Efflorescence 27

435 85 61
                                    

Efflorescence

Story by: Fi (@Polaris183)
Length : Chaptered

Warn! BxB area! Homophobic? Saya tidak sarankan baca!

VKook (V/Kim Taehyung x Jeon Jungkook)

V/Taehyung sentris!

______________________

PLEASE, BACA NOTE BAWAH! PENTING T_T






"Tae!"

Saya yang menuruni mobil dalam keadaan kacau khas orang selesai baku hantam, disambut oleh teriakan Eonjin. Pukul dua belas siang tepat, dan rumah masih tampak sepi. Harusnya ibu sudah pulang dari kebun, tapi entah.

Perempuan kecil itu langsung berlari dari teras, meninggalkan apapun yang dia tekuni, hanya demi menyongsong badan saya dalam sebuah peluk hangat. Senyum manisnya tersungging di bibir.

Saya mengendik bingung. Anak ini kenapa?

"Eonjin kenapa, hm?"

"Eonjin diberi kakak cantik co... kelat."

Nadanya melirih tergantung, dan menghilang di akhir. Senyumnya yang serupa senyum saya menghilang sedetik setelah dia dongakkan wajah ke atas, menatapi saya. Dada saya terbuka sebab dua kancing kemeja yang hilang entah kemana,mantel yang cuma saya sampir di bahu, rambut acak-acakan, tambah lagi dengan beberapa lebam di rahang dan tulang pipi, serta satu sobekan kecil di sudut bibir. Begitu saya balas cengir, dia mulai berkaca-kaca. Alisnya berkerut-kerut menatap saya.

"Huweeee!!! Tae kenapaaaa?!" Dia menangis keras, terisak dengan lengan yang semakin kuat melingkar di pinggang. Saya kelabakan sendiri. Langsung menangkup wajahnya untuk diusap dan dibelai. Berharap dengan itu tangisnya akan mereda. Saya kecupi pucuk kepalanya, meringis begitu rambut lembutnya tak sengaja dengan kasar menggesek luka di sudut bibir kiri. Perih.

"Mas? Eonjin kenapa?"

Jungkook berjalan tertatih dari dalam rumah. Tampak ia berusaha terburu menghampiri kami, meski itu tidaklah mungkin kalau mengingat kondisinya yang masih 'susah jalan'. Sesekali ia berhenti sekedar untuk menyangga tubuh dengan lengan bertumpu di tembok. Wajahnya terlihat sekali menahan sakit dengan jengitan yang kentara. Melihatnya, saya merasa bersalah.

Saya mengangkat Eonjin dalam gendongan. Lekas masuk menghampiri Jungkook yang sedikit lagi mencapai pintu depan.

Begitu samapi di depannya, dia terbeliak kaget dengan mulut ternganga. Bibirnya bergetar seakan hendak berkata, tapi suaranya hilang entah kemana. Jemarinya yang tremor ia angkat hanya untuk menyentuh memar yang mungkin mulai agak membiru di rahang, berganti menyentuh pelan luka di sudut bibir.

Sebelah mata saya refleks memejam kuat rasakan denyutan ngilu bercampur perih karenanya. Eonjin saya turunkan. Biar saja dia kejer menangis sembari peluk kaki saya.

Sungguh, apa yang dilihat Eonjin hari ini tak akan sebanding dengan apa yang dilihat Jeonggyu dulu. Dimana saya yang sekarat habis tawuran dia temukan tergeletak mengenaskan di halaman, lengkap masih bawa gear sepeda kesayangan juga. Saya seperti prajurit yang pulang dari peperangan akbar. Tubuh saya berdarah-darah, saya ingat betul dia yang histeris menangis sampai tetangga ikut panik.

"M-mas... a-a-a---"

"Ssst.. saya tak apa Jungkook. Ini cuma luka kecil. Nanti diobati, hm?"

Tanpa bicara, dia cuma langsung menyergap saya dalam sebuah rengkuh erat, hingga saya harus puas mengambil napas berat. Sesak. Air matanya membasahi kemeja bagian bahu. Posisi sulit. Eonjin yang terjepit di antara saya dan Jungkook pun tak protes apa-apa sebab sibuk dengan sengguk tangisnya yang tak kunjung berhenti.

Efflorescence |VKook/TaekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang