1. First

12.5K 798 21
                                    

Enjoy kuy.






"Appa! Jangan memaksaku!" Teriak Jennie karena Appanya akan menjodohkan Jennie.

"Jangan membantah Jennie-ah, Appa melakukan ini untuk kebaikanmu."

"KEBAIKAN KATAMU? AKU MENIKAH DENGAN ORANG YANG UMURNYA SETENGAH ABAD LABIH MENURUTMU KEBAIKAN BAGIKU?" Teriak Jennie sambil menahan air matanya agar tidak keluar.

"Jennie tenanglah dia CEO di perusahaan Appa dulu, dan Appa yakin hidupmu nanti tidak akan serba kekurangan seperti sekarang." Bujuknya.

"Apa kau gila? Kita hidup serba kekurangan seperti ini karena kau tidak bekerja! Astagaa dimana tanggung jawabmu? Pantas saja Eomma sampai bunuh diri karena tidak sanggup hidup denganmu haha." Entahlah apa yang membuat Jennie tertawa garing seperti itu.

Jennie dan Eommanya tidak tahu Appanya tidak bekerja karena dipecat dari perusahaannya.

"Kau!" Tangan Jiyong yang sudah siap menampar wajah cantik anaknya tapi masih ia tahan.

"Kau mau menamparku? Tampar saja! Ayo tampar!" Bentak Jennie, menurutnya Appanya sudah sangat keterlaluan.

Setelah mengatakan itu Jennie pergi begitu saja meninggalkan Appanya yang masih menahan emosinya. Dia langsung masuk kamar kemudian keluar melalui jendela supaya Appanya tidak tau kalau dia kabur.

Jennie? Ada yang tau perasaannya sekarang? Ia bahkan berniat tuhan mencabut nyawanya sekarang juga. Entah apa yang merasuki Appanya sampai ia tega menikahkan anak semata wayangnya dengan si tua Bangka itu. Iya, Jennie memang tau teman Appanya yang bernama Yang Yung Suk itu. Sudah tua, genit, suaranya aneh pula. Bahkan ia pernah ingin mencampuri kopi dengan Baygon ketika tua bangka itu bertamu ke rumahnya, tapi Jennie tak setega itu.

Jiyong melakukan perjodohan itu karena ia ketauan korupsi di perusahaan Yang Yung Suk. Dan sebagai gantinya agar ia tidak dicebloskan ke penjara, CEO itu ingin menikahi anaknya. Yasudah apa yang bisa dilakukan Jiyong lagi selain menuruti perintah tersebut. Dia juga tidak mau Jennie sedih karena Appanya dipenjara, karena dia adalah satu satunya yang dimiliki Jennie saat ini. Tapi apakah keputusan untuk menikahkan anak nya dengan CEO itu sudah benar?

...

Jennie berjalan terus tak tentu arah. Ia menghiraukan tatapan orang-orang yang melihatnya dengan tatapan sinis. Bagaimana mereka tidak menatapnya dengan sinis ketika ia berjalan sendiri sambil menangis dan merancau tidak jelas.

Malam semakin larut dan Jennie jalan tak tentu arah. Akhirnya ia singgah di bangku taman. Sudah capek berjalan sejauh ini. Dia juga kedinginan karena hanya memakai atasan kaos oblong dan celana pendek.

Ia tertidur sambil meringkuk karena dinginnya malam dan angin yang berhembus lumayan kencang.

Di seberang ada seorang wanita yang sedang duduk menikmati malam sambil tangannya memegang rokok. Ya dia sedang merokok.

Wanita itupun berjalan mendekat ke arah Jennie.

"Hei, kau." Panggil wanita itu.

"Em?" Jennie menatap wanita yang sedang mengeluarkan asap rokok dari mulutnya.

"Apa kau gelandangan?"

"Yak apa-apaan kau bertanya seperti itu? Apa menurutmu gelandangan punya wajah cantik sepertiku?" Teriak Jennie karena tidurnya terusik oleh manusia aneh di depannya ini.

"Terus kalau bukan gelandangan kenapa tidur disini?"

Jennie diam tak menjawab, karena benar yang dikatakan orang di depannya ini.

Tiba tiba tatapan Jennie menjadi sendu karena teringat kejadian tadi.

