.

"Sssshhh," Saya tarik dia untuk dipeluk erat, mengusap tengkuk sampai punggungnya berusaha membuatnya tenang, "sudah, tidak apa-apa. Saya di sini lindungi kamu, Jungkook."

"Hngg! Tapi aku masih takut!" Dia mengerang.

Saya otomatis melonggarkan tautan tangan di balik punggungnya, Jungkook berteriak sembari menghentakkan kaki. Tapi mukanya masih mengusal di dada saya. Menggemaskan dia ini, memang.

Saya menciptakan jarak, menghapus perlahan lelehan air mata yang menghiasi sorot takutnya. Tahu? Jantung ini rasanya jumpalitan ketika saya berkesempatan mengusap pipi gembilnya. Lembutnya minta ampun, ingin saya gigit rasanya.

"Kamu ada trauma, Kook?" Hati-hati saya bertanya, takutnya dia tak nyaman. Sebab ini menyangkut hal sensitif bagi psikisnya.

Dia mengangguk kecil dengan bibir terkerucut, terisak sebelum menjawab malu-malu, "He'eum. Tapi janji jangan tertawa!" tuntutnya pada saya dengan telunjuk teracung.

Saya mengangguk, "Iya, janji."

"Benar?"

"Iya, Jeon Jungkook. Saya janji."

"A-aku, w-waktu kecil... pernahkeceburgotgara-garadiserempetsepeda!" Jungkook secepat kilat berujar. Kalau ini sih, jangankan tertawa, paham ucapan dia saja entah.

Saya melongo, "Hah?"

"Ya pokoknya itulah!" elaknya. Jungkook menyergah saya untuk bertanya lebih jauh. Meski saya yakin itu adalah hal yang memalukan karena lantas dia memerah sempurna.

Saya menghela nafas, harus pandai-pandai tekan emosi, supaya terkendali.

"Tapi saya tidak dengar jelas kamu bicara apa, Jungkook. Kamu ini niat bicarakan trauma apa mau ngerap seperti Suga?" protes saya. Jangan tanya kenapa harus Suga yang menjadi umpama. Saya hanya terlalu mengidolakan rapper pucat nyentrik itu.

Dia menghentak kaki lagi. Merengek seperti anak kecil sembari berujar putus asa, "Sudahlah, Mas Kim ... jangan bahas lagi, iiih!"

Oke, oke. Saya tidak kuat juga kalau begini. Iman saya bisa-bisa terguncang. Mengalah, itu pilihan terbaik buat saya.

"Iya, iya oke, sudah dong ... jangan merengek begitu," mohon saya, "Bisa gawat kalau saya dihajar masa karena salah sangka, Kook. Dikira saya yang buat adik kecil ini menangis. Kan tidak lucu, itu."

Dia lantas meninggalkan saya dengan hentak kaki dan dengusan sebal begitu saja dalam kebingungan, dan tatapan menilai dari keramaian. Sial. Maaf, saya tidak tahan mau mengumpat.

"Lhoh? Jungkook! Tunggu sayaaa!"

Saya berteriak kesetanan sembari mengejar langkahnya.

※Efflorescence※

TbC

A/n: Pendek? Iya...
Sebenernya ini masuk ke part 1, tapi kepanjangan jadi saya potong, deh...

Jangan lupa apresiasimu
Thank you, and have a nice day

Jangan lupa apresiasimuThank you, and have a nice day

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Efflorescence |VKook/TaekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang