Sebelum lanjut membaca jangan lupa untuk vote terlebih dahulu
Hope you enjoying
Happy reading↓
↓
↓Bagas mengerjapkan matanya berkali-kali saat dirinya menyadari kalau dirinya sedang berada di dalam penjara.
Pria itu mencoba mencerna apa saja yang sudah terjadi kemarin malam membuat dirinya berakhir di dalam sel penjara.
Namun hasilnya nihil, Bagas tidak bisa mengingat apapun. Kepalanya justru berdenyut sakit. Dirinya memukul-mukul wajahnya berkali-kali mencoba mengetahui kalau ini hanya mimpinya saja atau ini sungguh terjadi.
Sakit.
Ini kenyataan bukan mimpi. Membuat pria itu menundukkan kepalanya karena merasakan denyut yang luar biasa.
Saat Bagas tengah menundukkan kepalanya, tiba-tiba dirinya teringat dengan seseorang.
"Audy! Astaga Audy!" Bagas sontak bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke jeruji besi yang menjadi penghalang nya.
"Pak polisi! Pak saya mohon lepasin saya! Saya gak ngelakuin apa-apa!" Ujar Bagas.
"Kamu udah bangun? Silahkan tulis nomor telepon kedua orangtua kamu. Saya ingin bertemu dengan mereka," ujar polisi itu seraya menyerahkan selembar kertas dan pena.
"Tapi setelah itu saya mohon bebasin saya pak, saya mau bertemu istri saya. Istri saya dirumah pasti lagi nunggu saya!" Mata Bagas mulai berkaca-kaca membayangkan betapa paniknya Audy sekarang karna dirinya tidak pulang semalaman.
"Silahkan tulis."
Bagas dengan tangan gemetarnya, menulis nomor telepon sang papa. Saat menulis, Bagas yakin kalau setelah ini akan ada hal buruk yang akan terjadi.
"Pak, saya ngelakuin kesalahan apa? Kenapa saya bisa dikurung disini?" Tanya Bagas berusaha tenang.
"Kenapa kamu bertanya sama saya? Kamu yang ada di dalam kamar hotel malam itu. Harusnya kamu tau apa yang kamu lakukan."
Deg!
"K-kamar hotel?" Tanya Bagas terbata-bata.
"Kamu telah melecehkan seorang gadis seusia kamu. Kamu gak sadar waktu ngelakuin itu?" Tanya polisi itu. Setelah itu berjalan kembali menuju ke meja nya meninggalkan Bagas yang mematung di balik jeruji.
Melecehkan?
Bagas melecehkan wanita?
"Ya Tuhan..." Lirih Bagas pelan berusaha untuk tidak menangis.
Apa yang terjadi jika kedua orangtuanya tau? DAN AUDY!
"Gak. Gue gak mungkin ngelakuin itu..." Bagas menyeka sudut matanya dengan kasar kemudian kembali duduk di atas lantai sembari menunggu kedua orangtuanya datang.
Namun, pikiran Bagas tidak bisa tenang. Pikirannya gusar. Ia memikirkan bagaimana perasaan Audy saat mendengar semua ini?
Bagas berani bersumpah kalau Audy akan membencinya seumur hidupnya. Tapi sungguh, Bagas tak sanggup jika membayangkan bagaimana Audy akan melontarkan kalimat-kalimat kebencian dari mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haters Gonna Love [END]
Novela Juvenil"Ketika benci menjadi cinta" Itu lah yang dialami Audy saat ini. Setiap hari harus berdebat dengan kakak kelasnya yang sangat amat menyebalkan dan tukang usil itu membuat nya kesal dan membenci kakak kelas narsis nya itu. Namun siapa sangka, perasa...