Wanita itu tiba tiba memberikan jaketnya kepada jennie membuatnya terlonjak kaget.

"Apa yang se-"

"Aku tahu kau tidak punya uang untuk membeli jaket."

Jennie ingin mengelak, tapi yang dikatakan wanita didepannya ini benar lagi. Jadi dia lebih memilih diam saja. Ia bahkan tak membawa uang sepeserpun.

Wanita itu kemudian duduk disebelah Jennie setelah membuang puntung rokoknya.

"Emm." Dehem Jennie memecah kesunyian diantara mereka.

Sedangkan wanita itu memandang datar Jennie, ekspresinya sama sekali tidak berubah dari sepuluh menit yang lalu.

"Emm n-nama ku Jennie."

"Siapa?" Balas wanita itu.

"Jennie." Jennie mengulang karena mengira orang itu tidak mendengar.

"Tanya." Jawab orang itu cepat.

Haha kalian tahu kan ekspresi Jennie sekarang? Tidak perlu di deskripsikan mungkin kalian sudah tau.

Sekitar lima belas menit mereka duduk saling diam.

Kemudian orang itu beranjak pergi, tapi ada tangan yang menahannya.

"Ada apa?" Tanyanya dengan ekspresi datarnya, wajahnya sangat dingin. Membuat Jennie semakin merapatkan jaketnya karena cuaca ditambah wajah dingin itu.

"Em..em jaketmu."

"Pakai saja, aku masih bisa beli." Setelah mengatakan itu ia pergi, tapi tangan Jennie menahannya lagi.

"Apa lagi?!" Tanya wanita itu agak membentak.

"Apa..apa..aku boleh..." Tanya Jennie ragu.

"Apa?" Tatapannya semakin dingin.

"Tidak tidak jadi, terima kasih jaketnya." Jennie mengatakan itu dengan memberikan senyum terbaiknya.

"Iya." Dia menjawab dengan ekspresi yang tidak berubah sama sekali.

Jennie sedikit kecewa karena dia tidak menjawab senyumnya.

"Apa itu tadi robot jadi-jadian" batinnya, karena melihat ekspresinya yang tidak berubah sama sekali.

Jennie semakin merapatkan jaketnya karena hawanya semakin dingin, tapi ada sesuatu di sakunya.

"Hm dompet?" Gumam jennie.

Ia membuka dompet tersebut dan menemukan identitas robot misterius yang ditemuinya tadi.

"Kim jisoo"

"Tinggal bilang namanya Kim jisoo apa susahnya sih." Gerutu Jennie.

Seketika Jennie tersadar dan segera menyusul robot yang bernama Jisoo itu.

"Aishh.. kemana dia, apa robot jalannya secepat itu." Jennie menoleh ke kanan dan ke kiri tapi tidak menemukan Jisoo.

"Ahh mungkin dia masuk ke gang itu"

Gang dengan penerangan minim itu membuat Jennie ngeri seketika, tapi ia harus mengembalikan dompet itu sebagai rasa terima kasih telah memberinya jaket. Dia sekarang sedang bergelut dengan pikirannya. Dan memutuskan untuk masuk ke gang itu.

Sepanjang perjalanan dia berdoa agar tidak ada apa-apa.

Tapi keberuntungan bukan di pihak Jennie sekarang. Baru berjalan lima meter ada empat laki-laki yang mendekat ke arahnya.

"Hai cantik kok jalan sendiri." Kata salah satu gerombolan itu.

Jennie tetap diam dan melanjutkan jalannya yang semakin cepat.

"He ayo kejar dia, kita dapat mangsa malam ini."

Jennie yang mendengarnya semakin takut dan berlari tak tentu arah. Tiba-tiba ada seseorang yang menariknya dan membekap mulutnya.

"Em..em..le.." Jennie ingin berteriak tapi tidak bisa karena mulutnya dibekap.

"Diam." Suara berat itu Jennie mengenalnya.

Jennie diam dan ingin berbalik tapi orang tersebut menahannya.

"Diam, aku sedang menolongmu." Lagi, suara itu membuat Jennie terdiam dan menurutinya.

Beri suara

The Truth Untold (Jensoo) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang