🍁63.🍁 Putus asa

1.2K 131 3
                                    

Sebelum lanjut membaca jangan lupa untuk vote terlebih dahulu
Hope you enjoying
Happy reading



Kota Jakarta masih terlihat ramai dengan pengendara atau para pejalan kaki padahal jam sudah menunjukkan pukul hampir 12 malam.

Seorang gadis dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya itu berjalan dengan langkah gontai menyusuri trotoar dan membiarkan angin malam menerpa tubuhnya.

Ini sudah sangat malam namun gadis ini masih betah berada di luar.

Jika dipikir-pikir ia merasa lebih baik kedinginan di luar daripada harus menginjakkan kakinya ke dalam rumah itu, ah sepertinya itu tidak pantas disebut rumah.

Rumah yang biasa dijadikan seseorang sebagai tempat berlindung namun lain dengan gadis yang satu ini.

Baginya, rumahnya adalah tempat terburuknya. Didalam situ dia sering mendapatkan rasa sakit.

Entah itu pukulan, atau kata-kata menyakitkan yang sama sekali tidak pantas di ucapkan.

Gadis itu memilih untuk duduk di sebuah halte bis karena merasa kakinya sedikit pegal.

Belakangan ini dia jarang beristirahat. Dia terus memaksa tubuhnya untuk melakukan kegiatan apapun asalkan ia tidak memikirkan hal hal yang membuat perasaan nya sakit.

Dia selalu mengerjakan tugas-tugas, selalu berkutat dengan buku, apapun ia lakukan. Semua itu dia lakukan agar dia bisa melupakan apa yang alami selama ini.

Gadis itu memijat betisnya yang terasa pegal. Seharian ini dia benar-benar tidak ada istirahat sama sekali dan ia juga tidak ada makan apapun seharian ini.

Ia benar-benar lelah. Ia ingin sekali pulang kerumah dan melihat mamanya menyambutnya dengan pelukan hangat.

Memeluk dan mengelus rambutnya dengan lembut. Membuatkannya makan malam yang lezat, serta memberinya susu hangat sebelum tidur.

Namun selama 5 tahun ini dia berusaha hidup tanpa hadirnya seorang ibu. Meskipun sedikit sulit, ia selalu berusaha tegar.

Ia tidak pernah mengeluh sedikitpun. Ia memilih untuk memendam segalanya daripada harus memberitahu semua orang tentang semua rasa sakitnya selama ini.

Papa yang seharusnya menjadi pahlawan untuk anak perempuannya, yang akan selalu mengorbankan dirinya demi melindungi anak perempuannya, justru papa nya lah yang menyakiti anak perempuannya.

Gadis itu menyeka air mata yang menetes di pipinya.

"Gue capek boleh gak, sih?" Gumam nya sembari menatap nanar kendaraan yang tengah berlalu lalang.

Tia berjalan menyusuri jalanan kosong area perumahannya. Jalan tampak sangat sepi, mungkin karna hari juga sudah malam.

Kepala Tia sedikit pusing, perutnya juga sangat sakit. Tia terpaksa pulang kerumah, ia harus merawat dirinya.

Tia menatap nanar rumah mewah dihadapannya itu. Dengan langkah pelan Tia melangkah masuk ke dalam rumah neraka itu.

Tia melihat tidak ada siapapun di dalam rumahnya. Tia merasa sedikit lega, setidaknya ia bisa menghindari papanya hari ini.

Haters Gonna Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang