Efflorescence 21

529 82 36
                                    


Efflorescence

Story by: Fi (@Polaris183)
Length : Chaptered

Warn! BxB area! Homophobic? Saya tidak sarankan baca!

VKook (V/Kim Taehyung x Jeon Jungkook)

V/Taehyung sentris!

______________________

Dulu sekali, saya pernah mendengar sebuah ungkapan. Ungkapan yang mengatakan kalau cinta tak akan pernah jauh dari dua kata, yang pertama adalah bahagia, dan yang kedua adalah duka. Kala kamu ingin reguk bahagia dalam hal cinta, saya yakin bahwa haruslah kamu seberangi dulu lautan duka. Baru bahagia itu akan menjemput kamu dalam cahaya.

Kata-kata yang entah kata siapa itu, mungkin akan pas kalau saya sandingkan dengan keadaan kami --keadaan saya dan Jungkook-- saat ini. Dimana duka yang harus kami seberangi, gelap sekali. Kusamnya sudah teruji klinis juga. Sepupunya hari Sabtu, si Mingyu.

Tangan kanan yang tak pegang stir terangkat mengusak rambut lembut itu. Sejak tadi manis saya cuma diam, dan saya benci benar jenis kediamannya ini. Kami yang dihadapkan pada situasi canggung, hanya bisa saling curi lirik dan sekadar lempar kakunya senyum kala netra tak sengaja bertubruk. Tak ada canda tawa seperti biasa, tak ada dia yang rusuh bercerita, sampai akhirnya segalanya terasa hampa.

"Jangan khawatirkan apapun, Jungkook. Semua akan baik-baik saja. Kamu percaya saya kan?" Saya tarik seulas senyum, meyakinkannya, pun diri sendiri bahwa keadaan akan membaik dengan sendirinya.

Tangan yang tadinya mengusap surai, saya selipkan perlahan ke jemarinya hingga saling tertaut dan bergenggam erat saling menguatkan di atas pahanya yang terlapis jeans pudar. Restu dan do'a ibu Jeon yang tergenggam pasti sebelum kami pergi meninggalkan pelataran rumah Jungkook, membuat hati saya lebih tenang untuk mengambil langkah pasti.

Saya seorang dominan di sini. Keputusan saya yang paling banyak menentukan berhasil tidaknya kami reguk bahagia.

"Kita pasti bahagia pada akhirnya, Jungkook. Kamu harus yakin, hm?"

Dia yang menunduk, mengangguk dengan gerakan patah-patah. Jemari tangan kanannya yang tak saya genggam, meremas ujung lengan hoodie merah jambu besar yang dipakai. Lagi dan lagi berkarakter Cooky.

"Mas,"

"Hng? Apa?"

Kruuuuuk....

Bukan dia yang menjawab, melainkan perutnya. Saya terkekeh, menjawil pipinya yang memerah padam sebab malu terjawab perut sebelum melirik jam digital yang sengaja saya taruh di atas dashboard. Pukul 12.30 siang, pantas kelinci mbul-mbul saya ini keluhkan lapar.

"Hihihi..." saya terkikik geli melihat seluruh wajahnya yang padam itu, "kamu lapar ya? Kita cari makan dulu kalau begitu."

Saya lirak-lirik bagian kanan jalan, mewanti apabila ada restoran yang sekiranya cocok untuk kami singgahi dahulu sebagai bekal energi melanjutkan perjalanan. Sebelum itu, saya bertanya, "Kamu mau makan apa, sayang?"

"Nasi goreng kimchi," lirihnya. Saya angguki lantas kembali mengamati tepian jalan. Syukurlah tak beberapa lama kemudian saya lihat ada restoran yang seingat saya pernah diceritakan Hoseok. Milik saudaranya, kata dia. Terbukti nyata dengan adanya marga Jung di plakat nama yang besar terpampang.

Saya yang memesankan menu makanan di antrean yang bersebelahan dengan konter kasir. Sementara Jungkook sudah langsung bertugas mencari tempat yang sekiranya dia suka, saya cukup amati.

Ditengah kekaguman saya yang cuma diam memperhatikan bidadari tengah bingung pilih kursi, dering ponsel dan getarannya di saku celana langsung mendistorsi lini ruang saya. Saya berjingkat kaget sampai ditertawai beberapa orang meski tak terang-terangan. Tapi saya tahu mereka menggunjing saya di balik bisik dan senyum ejek jenaka itu.

Efflorescence |VKook/TaekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang