Efflorescence 36

378 77 18
                                    


Follow akun saya boleh kali Beb! Ehehe:)

.

.

Efflorescence

Story by: Fi (@Polaris183)
Length : Chaptered

Warn! BxB area! Homophobic? Saya tidak sarankan baca!

VKook (V/Kim Taehyung x Jeon Jungkook)

V/Taehyung sentris!

______________________

"Mas! Kamu niat tidak sih menikahiku?!"

Jungkook marah. Emosinya naik turun sejak kemarin sore. Waktu berlalu cepat sekali, sampai sadar tak sadar bulan Maret sudah menghampiri.

2 Maret, musim dingin sudah memasuki babak akhir, tinggal menghitung hari sampai pernikahan kami. Dan, di waktu sedekat ini, saya justru membuat masalah. Ya Tuhan, maafkan saya yang seminggu ini cuma mengeluhkan nasib yang sudah Kau susun baik-baik.

Saya tahu semua memang salah saya, begitupun kemarahan Jungkook yang memang pantas dia tujukan untuk calon suami bodohnya ini. Sejak lima hari lalu, berulang kali Jungkook ajak saya mencari cincin kawin. Atas saran Ibu Jeon agar kami tak kelabakan sendiri terkejar waktu nanti.

Kata Jungkook, sekadar melihat sebentar pun tidak masalah, dan kami masih memiliki waktu untuk sejenak memikirkan cincin yang mana atau yang seperti apa untuk dipesan. Tapi saya benar-benar tidak bisa. Tumpukan dokumen di meja meronta untuk saya teliti dan kerjakan sedemikian rupa. Saya ambil lembur, dengan cara membantu dosen lain agar mendapat uang tambahan.

Demi Ibu saya yang cantiknya tiada dua, kalau kami merenggang begini pada akhirnya sebab berbundel-bundel kertas isi file holder di atas meja, saya tak akan nekat mau lembur segala. Tapi asal Anda tahu, niat saya hanya untuk membahagiakan Jungkook, uang ini untuk masa depan kami juga, bukan untuk berfoya-foya.

Jungkook pasrahkan beban tubuhnya pada sandaran sofa. Lengannya terangkat menutup sebagian wajah, sementara bahunya meluruh lelah.

"Tunggu sebentar, Jungkook. Ini sudah hampir selesai,"

Jungkook mendecak saat sekali lagi--untuk entah yang ke berapa kali--kalimat itu yang terus keluar dari bilah bibir saya akhir-akhir ini. Dia berdiri sekali sentak, mengentak kaki lantas berbalik memunggungi. Disambarnya cepat mantel yang tersampir asal di lengan sofa, dan dia berlalu pergi tanpa bisa saya tahan lagi.

"Terserah! Cumbu saja kertas-kertas di mejamu!" ketusnya, dengan suara lantang sarat amarah ketika dia hampir selesai mengikat tali sepatu timberland hitamnya.

Blam! Semuanya terakhiri oleh debam pintu.

Saya mengurut pelipis, menghela napas berat, lantas meratap pasrah. "Astaga, saya harus apa?"

Bolpoin di genggaman bukannya membantu malah balik menyakiti, klip besinya melukai telapak tangan sebab saya genggam terlampau kuat. Begitu sadar, tangan saya sudah berdarah. Cepat-cepat saya jauhkan sebelum tetesannya berhasil membuahkan noktah di berkas terakhir yang harus saya kerjakan.

Saya hela napas lagi, seakan seluruh beban pikir saya ikut terbawa dengan embus sisa respirasi. Saya suntuk, kepala pening, mana lagi hati masih berkebul panas, untung belum terbakar.

Dering ponsel dengan lagu legendarisnya; Cypher Pt.3, membuat saya hampir terjengkang sebab kaget. Kerasnya betul-betul. Begitu dilihat, ada nama Hoseok yang tertera. Ah, kebetulan, saya butuh teman minum.

"Halo, Hos?"

"Kau nganggur tidak? Ayo temani aku minum, Kim. Aku lagi stres gara-gara anakku."

Efflorescence |VKook/TaekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang