Efflorescence 31

409 83 89
                                    

Efflorescence

Story by: Fi (@Polaris183)
Length : Chaptered

Warn! BxB area! Homophobic? Saya tidak sarankan baca!

VKook (V/Kim Taehyung x Jeon Jungkook)

V/Taehyung sentris!

Ps: Ini work kapan selesai ya Lord... tangan dah gatel pengen publish work vkook baru adooh...

Tapi, nggak apa, nikmati aja... aku sayang mas Kim, sayang adek Jungoo juga di universe ngamplah ini... wuf you 

AWAS  TYPO  BANYAK!!!

💜💜💜💜 (emoticon hasil copas wa... hpku jadul hahaha)
______________________

"Mas ayo cepat!!"

Kekeh geli saya lontar atas antusiasnya dia yang sekarang melompat-lompat kecil beralaskan sneaker putih bersih yang dua hari lalu baru dicuci. Dia dan wajah pucatnya tampak kontras dengan raut ceria dan binar mata bulatnya. Sabar tak sabar menunggu saya mengambil barang bawaan di bagasi.

Kami tiba di pelataran parkir rumah sakit tepat pukul dua belas siang, selepas ke apartemen Namjoon pun ke supermarket terdekat untuk membawa jinjngan hadiah penyambutan si malaikat kecil Kim.

Sewaktu memasuki lobby, pinggang kecil Jungkook sama sekali tak pernah menjauh dari jangkauan jemari panjang saya. Dia nyaman saja saya rengkuh erat begitu, justru sesekali menatap saya dan tersenyum begitu cerah. Tak ayal, belasan orang penghuni ruang berbisik-bisik gemas memuji kemanisan kami.

Saya pakai kemeja hitam dan celana bahan senada necis yang menonjolkan aura dominan, berbanding terbalik dengan Jungkook yang pakai celana jeans pudar dan hoodie merah jambu kebesaran yang sumpah, imutnya tak kira-kira. Pantas banyak yang saya senyumi sebab mengira kami pengantin baru yang mau konsultasi KB. Ya Tuhan, tolong rahmati kami. Semoga itu cepat terjadi.

"Tunggu, mas!"

"Kenapa Jungkook?"

Jungkook mendadak hentikan langkah,  membuat saya rela tak rela ya berhenti juga. Tatapan khawatir saya mulai mencuat begitu melihat presensi Jungkook saat ini, dimana wajahnya memucat, dahi berkerut seakan menahan sesuatu, dan tangan yang rapat menutup mulut dan satunya meremat perut. Dia langsung melesat beberapa langkah memasuki toilet --sebab kami memang berhenti di depan toilet umum-- dan langsung menutup pintunya tergesa.

"Jungkook! Kamu tidak apa?!" Saya ketuk pintu berbahan PVC itu dengan panik ketika saya dengar Jungkook mual-mual di dalam.

"Jung--"

"Aku tak apa!" sahutnya cepat dengan suara serak dan sedikit lemah, bahkan sebelum saya melanjutkan tanya. Jadilah saya cuma berdiri diam samdar punggung di sebelah pintu, lengkap dengan ujung pantofel yang mengetuk lantai kentara cemas.

Bermenit-menit sampai akhirnya bisa hela napas lega begitu Jungkook keluar sembari mengusap sekitaran bibir dan dagu menggunakan tisu. Dia taruh dahinya di pundak ketika saya menariknya sedikit menjauh agar tak dikira pasangan mesum di depan toilet.

"Kita periksakan tubuhmu selepas ini, Jeon!" Perintah saya. Mutlak tak terbantah.

※Efflorescence※

Sampai di ruang rawat Seokjin, kami disambut satu erang kesakitan dari si pasien. Jungkook sampai melonjak kaget begitu buka pintu. Namjoon di samping Seokjin terus merapalkan kata-kata penenang sembari sesekali meringis menahan sakitnya sepanjang lengan dicakari si istri.

"Kok di pintu? Ayo masuk!"

Nyonya Kim, maksud saya ibu Namjoon, yang menegur kami. Jungkook tersenyum canggung dan dengan cepat meraih tangan saya yang berdiri di belakangnya untuk diremat. Sepertinya, dia gugup. Langkahnya begitu rapat menuju satu set sofa ruang VIP yang diduduki orang tua Namjoon dan ayah Seokjin, untuk menaruh parsel buah yang dijinjing. Kemudian terburu membungkuk 45° memberi salam pada ketiga orang itu.

Saya kulum senyum geli karenanya. Canggungnya Jungkook itu menggemaskan, tahu?

Saya turut membungkuk rendah, dan dengan cepat menarik Jungkook untuk kemudian didudukkan di spasi yang tersisa di sofa panjang, sebelah ibu Namjoon. Wanita paruh baya itu tersenyum manis pada Jungkook, mengamit jemari pemuda yang baru sekian detik di hadapannya, kemudian menatap saya yang duduk di single sofa, berseberangan dengan ayah Seokjin. "Siapa anak manis ini, Taehyung? Kamu sudah menikah? Kok tidak undang?"

Saya tepis tuduhan ibu Namjoon dengan gelengan kepala dan ringisan kecil, "Saya belum menikah kok, bun. Tapi bunda siap-siap saja saya kirim undangan, hihihi... dan juga, yang di sebelah bunda itu namanya Jeon Jungkook," Jungkook mengangguk, "Calon istri saya, hehe."

"Waaah... beruntung kamu. Manis begini," kelakar ibu Kim. Sesekali jemarinya nakal menjawil dagu Jungkook. Tertawa-tawa sejenak, sampai akhirnya dihentikan rasa janggal yang telak menghias raut. "Kamu sakit, nak? Kok wajahnya pucat?"

Jungkook meringis, "Eh... em... itu, saya meriang saja, Nyonya."

"Jangan panggil Nyonya, panggil bunda saja seperti Taehyung," pinta beliau yang tidak srek dengan panggilan Jungkook.

"Oh? Iya, bun..."

"Hei Tae!"

Saya beralih fokus cepat, ketika ayah Seokjin di seberang saya memanggil dengan senyum jahil. "Ya, pi?"

Sudah bukan rahasia umum kalau untuk menghindari kesalahan panggilan, orang tua Namjoon memilih panggilan ayah bunda, dan orang tua Seokjin pilihnya mami dan papi. Melihat kalau marga mereka sama supaya tidak bingung.

"Itu nak Jungkooknya meriang biasa apa lagi 'isi'? Papi tahu kamu tak beda jauh dengan Namjoon." Yang disindir tak peduli, Namjoon masih sibuk tenangkan Seokjin yang kontraksi. Belum lagi ada SeoJoon yang menangis melihat mamanya kesakitan --saya tak lihat anak itu tadi, entah muncul dari mana. Lengkap sudah.

"Eh?! I-itu... nanti mau diperiksakan, pi."

Ketiga orang paruh baya itu terbahak mendengar jawaban kaku saya. Saling berpandangan lantas mengejek saya yang tak bisa tahan hormon. Kami tinggalkan desis sakit Seokjin dan nasib tersiksa Namjoon yang setia jadi korban cakar istrinya sembari tenangkan tangis putranya juga, sementara kami bercanda dan saling goda.

Netra ini tak mampu sedikitpun lepas pandang, sebab wajah pucatnya Jungkook betul mengkhawatirkan. Beberapa kali ia memejam mata, menahan pusing yang dirasa, hingga di menit ke sekian hal yang saya khawatirkan terjadi. Jungkook hilang sadar.

"Jungkook!!"


※Efflorescence※


Entah harus dikatakan beruntung atau sial kavar yang saya terima dari dokter UGD beberapa saat lalu. Si dokter berusia kisaran 40 an itu membawa saya pada konversasi bersuasana tegang dengan hasil tak sebesar ekspektasi.

Dia buat saya keringat dingin dengan pertanyaan dan pembawaannya yang serius tegang. Agak jauh dari brankar Jungkook, beliau bertanya, "Apa anda suami tuan Jeon?"

"Suami?! Ah, i-iya." Yaah... terpaksalah saya jawab iya pertanyaan itu. Ya ampun, saya deg-degan. Apa iya prasangka saya nyata? Apa Jungkook tengah mengampu keturunan saya?

Seakan paham tatapan resah saya, beliau tersenyum. "Tidak ada masalah serius. Asam lambungnya sedang naik. Anda tak usah khawatir. Dan kabar gembiranya, istri anda istimewa, dia bisa mengandung."

Saya melotot. Berteriak heboh sebab bahagia.

Setidaknya, kalau bukan sekarang, nanti saya bisa memperoleh keturunan darinya. Selayaknya Namjoon yang menyambut anak ke dua, dan jimin yang tengah menjaga dan menanti anak pertama.

Besok pagi, saya janji datang temui ibu Jeon bicarakan masa depan putranya.

※Efflorescence※

Tbc.

Mauku rebahan terus sambil youtube-an...
Maaf, tau kok ini pendek sekali, sependek kelingking Jimin. Tapi percayalah, aku tuang kerja keras di sini...

Jadi kumohon, tinggalkan jejak, bahagiakan saya supaya kalian dapat pahala juga.

Habis ini diusahakan up agak cepat... doakan saja.

Efflorescence |VKook/TaekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang