Efflorescence 42: END

777 57 26
                                    

Efflorescence

Story by: Fi (@Polaris183)
Length : Chaptered

Warn! BxB area! Homophobic? Saya tidak sarankan baca!

VKook (V/Kim Taehyung x Jeon Jungkook)

V/Taehyung sentris!

Nb: what a short final chapter, just ... enjoy it, okay... God bless you all

______________________

"Uuuh ... Adikku sayang, akhirnya menikah juga ..."

Saya menukikkan alis, menepuk sebal jemari Jimin yang elus rambut rapi ber-pomade saya. Hasil kerja keras Om Stylish bisa rusak karena tangan jahanamnya. Lagi pula, saya jijik dengar sebutannya buat saya. Apa-apaan dengan 'Adikku sayang' itu? Ewh, sampai mati pun tak akan saya akui dia sebagai kakak beberapa bulan saya.

"Ey ... tidak boleh begitu sama Kakak, Tae. Masa' iya sudah mau lepas lajang masih durhaka saja kau? Ingat, istriku yang fotokan pranikahmu." Dia menyombong. Saya hadiahi dia dengan picingan mata lewat pantulan kaca, tetapi namanya orang gila, tetap saja awet senyum idiotnya yang sampai telan mata itu.

Bicara-bicara, hari ini memang hari bahagia saya. Di musim semi yang begitu cantik dengan segala gradasi guguran sakura. Selepas mengurus segala kerumitan pranikah, kami akhirnya menikah juga--saya dan Jungkook, ya! Bukan saya dan Jimin--di Busan, kota kelahiran Jungkook.

Jantung ini tidak ada tenang-tenangnya sejak seminggu lalu. Sejak saya dan Jungkook terpaksa dipisahkan jarak untuk tak dulu bertemu, saya menetap di Seoul, sementara Jungkook begitu jauh berpindah ke Busan, ke rumah kakek-neneknya. Kami dipingit. Kata Ibu, sih ... supaya kami saling mengagum saat nanti berjumpa di altar.

"Taehyung Hyung!"

Jeblakan pintu yang berhasil memutus ketegangan--yang sesungguhnya cuma saya rasakan sementara Jimin masih asyik cerigisan--di antara kami. Ada Jeonggyu yang ngos-ngosan di sana sebagai pelaku.

"Apa?" Cuma itu tanya Jimin, dijawab lambaian kecil dari Jeonggyu yang wajahnya penat dengan peluh sebesar biji jagung meratai dahi.

"Apa?" Jimin bertanya lagi selepas kikis jarak, maksudnya ya terkikis sampai menyisa beberapa langkah, bukan sampai habis sepenuhnya, begitu.

Ditanya demikian, bukannya menjawab, Jeonggyu justru angkat tangan tunjukkan telapak, sebuah tanda kalau si gila janganlah dulu berbicara. Dan itu benar saja bikin Jimin mengerut jengkel. Jeonggyu lantas mengaduh sebab pucuk kepalanya kena tepuk menjurus pukul dari si gila Jimin. Saya melotot, adik saya dipukul sekena-kena.

"Ambilkan aku minum, Hyung! Haduuuh ...."

"Kau ke sini cuma mau minta minum?"

"OH IYA!" Jeonggyu, dan sisa-sisa warasnya yang masih tersisa di antara sengal napasnya lantas menyentak. Saya dan Jimin dibuat jantungan dengar suaranya yang menggelegar, kami sama berjingkatnya dengan Jeonggyu yang terkaget sendiri.

"Hyungie, kata Ayah, sudah saatnya Hyung naik altar. Bapak Pastor sudah datang, beliau memanggil."

Mendengar itu, makinlah jantung saya jedag-jedug tak keruan.

"Jim ...," panggil saya dengan suara tertahan.

"Heh!" Saya disentak. "Senyum yang lebar! Mau bertemu calon istri bukannya sumringah malah pasang muka tegang tahan kentut begitu ... kaumau poop memang?"

"Saya mau menikah, ya, bangsat!"

"HAHAHAHAHA!"

Saya yang diserang gugup ditertawai.

Efflorescence |VKook/TaekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang