15. What Happen?

2.6K 433 16
                                    

Enjoy kuy.




DORR!

Jennie langsung jatuh terduduk karena mendengar suara tembakan pistol. Ia sekarang sudah di depan pintu, tapi kaki Jennie rasanya tidak bisa dibuat berjalan karena gemetar. Ia mengecek seluruh badannya, tapi tidak ada peluru yang mengenainya. Jennie ingin sekali berbalik ke belakang tapi tidak berani. Jadi ia lebih memilih menangis.

Cklek!

Pintu apartemen terbuka. Dan betapa kagetnya Rose melihat Jennie terduduk dan sedang menangis di depan pintu.

"UNNI." Pekik Rose.

"Astaga apa yang terjadi?" Rose segera memeluk Jennie.

Jennie tidak menjawab. Ia masih terlalu terkejut dengan kejadian ini. Jadi Jennie hanya memeluk Rose.

Rose melihat tiga orang di belakang Jennie. Dan dua orang itu Rose mengenalnya. Suga dan RM, anak buah Seokjin. "Kenapa mereka ada disini? Astaga apa mungkin Jennie unni diincar?" Batin Rose. Ia berspekulasi seperti itu karena satu orang yang tidak berdaya sedang dibopong RM.

Dan dua orang itupun melihat Rose. Ia memberi kode agar segera membawa Jennie masuk. Rose pun mengangguk.

"Unni, ayo masuk." Rose membantu Jennie berdiri.

Jennie pun menurut meskipun kakinya sulit sekali untuk digerakkan.

Rose memberinya air putih untuk meredakan ketakutannya. Tangisan Jennie mulai mereda.

"Sudah aman unni. Maaf aku tidak bisa membantumu. Apa ada yang sakit?" Ucap Rose merasa bersalah.

Jennie menggeleng.

"Rose?"

"Ne unni?"

"Kenapa aku masih hidup? Dan suara tembakan tadi... kenapa pelurunya tidak mengenaiku?" Jennie masih bingung. Ia sebenarnya penasaran, tapi tidak berani untuk menoleh ke belakang.

"Aku tidak tau, aku tadi kan keluar setelah mendengar tembakan itu. Jangan bilang begitu, anggap saja ada malaikat yang melindungimu" Mian, aku harus membohongimu lagi." Batin Rose.

Jennie hanya mengangguk.

"Rose, aku ingin menghubungi Jisoo." Ucap Jennie lirih.

Rose bisa apa? Rose juga sebenarnya ingin mengabari Jisoo bahwa ada yang mengintai Jennie. Tapi Rose juga takut kalau mengatakan hal ini akan mengganggu konsentrasinya Jisoo. Dan takutnya Jisoo nanti tidak bisa mengontrol emosinya. Bisa-bisa si bodoh itu pulang malam ini tanpa menuntaskan pekerjaannya. Bukankah itu malah lebih membahayakan Jennie? Sekarang saja posisi Jennie sudah tidak aman. Rasanya otak Rose ingin keluar dari tempatnya.

"Yasudah hubungi Jisoo unni. Tapi tolong jangan bilang kejadian tadi ya, aku takut nanti dia akan memukulku dengan tongkat baseballnya karena aku tidak bisa menjagamu." Ucap Rose dengan sangat memelas.

"Tenang saja." Jennie tersenyum tipis.

Jennie segera mengambil ponselnya dan segera menghubungin Jisoo, tapi ponsel Jisoo tidak aktif. Jennie mencobanya lagi tapi tetap sama.

"Kenapa? Tidak diangkat?" Tanya Rose.

"Nomernya tidak aktif." Jujur Jennie sedih, karena ia ingin sekali mendengar suara itu.

"Yasudah tidur lagi ya, nanti kalau ada yang menekan bel apartemen lagi jangan dibuka."

Jennie mengangguk dan membaringkan tubuhnya. Ia benar-benar rindu dengan Jisoo. Mungkin dengan mendengar suaranya sebentar saja bisa mengurangi kangennya Jennie ke Jisoo.

The Truth Untold (Jensoo) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang