Efflorescence 29

411 73 77
                                    

Efflorescence

Story by: Fi (@Polaris183)
Length : Chaptered

Warn! BxB area! Homophobic? Saya tidak sarankan baca!

VKook (V/Kim Taehyung x Jeon Jungkook)

V/Taehyung sentris!

______________________

"Hueek!"

Bangun-bangun, saya mual. Aroma minyak angin ayah total menyeruak penuhi penghidu. Membuat kepala yang pusing, jauh lebih pusing saat kesadaran tertarik ke permukaan.

Latar bertempat di gubuk kecil yang letaknya di akhir banjar kebun stroberi. Samping kanan ada ayah dan ibu yang tatapi saya khawatir dan langsung bertanya ini itu, seperti; apa saya pusing, apa saya butuh minuman hangat,dan pertanyaan tak bermutu sebab kepanikan lain yang ditanyakan. Jungkook wajahnya tepat di atas kepala saya, sebab pahanya dijadikan sandaran kepala. Sementara itu, di samping kiri ada Eonjin dan Jeonggyu yang menatap jengah. Tidak santai sekali roman mukanya.

Kedua anak itu lantas turun dan kembali berlarian di tengah kebun selepas tahu saya masih bisa sadar dan masih bisa bernapas.

"Eergh..."

Saya coba bangkitkan tubuh, langsung disambut pijatan lembut ibu di tengkuk, dan uluran minyak angin yang langsung saya tepis kalau tak mau muntah dadakan. Ayah usap peluh di dahi saya menggunakan tangan. Tak jijik sama sekali, dengan pandangan terlampau hangat, nyaris terbakar.

"Kamu ini memalukan parah, Taehyung. Usia sudah bangkotan masa masih takut sama cacing?" Ayah menggerutu. Dia menjitak kepala saya dengan kesal membara di matanya. Hilang sudah ekspektasi saya tentang kasih sayang yang barusan diberi melalui usapan dahi.

"Aduuuh," mengaduh, saya menatap tajam pada ayah yang balik menatap lebih galak, "Ayah kejam sama anak sendiri," desus saya dengan suara yang semakin hilang di setiap kata. Tatapan tajam ayah menghunus telak sampai saya tak berani bantah, katana Sasuke saja saya yakin kalah tajam dengan hunusan laser ayah.

"Loh, siapa suruh memalukan? Kamu itu dominan Taehyung, masa iya sama cacing yang kalau kamu injak mati gepeng saja takut?"

Saya memelas, "Yah, trauma itu tidak bisa hilang tiba-tiba. Dan saya masih belum bisa."

Saya ucapi begitu, kepala ini kena jendul, sampai-sampai terdorong ke depan. Ibu bukannya membela saya, dia malah asyik saja tertawa, seakan menertawakan anak itu hiburan paling lucu seantero Korea. Jungkook tak bereaksi apapun, sebab dia tak tahu menahu perihal yang saya debatkan dengan si tua itu.

"Heh, kamunya sendiri yang bodoh. Mau saja nurut omongan tetangga, sudah tahu dia jahil."

"Sebentar, sebentar... maaf menyela, tapi saya juga penasaran, yah. Sebenarnya, hubungan mas Kim dan cacing itu seperti apa, ya?"

Dan kami semua, sontak memandang aneh Jungkook yang tadi menyela.

"Hubungan?" tanya saya merepetisi. Jungkook, dengan ragu dan bingung tertampil menambah kesan polos, mengangguk.

"Jadi..." nada saya menggantung, bolak-balik saya tatap ayah dan ibu, memberi mereka kode untuk menjauh dengan gerakan mata.

"Jadi apa?" Waduh, Jungkook ini tak sabar pula. Sementara ayah dan ibu justru balik melontar tatapan bertanya pada saya. Entah mereka memang tak paham, atau pura-pura tak paham sehingga saya tampak bodoh di hadapan Jungkook juga saya tak tahu.

"Jadi... ---astaga---ayah, ibu, bisa saya minta waktu berdua? Saya harus bicarakan sesuatu."

Akhirnya, saya berani memutuskan keadaan tidak jelas yang menimpa dengan satu pengalihan yang harusnya sejak tadi saya lakukan. Ayah dan ibu memasang tampang seakan baru tertimpa ilham, wajah-wajah mafhum.

Efflorescence |VKook/TaekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang