Votelah dengan ikhlas. Yang tidak ikhlas apalagi tidak ngevote berarti anda biasa makan di warung gak bayar.
Komen tidak dibatasi asalkan jangan mengandung SARA
Setuju?
♡♡♡♡♡♡♡♡♡
Chapter 2
Jam 10 aku sudah bergegas keluar mengenakan kemeja kotak dan rok denim. Ahya, berhubung Song Ahjumna sibuk menyiapkan hidangan untuk makan malam menyambut tamu Taehyung, Tata gendut kubawa pergi. Sohyun sudah kuhubungi terlebih dulu sebagai tameng serudukan banteng.
"Tenang saja, Tae oppa bisa kusetting noded mode. Kau bersenang-senanglah, eonnie. Hm..aku jadi rindu buntalan daging itu."
"Ha? Maksudmu Park Jimin?"
"Ha? Bukan! Maksudku ponakan gendut yang tercinta!"
"Oo." Lagipula aneh jika ia menjuluki itu untuk si calon suami yang lembut ramah tamah penuh kemesuman.
"Eonnie memang butuh quality tìme, menghadapi orang seperti Tae oppa pasti butuh tenaga ekstra. Asalkan kau pulang tepat waktu, aku akan menyelundupkanmu tanpa setahu dia,"
Yah. Keposessifan Sohyun intinya mirip dengan Taehyung, tapi lebih halus dan terkoordinasi.
Sekarang aku sudah turun dari mobil Joseph di pelataran parkir mega mall. Syukurlah sabtu ini Taehyung tiba-tiba kedatangan tamu dari New York, investor perusahaan. Berhubung uncle George masih di Afrika, Taehyung sebagai GM yang menemani sang grandma untuk menyambut mereka. Malam ini rencananya Taehyung mengundang tamu tersebut jamuan makan di halaman belakang rumah kami sebagai rasa hormat.
Kenapa bukan di kediaman Sanders yang lebih megah? Entahlah. Mungkin Taehyung memiliki rencana licik yang sesuai di kepala kerbaunya.
"Joseph, kau bisa menjemputku dua jam lagi."
"Tapi Tuan Kim menyuruhku menunggu anda sampai selesai,"
"Ha? Kau mau menerima perintah sebodoh itu? Aku mencari underwear, apa kau juga perlu ikut? Siapa tahu kau ingin memberi hadiah untuk pacarmu,"
Wajah coklat Joseph merona malu. Bagaimanapun dia itu lelaki normal yang tahu malu. Umurnya baru 24 tahun dan dia putra Hannah si wanita negro asisten grandma yang dijuluki Taehyung nenek sihir karena gemar melakukan hal-hal mistik.
"Baiklah Nyonya Kim. Aku kembali lagi jam 12. Harap anda selalu mengaktifkan ponsel,"
"Tentu, bila perlu kugantung di leher," sahutku santai.
Tata mengoceh di gendonganku. Bayi 6 bulan itu kuperangkap dalam soft structure carrier yang nyaman. Seperti kebanyakan ibu-ibu, isi tasku dominan kebutuhan si Taehyung Junior yakni susu, diapers, tissue bahkan snack bayi. Tak dipungkiri aku memang sudah berlabel ibu-ibu.
Ketika mobil Joseph berlalu, aku segera memutar arah menuju taksi yang telah kupesan.
Cafe Revòìr di dekat kampus.
Lelaki pirang itu sudah menunggu dengan secangkir kopi dan sepiring cheese cake. Senyumnya kubalas seadanya karena mulai tak enak dengan kebohonganku pada Taehyung, Sohyun dan Joseph.
"Jungkook, ini bayimu? Wow, dia lucu dan menggemaskan,"
"Iya. Apakah aku bisa segera mendapatkan cincinku kembali?"
"Kenapa terburu-buru? Sebaiknya kita makan dulu."
"Aku sudah sarapan dan waktu makan siang belum tiba. Maaf Tuan Bradison, aku harus segera pergi karena ada urusan,"

KAMU SEDANG MEMBACA
SANG PENGIKAT 2
Fiksi PenggemarKelanjutan dari book sebelumnya dengan tokoh dan karakter yang sama namun dengan cerita yang berbeda. Satu judul bisa selesai satu chapter atau lebih. Ini demi menghindari tumpukan book on going sehingga saat mood hilang, book tidak terbengkalai beg...