Sebelum lanjut membaca, vote dulu kuy!
Semoga kalian terhibur ya sama cerita aku.
Jangan jadi sider dong ya, author juga cape mikirin idenya, hargai semua kerja keras author ya.
Happy reading 🤗
Xie Xie>.<↓
↓
↓"BAGAS!"
"Audy! Lo kenapa!" Teriak Dinda takut.
Nafas Audy memburu. Keringat juga bercucuran di dahinya. Sungguh, mimpi itu terasa sangat nyata seperti sungguhan.
"Dinda! Ini jam berapa! Gue udah tidur berapa lama!" Tanya Audy bertubi-tubi.
"Ini baru jam setengah 2. Lo aja baru tidur 10 menit. Kenapa emangnya? Lo habis mimpi apaan?" Tanya Dinda panik.
Audy tak menjawab. Dirinya masih sangat syok dan terkejut. Audy meraba kelopak matanya. Bahkan di matanya masih ada jejak-jejak bekas air matanya.
"Audy, lo mimpi apaan?"
"Dinda, gue keluar dulu," tanpa menjawab pertanyaan Dinda, Audy langsung berlari keluar kelas.
Untung saja jam pelajaran mereka sudah selesai dan sekarang adalah jam istirahat makan siang. Dengan cepat Audy berlari menuruni tangga menuju ke lantai tiga.
Gadis berambut coklat itu berlari menyusuri koridor tanpa memperdulikan orang-orang yang tidak sengaja ia tabrak.
Saat sampai di lantai 2 Audy bertanya kepada kakak kelasnya yang berada di koridor tentang keberadaan Bagas. Namun, mereka semua tak menjawab. Mereka tak tau dimana Bagas.
Audy semakin panik dan berlarian kesana-kemari sembari terus bertanya kepada kakak kelasnya. Hingga akhirnya dirinya melihat salah satu teman Bagas yang tengah duduk di lantai sembari bermain gitar.
"Kak Ridhan!" Panggil Audy membuat Ridhan menoleh ke arah Audy dengan tatapan herannya saat melihat Audy yang ngos-ngosan.
"Eh? Audy? Lo kenapa?" Ridhan bangkit dari duduknya dan bertanya kepada Audy.
"Jawab gue, Bagas dimana!" Tanya Audy tanpa menjawab pertanyaan Ridhan.
"Bagas? Dia sama lima curut tadi mau bolos katanya-" sebelum Ridhan melanjutkan ucapannya, Audy sudah lebih dulu berlari meninggalkan koridor.
"Audy aneh," gumam Ridhan.
Audy berlari menuruni tangga menuju ke area parkiran. Bagas pasti bolos lewat jalan belakang. Dengan perasaan campur aduknya Audy berlari cepat menuju ke parkiran.
Dan benar saja, Audy melihat kalau Bagas tengah berbincang-bincang dengan kelima sahabatnya di atas motor.
"BAGAS!" Teriak Audy membuat Bagas serta kelima temannya menoleh ke arahnya.
Audy langsung berlari menghampiri Bagas dan langsung berhambur ke dalam pelukan Bagas. Audy bersyukur kalau itu semua hanya mimpinya.
Bagas yang ia peluk sekarang masih bernafas. Ia masih bisa merasakan detak jantung Bagas.
"Dy? Kenapa?" Tanya Bagas heran. Kini dirinya dan Audy jadi pusat perhatian murid-murid yang berlalu lalang.
Audy tak menjawab, gadis itu justru terisak dan semakin mempererat pelukannya.
"Bagas lo gak boleh kemana-mana!" Ujar Audy sembari terisak.
"Eh? Kok nangis? Kamu kenapa? Siapa yang bikin kamu nangis?" Tanya Bagas seraya mengelus rambut Audy yang tengah memeluknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haters Gonna Love [END]
Jugendliteratur"Ketika benci menjadi cinta" Itu lah yang dialami Audy saat ini. Setiap hari harus berdebat dengan kakak kelasnya yang sangat amat menyebalkan dan tukang usil itu membuat nya kesal dan membenci kakak kelas narsis nya itu. Namun siapa sangka, perasa...