"Siapa bilang benci bisa jadi cinta? Kalau nyatanya gue dan dia di ibaratkan air dan minyak. Mustahil bisa bersatu."
°
°
°
°
"Berhenti lo, sialan!"Gadis yang tengah memegang sebuah sepatu itu terus berteriak ketika orang yang tengah ia kejar tidak mau berhenti.
"Bagas sialan! Sekali lagi gue peringati sama lo, ya, kalo lo gamau berhenti, sepatu busuk lo ini bakal gue buang ke comberan!" Pekik Gadis itu menakut nakuti pria bernama Bagas itu.
"Coba aja lo berani buang, tas lo bakal gue lempar ke hutan hutan seberang sana." Tantang Bagas tidak mau kalah.
Gadis bernama lengkap Faisha Audy Dwidarma itu menghela nafas lalu melempar sepatu yang ia pegang itu ke sembarang arah.
Gadis yang kerap di sapa Audy itu terduduk ketika ia merasa kedua kaki nya sudah tidak mampu lagi menumpu nya untuk berdiri.
Bagas berjalan menghampiri Audy sembari menenteng tas berwarna biru pastel milik Audy.
"Nih!" Bagas melempar tas itu ke wajah Audy dengan kasar dan mengambil sepatu nya yang tergeletak di lantai.
Bagas menatap wajah Audy yang sudah bercucuran keringat.
"Lain kali jangan ajak gue buat main ginian ya, orang ganteng terlalu capek buat lari larian sama anak monyet," ujar Bagas tepat di depan wajah Audy membuat Audy menggeram.
Bagas menegakkan tubuh nya kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan Audy yang sangat teramat kesal dibuatnya.
"BAGAS SIALAN!!!!"
××××
Audy berjalan menuju ke kelasnya sembari mengepalkan tangannya kesal.
Hari ini dia benar benar hampir mati kesal dibuat oleh pria pembuat onar itu. Pria yang sering di idam idamkan oleh para gadis SMA Pradir.
Sering di sebut most wanted karena Bagas memiliki wajah bak dewa Yunani. Hal tersebut membuat para gadis tergila gila ingin membuat Bagas menjadi kekasih mereka.
Bagas juga disegani oleh hampir seluruh murid karena jabatannya yang sebagai ketua geng bertajuk Ericsson.
Geng dengan slogan Diam tak menghajar ditantang tak gentar itu beranggotakan hampir seluruh murid pria SMA Pradir.
Audy sering bergidik ngeri ketika memikirkan, apa yang ada dipikiran para gadis itu, bagaimana mereka bisa menyukai pria yang tiada hari tanpa berbuat onar. Memikirkannya saja sudah membuat Audy merinding.
Seperti hari ini, bagaimana bisa Audy tidak kesal terhadap Bagas, saat Audy hendak membuang sampah, Bagas tiba tiba mencipratkan rok Audy dengan genangan lumpur saat Bagas dengan sengaja melewati Audy menggunakan sepedanya.
Audy memperhatikan roknya yang terciprat lumpur tadi. Rok nya sangat kotor sekarang, dasar Bagas sialan, batin Audy.
Ah sudahlah, memikirkan kejadian tadi membuat Audy terus membayangkan wajah Bagas yang sangat amat menyebalkan bagi Audy.
Ingin sekali Audy menguliti wajah tampan yang membuat nya di puja puja oleh para gadis itu. Audy ingin mencabik cabik wajahnya hingga babak belur.
Apalagi saat mengingat senyumnya yang sangat menyebalkan menurut Audy, ingin sekali rasanya Audy mengoyak bibir itu agar Bagas yang notabene adalah kakak kelasnya tidak bisa tersenyum lagi.
Saat Audy masuk ke kelasnya, pertanyaan-pertanyaan tidak berfaedah bermunculan dari mulut ketiga sahabatnya, terkecuali dengan salah satu sahabatnya yang terkenal cuek.
"Audy! Tadi gue liat lo berantem lagi sama Bagas, lo gapapa?!" Tanya Dinda, gadis dengan suara cempreng itu bertanya dengan suara keras membuat Audy ingin sekali menyumpal mulut gadis itu dengan tisu.
"Dy! Lo sama Bagas kaga jambak-jambakan lagi, 'kan?! Rambut lo rontok, gak?! Kalo rontok nih emak gue baru beliin gue sampo Aloe Vera, sengaja gue bawa, buat jaga jaga siapa tau rambut lo botak pas jambak-jambakan sama Bagas," cerocos Kila, gadis berkacamata yang sama bawel nya dengan Dinda.
"Audy! Nih, Caca bawain minum buat kamu, Caca yakin kamu pasti kalah lagi kan kali ini," ujar Caca, gadis dengan pipi bulat itu menyodorkan sebotol air minum miliknya ke Audy membuat Audy ingin sekali menenggelamkan diri nya sekarang juga.
"Berisik banget sih, lo bertiga! Capek gue, pusing!" Audy berjalan menuju bangku nya dan langsung menidurkan kepalanya diatas meja.
"Lo itu ya, tiap hari berantem terus sama Bagas, heran gue," ujar Dinda sembari memainkan kuku kukunya yang baru saja ia cat berwarna pink pastel.
"Gak peduli," sahut Audy seadanya.
"Atau jangan-jangan, dia suka sama lo, Dy," celetuk Kila membuat Audy spontan mendongakkan kepalanya.
"Ngomong apa, lo?"
"Iya Dy, atau jangan-jangan, kak Bagas selama ini caper sama kamu, dia tuh pengen deket-deket kamu tapi tingkah nya kayak siluman gitu," sambung Caca membuat Audy langsung memelototi dirinya.
"Asal lo bertiga tau, sampe cucu cicit gue lahir, gue bakal tetap benci sama dia!" Ujar Audy dengan wajah kesalnya.
Ia bersumpah, sampai kapanpun itu, ia tak akan pernah jatuh cinta dengan manusia yang selalu mengusik ketenangan dirinya itu.
"Dy, jaman sekarang orang-orang sering kemakan omongan sendiri loh, hari ini lo benci, eh, besoknya lo punya anak bareng dia," celetuk Kila.
"Benci suatu saat bisa berubah jadi cinta, perasaan tumbuh karena terbiasa," celetuk Tia.
"Siapa bilang benci bisa jadi cinta? Kalau nyatanya gue dan dia di ibaratkan air dan minyak. Mustahil bisa bersatu."
"Dan gak akan pernah bersatu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Haters Gonna Love [END]
Teen Fiction"Ketika benci menjadi cinta" Itu lah yang dialami Audy saat ini. Setiap hari harus berdebat dengan kakak kelasnya yang sangat amat menyebalkan dan tukang usil itu membuat nya kesal dan membenci kakak kelas narsis nya itu. Namun siapa sangka, perasa...